"Lo pulang gimana? Mau bareng sama gue?" Ajak Rinjani pada Bulan.
Bulan menggeleng. "Bareng Farel."
Tadi cowok itu telah mengiriminya pesan untuk pulang bareng, dan Bulan menerimanya.
"Makin lengket ya bun?" saut Salsa, menyenggol lengan Bulan.
"Biasa aja tuh!" balas Bulan.
"Gue balik dulu deh kalau gitu" Pamit Rinjani.
Bulan dan Salsa mengangguk lalu melambaikan tangan pada Rinjani.
"Farel nunggu dimana?"
"Lapangan."
"Searah dong kalau gitu... Lo ke lapangan, dan gue ke ruang musik." Riang Salsa.
Bulan bengong. "Secepat itu?"
Salsa menyenggol bahu Bulan. "Perjuangan butuh proses! Doain aja."
"Semoga lo insaf setelah ini!" balas Bulan yang memiting leher Salsa dan menyeretnya.
"Jangan sekarang, Gue belum punya mantan banyak Bulan." Rengek Salsa.
"Awas lo kena karma!"
Salsa mendelik. "Mirror please!"
"Sialan lo!" Umpat Bulan, melepaskan pitingannya.
"See u nanti malem, jangan telat!" ucap Salsa yang menutup mulut dengan tangan kanan dan memberikan cium jauh.
Bulan bergidik, menggelengkan kepala, dan berjalan menuju segerombolan Farel yang menguasai lapangan, bermain basket.
Kedatangannya tak lepas dari pandangan Farel yang sedari tadi mencari Bulan. Cowok itu duduk di bangku penonton dengan seorang temannya, tak ikut bermain basket.
Cowok itu berdiri kala Bulan telah disampingnya. "Gue duluan!" Pamit cowok itu pada teman-temannya.
Bulan tak mau menyia-nyiakan kesempatan, mumpung banyak pasang mata melihatnya. Bulan langsung bergelanjut manja dilengan kanan Farel. Bahkan Cika ada di sana, menahan kesal setengah mati, mampus!
Cika juga melihat Farel yang membukakan pintu mobil untuk Bulan. Dalam hati, Bulan ngakak abis.
"Mau jalan dulu gak?" Tawar Farel kala mobil itu telah keluar dari gerbang sekolahnya.
"Langsung pulang aja... Main di rumah." ucap Bulan yang tengah menghidupkan radio.
Buka hatimu, bukalah sedikit untukku,
Bulan hendak mematikan radionya, namun tangannya ditahan Farel.
Sehingga diriku bisa memilikimu,
Betapa sakitnya, betapa perihnya hatiku,Selalu dirimu tak menganggapku ada.-Buka hatimu.ArmadaBulan sudah tersindir oleh alunan itu, dan ucapan Farel... Benar-benar menamparnya, sejahat itukah Bulan?"
***
Hotpants hitam, crop putih tanpa lengan yang memperlihatkan kalung di perut absnya, hills tali dengan tinggi lima senti, serta sentuhan curly di ujung rambutnya, benar-benar menambah kecantikan seorang Rembulan Aurora Ayodha.
Mengambil tas slempang hitam kecil, memasukkan ponsel Farel. Bulan turun ke bawah, seperti biasa rumahnya sepi. Kedua orang tuanya sibuk dalam bisnis mereka. Ia hanya di rumah mewah ini dengan tiga asisten, dua satpam, dan satu sopir.
Pukul tujuh lewat dua puluh tiga menit, belum malam. Farel saja baru pulang dari rumahnya pukul setengah tujuh kurang lima tadi.
Sebenarnya Farel tetap memaksa untuk ikut, namun Bulan tetap menolak. Bulan berjanji malam minggu besok dirinya akan jalan bareng Farel, alhasil cowok itu menurutinya.
Seluruh asistem, satpam, dan sopir sudah sangat hafal dengan tabiatnya. Apakah orang tuanya tau? mamanya tau, sedangkan papanya belum. Mama cewek itu, sudah mewanti-wanti seluruh orang di rumahnya untuk tidak membocor ini pada papanya, sebab papa Bulan sangat keras. Senakal apapun Bulan, mamanya akan melindungi semua kesalahannya dalam batas wajar.
