Share

Part 3

"Lo pulang gimana? Mau bareng sama gue?" Ajak Rinjani pada Bulan.

Bulan menggeleng. "Bareng Farel."

Tadi cowok itu telah mengiriminya pesan untuk pulang bareng, dan Bulan menerimanya.

"Makin lengket ya bun?" saut Salsa, menyenggol lengan Bulan.

"Biasa aja tuh!" balas Bulan.

"Gue balik dulu deh kalau gitu" Pamit Rinjani.

Bulan dan Salsa mengangguk lalu melambaikan tangan pada Rinjani.

"Farel nunggu dimana?"

"Lapangan."

"Searah dong kalau gitu... Lo ke lapangan, dan gue ke ruang musik." Riang Salsa.

Bulan bengong. "Secepat itu?"

Salsa menyenggol bahu Bulan. "Perjuangan butuh proses! Doain aja."

"Semoga lo insaf setelah ini!" balas Bulan yang memiting leher Salsa dan menyeretnya.

"Jangan sekarang, Gue belum punya mantan banyak Bulan." Rengek Salsa.

"Awas lo kena karma!"

Salsa mendelik. "Mirror please!"

"Sialan lo!" Umpat Bulan, melepaskan pitingannya.

"See u nanti malem, jangan telat!" ucap Salsa yang menutup mulut dengan tangan kanan dan memberikan cium jauh.

Bulan bergidik, menggelengkan kepala, dan berjalan menuju segerombolan Farel yang menguasai lapangan, bermain basket.

Kedatangannya tak lepas dari pandangan Farel yang sedari tadi mencari Bulan. Cowok itu duduk di bangku penonton dengan seorang temannya, tak ikut bermain basket.

Cowok itu berdiri kala Bulan telah disampingnya. "Gue duluan!" Pamit cowok itu pada teman-temannya.

Bulan tak mau menyia-nyiakan kesempatan, mumpung banyak pasang mata melihatnya. Bulan langsung bergelanjut manja dilengan kanan Farel. Bahkan Cika ada di sana, menahan kesal setengah mati, mampus!

Cika juga melihat Farel yang membukakan pintu mobil untuk Bulan. Dalam hati, Bulan ngakak abis.

"Mau jalan dulu gak?" Tawar Farel kala mobil itu telah keluar dari gerbang sekolahnya.

"Langsung pulang aja... Main di rumah." ucap Bulan yang tengah menghidupkan radio.

Buka hatimu, bukalah sedikit untukku,

Bulan hendak mematikan radionya, namun tangannya ditahan Farel.

Sehingga diriku bisa memilikimu,

Betapa sakitnya, betapa perihnya hatiku,

Selalu dirimu tak menganggapku ada.

-Buka hatimu.Armada

Klik, Farel mematikan radionya. "Jangan ngerasa bersalah... Gue masih sanggup berjuang buat lo, untuk cinta sama gue!"

Bulan sudah tersindir oleh alunan itu, dan ucapan Farel... Benar-benar menamparnya, sejahat itukah Bulan?"

***

Hotpants hitam, crop putih tanpa lengan yang memperlihatkan kalung di perut absnya, hills tali dengan tinggi lima senti, serta sentuhan curly di ujung rambutnya, benar-benar menambah kecantikan seorang Rembulan Aurora Ayodha.

Mengambil tas slempang hitam kecil, memasukkan ponsel Farel. Bulan turun ke bawah, seperti biasa rumahnya sepi. Kedua orang tuanya sibuk dalam bisnis mereka. Ia hanya di rumah mewah ini dengan tiga asisten, dua satpam, dan satu sopir.

Pukul tujuh lewat dua puluh tiga menit, belum malam. Farel saja baru pulang dari rumahnya pukul setengah tujuh kurang lima tadi.

Sebenarnya Farel tetap memaksa untuk ikut, namun Bulan tetap menolak. Bulan berjanji malam minggu besok dirinya akan jalan bareng Farel, alhasil cowok itu menurutinya.