Bulan menutup pintu taksi kala selesai membayarnya. Tadi sebelum berangkat, Bulan sudah memesan taksi, jadi saat keluar gerbang rumahnya, ia tak perlu menunggu lagi.
Seperti biasa club selalu ramai oleh usia yang tak jauh darinya. Sebab ia datang ke club khusus remaja, bukan untuk dewasa. Saat masuk ke dalam, dentungan musik sangat menggelegar memenuhi ruangan dengan lampu kelap-kelip yang remang.
Bulan mengedarkan pandangan mencari kedua sahabatnya. Dapat! Kedua temannya itu tengah duduk didepan bar.
"Hei, dateng juga lo!" Sambut Salsa.
"Gue pikir lo gak dateng... Lagi keasikan sama Farel." Canda Rinjani yang menyodorkan segelas alkohol padanya.
Jujur saja Bulan bukan cewek baik-baik, ia juga remaja pada umumnya yang ingin menikmati masa muda. Lalu apa tidak ada gunjingan dari orang-orang di sekitarnya? Jelas ada, tapi Bulan tak pernah peduli akan hal itu. Ia menutup telinga rapat, bagi Bulan yang terpenting ia bahagia dan tidak mengganggu hak orang lain.
Bulan meneguknya. "Dapet cowok gak lo?"
"Gue hari ini insaf, silakan lo dan Rinjani yang main-main."
"Gue juga males hari ini, cuma pengen minum." ungkap Rinjani yang masih sadar.
"Gue sendirian gitu? Gak asik banget lo berdua."
Salsa berdecak. "Sana cari cowok!"
"Males ah. Maunya dicariin aja gak mau mencari." saut Bulan, meneguk gelas itu lagi.
Bulan bangkit menikmati dunia malam itu. Ia lupa dunia nyata... Tiba-tiba Bulan oleng, jika saja tidak ada yang menahan pinggangnya, bisa dipastikan ia terinjak kaki-kaki manusia disini.
"Sorry! Lo gak papa?" sedikit teriak cowok yang menahannya itu.
Bulan mengangguk. Ia terkejut, cowok itu menggendongnya ala brigdal-style lalu mendudukkan dirinya di sofa pojok yang kosong.
"Sorry, gue gak sengaja tadi! Lo bener-bener gak papa, kan?"
Bulan menepuk pelan lengan cowok itu. "Gue gak papa! Santai aja."
Cowok itu tersenyum. "Nama lo siapa?"
Bulan menerima uluran tangan cowok itu. "Bulan. Lo siapa?"
"Rigel." jawab cowok itu.
Rigel menyodorkan ponselnya. "Nomor hp lo?"
"Buat apa?" tanya Bulan, meski begitu Bulan tetap mengambil ponsel Rigel, mengetikkan nomor hpnya.
Rigel tersenyum menerima ponselnya kembali. "Thanks!"
"Sini duduk!" pinta Bulan menepuk sofa di sebelahnya lantaran cowok itu sedari tadi berjongkok di depannya.
Saat Rigel baru mendudukkan dirinya, Bulan tanpa malu-malu langsung merangkul pinggang Rigel. Bulan terkekeh, Rigel kaget atas sikapnya namun tersenyum puas kala cowok itu mengelus bahunya.
"Cewek lo gak marah, kan? Kita kayak gini?" tanya Bulan
Rigel tersenyum kecut. "Gue baru putus."
Bulan tak menjawab, menikmati aroma cowok itu.
Entah sudah berapa lama waktu yang ia habiskan dengan mengobrol bersama Rigel. Kedua temannya datang pada mereka dengan keadaan setengah sadar, memberikan tas Bulan lalu berpamitan.
"Gue antar pulang ya?" pinta Rigel, kala melihat kedua teman Bulan yang telah pergi.
"Udah gak mau lama-lama sama gue?"