Seluruh asistem, satpam, dan sopir sudah sangat hafal dengan tabiatnya. Apakah orang tuanya tau? mamanya tau, sedangkan papanya belum. Mama cewek itu, sudah mewanti-wanti seluruh orang di rumahnya untuk tidak membocor ini pada papanya, sebab papa Bulan sangat keras. Senakal apapun Bulan, mamanya akan melindungi semua kesalahannya dalam batas wajar.

Bulan menutup pintu taksi kala selesai membayarnya. Tadi sebelum berangkat, Bulan sudah memesan taksi, jadi saat keluar gerbang rumahnya, ia tak perlu menunggu lagi.

Seperti biasa club selalu ramai oleh usia yang tak jauh darinya. Sebab ia datang ke club khusus remaja, bukan untuk dewasa. Saat masuk ke dalam, dentungan musik sangat menggelegar memenuhi ruangan dengan lampu kelap-kelip yang remang.

Bulan mengedarkan pandangan mencari kedua sahabatnya. Dapat! Kedua temannya itu tengah duduk didepan bar.

"Hei, dateng juga lo!" Sambut Salsa.

"Gue pikir lo gak dateng... Lagi keasikan sama Farel." Canda Rinjani yang menyodorkan segelas alkohol padanya.

Jujur saja Bulan bukan cewek baik-baik, ia juga remaja pada umumnya yang ingin menikmati masa muda. Lalu apa tidak ada gunjingan dari orang-orang di sekitarnya? Jelas ada, tapi Bulan tak pernah peduli akan hal itu. Ia menutup telinga rapat, bagi Bulan yang terpenting ia bahagia dan tidak mengganggu hak orang lain.

Bulan meneguknya. "Dapet cowok gak lo?"

"Gue hari ini insaf, silakan lo dan Rinjani yang main-main."

"Gue juga males hari ini, cuma pengen minum." ungkap Rinjani yang masih sadar.

"Gue sendirian gitu? Gak asik banget lo berdua."

Salsa berdecak. "Sana cari cowok!"

"Males ah. Maunya dicariin aja gak mau mencari." saut Bulan, meneguk gelas itu lagi.

Bulan bangkit menikmati dunia malam itu. Ia lupa dunia nyata... Tiba-tiba Bulan oleng, jika saja tidak ada yang menahan pinggangnya, bisa dipastikan ia terinjak kaki-kaki manusia disini.

"Sorry! Lo gak papa?" sedikit teriak cowok yang menahannya itu.

Bulan mengangguk. Ia terkejut, cowok itu menggendongnya ala brigdal-style lalu mendudukkan dirinya di sofa pojok yang kosong.

"Sorry, gue gak sengaja tadi! Lo bener-bener gak papa, kan?"

Bulan menepuk pelan lengan cowok itu. "Gue gak papa! Santai aja."

Cowok itu tersenyum. "Nama lo siapa?"

Bulan menerima uluran tangan cowok itu. "Bulan. Lo siapa?"

"Rigel." jawab cowok itu.

Rigel menyodorkan ponselnya. "Nomor hp lo?"

"Buat apa?" tanya Bulan, meski begitu Bulan tetap mengambil ponsel Rigel, mengetikkan nomor hpnya.

Rigel tersenyum menerima ponselnya kembali. "Thanks!"

"Sini duduk!" pinta Bulan menepuk sofa di sebelahnya lantaran cowok itu sedari tadi berjongkok di depannya.

Saat Rigel baru mendudukkan dirinya, Bulan tanpa malu-malu langsung merangkul pinggang Rigel. Bulan terkekeh, Rigel kaget atas sikapnya namun tersenyum puas kala cowok itu mengelus bahunya.

"Cewek lo gak marah, kan? Kita kayak gini?" tanya Bulan

Rigel tersenyum kecut. "Gue baru putus."

Bulan tak menjawab, menikmati aroma cowok itu.