Rigel mengacak rambut Bulan. "Udah malem, lain kali kita atur waktu buat ketemu lagi."
Bulan mengangguk. Keduanya keluar dari dunia malam menuju mobil cowok itu.
Di tengah perjalanan, mereka masih saling mengobrol hingga tak terasa telah sampai di depan rumah Bulan.
"Hati-hati jangan ngebut!" ucap Bulan
Rigel mengangguk, saat Bulan akan membuka pintu mobil, cowok itu menahannya.
"Kenapa?" tanya Bulan.
Cup... Rigel mencium pipi kiri Bulan. Bulan diam, menatap cowok itu dengan smirk tertahan. Sedangkan Rigel, tersenyum canggung, menggaruk tengkuknya. Bulan terkekeh, membuka pintu mobil dan turun membiarkan cowok itu berlalu.
Pukul dua belas lebih sepuluh kala Bulan melihat jam di dindingnya. Bergegas membersihkan tubuh, Bulan mandi tengah malam.
Selesai dengan ritual kecantikannya, cewek itu naik ke atas kasur. Membuka ponsel Farel, dan... Banyak sekali pesan dari Farel, Bulan tak membukanya satupun.
Cewek itu memilih membuka kontak Farel dan hanya ada nama cowok-cowok saja. Beralih ke galeri cowok itu, di sana banyak sekali foto-foto Bulan. Baik cowok itu yang maling fotonya ataupun Bulan yang selfie menggunakan ponsel Farel. Cowok itu bahkan menggunakan foto Bulan untuk layar kunci, beranda, dan juga profil whatsappnya.
Berbicara mengenai selfie, Bulan teringat akan sesuatu. Bulan tersenyum tipis, ide jahil mulai menguasai Bulan. Jemarinya beralih membuka aplikasi w******p, menuju penyimpanan, mengklik satu foto, dan kirim. Bulan tertawa puas.
Lihat saja setelah ini ia yakin cowok itu akan meneror dirinya habis-habisan.
Dan benar saja, baru lima menit foto yang ia kirimkan. Farel sudah memspam pesan dan menelfon berkali-kali.
Ia membuka room chat Farel yang lebih tepatnya room chat bernama Bulan♥ di ponsel Farel ini. Banyak sekali pesan yang muncul. Ia hanya sempat membaca, 'hapus sekarang!' 'bales' dan 'angkat' sebelum layar ponselnya berubah menjadi vc dan mati.
Bulan tertawa, saat akan membaca lagi, deringan telfon via pulsa tertera nama Farel. Akhirnya Bulan mengangkat telfon cowok itu.
Cepet hapus atau gue ke rumah lo sekarang!
Bulan tersenyum diam, kentara sekali cowok itu tengah kesal.
Apa sih? Lo gak mau foto gue terpost di status lo?
Jangan bikin gue emosi, Cepet hapus!
Gue otw!Iya-iya gue hapus sekarang!
Klik, Bulan mematikan sambungan mereka sepihak.
Membuka aplikasi WA, mengklik status miliknya. Dilihat oleh 168 dalam waktu sepuluh menit. Bulan lalu menekan icon sampah dan menghapusnya, ide jahil dia berjalan dengan tepat sasaran.
Foto yang ia upload adalah foto yang ia ambil sebelum berangkat ke club dengan pose mirror selfie di mana ia menutupi wajahnya dengan ponsel Farel, jadi hanya terlihat style tubuh cewek itu.
Bulan kembali ke room chat Farel. Cowok itu mengirimi satu pesan, 'Bandel! Awas lo!' Bulan terkekeh, mengabaikan pesan itu dan memilih tidur.