Entah sudah berapa lama waktu yang ia habiskan dengan mengobrol bersama Rigel. Kedua temannya datang pada mereka dengan keadaan setengah sadar, memberikan tas Bulan lalu berpamitan.

"Gue antar pulang ya?" pinta Rigel, kala melihat kedua teman Bulan yang telah pergi.

"Udah gak mau lama-lama sama gue?"

Rigel mengacak rambut Bulan. "Udah malem, lain kali kita atur waktu buat ketemu lagi."

Bulan mengangguk. Keduanya keluar dari dunia malam menuju mobil cowok itu.

Di tengah perjalanan, mereka masih saling mengobrol hingga tak terasa telah sampai di depan rumah Bulan.

"Hati-hati jangan ngebut!" ucap Bulan

Rigel mengangguk, saat Bulan akan membuka pintu mobil, cowok itu menahannya.

"Kenapa?" tanya Bulan.

Cup... Rigel mencium pipi kiri Bulan. Bulan diam, menatap cowok itu dengan smirk tertahan. Sedangkan Rigel, tersenyum canggung, menggaruk tengkuknya. Bulan terkekeh, membuka pintu mobil dan turun membiarkan cowok itu berlalu.

Pukul dua belas lebih sepuluh kala Bulan melihat jam di dindingnya. Bergegas membersihkan tubuh, Bulan mandi tengah malam.

Selesai dengan ritual kecantikannya, cewek itu naik ke atas kasur. Membuka ponsel Farel, dan... Banyak sekali pesan dari Farel, Bulan tak membukanya satupun.

Cewek itu memilih membuka kontak Farel dan hanya ada nama cowok-cowok saja. Beralih ke galeri cowok itu, di sana banyak sekali foto-foto Bulan. Baik cowok itu yang maling fotonya ataupun Bulan yang selfie menggunakan ponsel Farel. Cowok itu bahkan menggunakan foto Bulan untuk layar kunci, beranda, dan juga profil whatsappnya.

Berbicara mengenai selfie, Bulan teringat akan sesuatu. Bulan tersenyum tipis, ide jahil mulai menguasai Bulan. Jemarinya beralih membuka aplikasi w******p, menuju penyimpanan, mengklik satu foto, dan kirim. Bulan tertawa puas.

Lihat saja setelah ini ia yakin cowok itu akan meneror dirinya habis-habisan.

Dan benar saja, baru lima menit foto yang ia kirimkan. Farel sudah memspam pesan dan menelfon berkali-kali.

Ia membuka room chat Farel yang lebih tepatnya room chat bernama Bulan♥ di ponsel Farel ini. Banyak sekali pesan yang muncul. Ia hanya sempat membaca, 'hapus sekarang!' 'bales' dan 'angkat' sebelum layar ponselnya berubah menjadi vc dan mati.

Bulan tertawa, saat akan membaca lagi, deringan telfon via pulsa tertera nama Farel. Akhirnya Bulan mengangkat telfon cowok itu.

Cepet hapus atau gue ke rumah lo sekarang!

Bulan tersenyum diam, kentara sekali cowok itu tengah kesal.

Apa sih? Lo gak mau foto gue terpost di status lo?

Jangan bikin gue emosi, Cepet hapus!

Gue otw!

Iya-iya gue hapus sekarang!

Klik, Bulan mematikan sambungan mereka sepihak.

Membuka aplikasi WA, mengklik status miliknya. Dilihat oleh 168 dalam waktu sepuluh menit. Bulan lalu menekan icon sampah dan menghapusnya, ide jahil dia berjalan dengan tepat sasaran.

Foto yang ia upload adalah foto yang ia ambil sebelum berangkat ke club dengan pose mirror selfie di mana ia menutupi wajahnya dengan ponsel Farel, jadi hanya terlihat style tubuh cewek itu.

Bulan kembali ke room chat Farel. Cowok itu mengirimi satu pesan, 'Bandel! Awas lo!' Bulan terkekeh, mengabaikan pesan itu dan memilih tidur.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status