Drttt... Drttt... DrtttBulan mengucek kedua matanya, mengambil ponsel lalu mengangkatnya.Apa?Mau gue jemput gak?Ya!Buruan siap-siap! Sepuluh menit lagi gue otw.Lalu Farel memutuskan sambungannya.Pukul enam lewat sebelas. Bulan menguap, beranjak menuju kamar mandi.Pukul enam lewat tiga puluh satu, Bulan baru saja selesai memakai sragamnya. Berjalan ke cermin, memakai lotion, menyisir rambut, memakai bedak, mengoles lipbam, menyemprotkan minyak wangi, beralih ke meja belajar, mengambil buku dan menggendong tasnya menuju rak sepatunya, memakainya, dan keluar menemui Farel."Ayo!" ajak Bulan kala melihat cowok itu tengah duduk di ruang tamu rumahnya.Keduanya masuk mobil, Farel sempat melihat jam diponselnya, pukul tujuh kurang tiga belas menit."Mau cari sarapan dulu?"
Minggu pagi ini Bulan telah bersiap untuk berangkat menonton pertandingan basket antara SMA Merpati sekolahnya dengan SMA Mahkota.Sebenarnya Bulan tak ingin pergi, namun Farel terus memaksanya datang karna cowok itu akan bermain. Alhasil Bulan menurutinya, itung-itung cuci mata.Bulan datang ke sini sendiri, kedua temannya tak bisa ikut menonton, dan ia naik taksi lantaran tak ingin dijemput Farel, padahal cowok itu sudah berkali-kali menawarinya namun Bulan tolak.Sesampainya ia di Gor Lawung itu, Bulan langsung bergegas masuk mencari keberadaan Farel. Hal pertama yang ia lihat adalah banyaknya pasang mata yang menatapnya, baik dari sekolahnya ataupun sekolah lain yang ikut menonton pertandingan ini. Ada yang terpesona, kaget, dan ada juga yang berbisik-bisik. Ayolah nama Rembulan Aurora Ayodha sangat tidak asing di luar sekolahnya.Memilih mengabaikannya, Bulan terus melangkah mencari keberadaan Farel.
Bulan baru saja memarkirkan mobil Lexus RX Luxury putih miliknya tepat di samping mobil milik Farel.Kala Bulan turun dari mobilnya, terlihat sang pemilik mobil di sebelahnya tengah duduk di kap depan dengan kedua tangan berada di saku celana serta pandangan yang terus menatap ke arah Bulan."Lo ngapain masih di sini?" tanya Bulan, merapikan rambut cowok itu.Farel menoleh sebentar. "Lo ngapain bawa mobil?""Emang kenapa?"Farel mendengus kasar. "Kalau lo naik mobil sendiri, gue gak bisa anter jemput lo lah!""Ya lo kan bukan sopir gue.""Apaan sih? Gue kan pengen berduaan sama lo!" sungut Farel."Lo gak liat sekarang kita juga lagi berduaan!""Itu beda cerita!"Bulan diam tak membalas ucapan Farel.Farel bangkit kala Bulan ikut mendudukkan diri di kap mobil cowok itu. Bulan menatap Farel
Hari ini ujian telah usai, semua beban telah Bulan lepas jauh-jauh.Kedua teman Bulan sudah pulang sedari tadi meninggalkan Bulan yang masih di area sekolah untuk bertemu Farel."Farel mana?" tanya Bulan pada teman Farel kala Bulan menginjakkan kaki di markas kumpul mereka."Dia udah ke parkiran sama yang lain katanya takut lo nunggu di sana.""Ya udah, thanks!"Bulan mencoba menghubungi cowok itu.Hal-Lo di mana sih? Gue cariin ke markas malah gak di sini!Gue di parkiran, gue pikir lo di sini! Lo masih di sana? Tunggu gue ke situ!Tut, Bulan mematikan sambungan mereka.Duduk di undakan tangga dengan kaki yang ia selonjorkan ke bawah dan kepala yang ia sandarkan di pegangan tangga itu.Dapat ia lihat Farel yang menatapnya di undakan paling bawah. Cowok itu naik, ikut du
Sesuai yang telah direncanakan, Bulan dan Farel hari ini akan berangkat ke Bali. Yap! Farel telah berhasil mendapatkan ijin dari mama Bulan untuk membawa cewek itu berlibur.Semua tiket, penginapan, dan hal lain di sana sudah diurus oleh Farel. Bulan hanya perlu duduk santai menikmatinya."Lo udah beberes, kan?" tanya Farel yang pagi ini sudah berada di rumah Bulan.Bulan menangguk sebagai jawaban.Mereka akan berangkat ke sana pukul tiga sore, jadi saat mereka sampai di sana bisa istirahat dulu sebelum memulai trip mereka besok pagi."Jalan dulu mau?" tawar Farel mendongak menatap Bulan yang duduk di sofa dengan dirinya berada di karpet bulu."Gak, lo pulang aja!" usir Bulan.Farel berdecak. "Ayo jalan dulu!""Gue gak mau!""Kenapa sih? biasanya lo juga mau.""Rigel mau ke sini!""Ngapain? Jadi lo gak mau gue ajak karna dia mau ke sini? Dan lo malah nyuruh gue pergi, biar lo bisa berduaan sama dia, gitu?"
Farel menguap lebar memandang hamparan pantai di depannya.Pagi-pagi sekali Bulan sudah menggedor-gedor pintu kamarnya hanya untuk mengajak Farel ke pantai melihat sunrise."Jangan terlalu ke tengah kalau lo diterkam ombak gue gak nolongin!" peringati Farel kala Bulan semakin ke tengah pantai."Rel, fotoin gue buruan! Ini cantik banget cahaya ilahi nya.""Lo pikir gue fotografer lo gitu, gue ke sini juga buat liburan!" cemberut Farel, tetap mengarahkan kameranya ke arah Bulan.Cowok itu tersenyum melihat hasil jepretannya, Bulan yang memang cantik atau jepretan Farel yang membuat Bulan semakin indah."FAREL SINI!" teriak Bulan, melambaikan tangan ke arahnya."Gak mau gue udah mandi!""Rel seriusan, cepet ke sini! Kaki gue kram!""Jangan boo-" Farel berlari menuju Bulan kala melihat cewek itu terduduk di air pantai.
"Gak kerasa lusa kita udah balik ke Jakarta." kata Bulan yang menaruh dagunya di bahu Farel. Keduanya tengah berada di pantai untuk melihat sunset."Kalau lo mau, kita bisa nambah liburan lagi. Mau?""Mau, tapi di Jakarta aja!""Gak mau ke Lombok nih?" tawar Farel menaik turunkan alis."Kalau bisa seluruh dunia aja kita kelilingin!" jawab Bulan mengebu-gebu."Bisa! lo mau?""Mau tapi lo harus izin ke papa sama mama gue, berani?""Berani lah! Gue udah naklukin mamer tinggal naklukin pamer, kapan?""Nanti kalau lo udah jadi suami gue." celetuk Bulan polos dan Farel tak bisa menyembunyikan senyumannya."Lo seneng gak?"Bulan mengangguk. "Banget, makasih banyak! Lo selalu jagain gue di sini.""Sama-sama, apapun itu buat lo bahagia! Gue bakal lakuin." Farel mengecup dahi Bulan penuh sayang."Udah cocok jadi calon suami lo belom?" goda Farel."Udah! Tinggal tunggu keputusan sang penulis.
Drtt... Drtt... DrttLo gila ya pagi-pagi udah nelfonin gue, gue masih ngantuk Rel.Katanya mau jalan-jalan keliling Jakarta, gimana sih?Ya tapi gak sekarang! Ini masih ngantuk banget.Ya udah ntar sore.Tut... Bulan mematikan sambungan sepihak. Mereka sebenarnya sudah sampai pukul delapan malam, namun Farel ngotot memaksanya ikut ke tempat tongkrongan gerombolannya dengan alasan bagi oleh-oleh, alhasil saking asiknya mengobrol pukul setengah dua belas malam Bulan baru sampai di rumahnya, itupun Bulan sudah menolak ajakan Farel untuk cari makan dulu."Hufh... Gue gak bisa tidur lagi, resek banget emang Farel." kesal Bulan berguling-guling di atas kasur."Gue harus ngapain?" Bulan duduk, menggaruk-garuk rambutnya.Bulan bangkit dari kasur, menyibak tirai menyambut kilauan sang matahari.