Minggu pagi ini Bulan telah bersiap untuk berangkat menonton pertandingan basket antara SMA Merpati sekolahnya dengan SMA Mahkota.
Sebenarnya Bulan tak ingin pergi, namun Farel terus memaksanya datang karna cowok itu akan bermain. Alhasil Bulan menurutinya, itung-itung cuci mata.
Bulan datang ke sini sendiri, kedua temannya tak bisa ikut menonton, dan ia naik taksi lantaran tak ingin dijemput Farel, padahal cowok itu sudah berkali-kali menawarinya namun Bulan tolak.
Sesampainya ia di Gor Lawung itu, Bulan langsung bergegas masuk mencari keberadaan Farel. Hal pertama yang ia lihat adalah banyaknya pasang mata yang menatapnya, baik dari sekolahnya ataupun sekolah lain yang ikut menonton pertandingan ini. Ada yang terpesona, kaget, dan ada juga yang berbisik-bisik. Ayolah nama Rembulan Aurora Ayodha sangat tidak asing di luar sekolahnya.
Memilih mengabaikannya, Bulan terus melangkah mencari keberadaan Farel. Lambaian tangan seseorang membuat langkah Bulan menuju cowok itu, Farel.
"Lama banget datengnya." cemberut Farel.
"Cewek ribet!" balas Bulan yang membuat Farel terkekeh.
"Lo nonton dari sini aja!" pinta Farel.
"Gak!"
"Terus lo mau nonton di mana? Di sana ramai, gue gak bisa ngawasin lo."
"Terserah gue!'
"Nurut aja sih sama gue!"
"Lo bukan cowok gue!"
Farel berdecak. "Kalau gue menang, jadi cewek gue?"
"Gak mau!"
"Lo selalu nolak gue." lirih cowok itu.
"Lo menang kita liburan." ucap Bulan tiba-tiba.
"Seminggu?" pinta Farel.
"Bolos gitu?"
Farel mengangguk.
"Oke."
Mendengar ucapan Bulan, Farel tersenyum lebar. Menautkan jemari kirinya dengan jemari kanan Bulan. Bulan menggelengkan kepala, dasar cowok!
"Asli gak rela buat melepas ini!" ungkap Farel menatap tautan mereka kala sang wasit meniupkan peluit tanda pertandingan akan dimulai.
"Ya udah, gak jadi liburan!"
"Harus jadi!" saut Farel, melepaskan tautan mereka.
"Cabut! Lo kalah kita batal!" usir Bulan.
"Apapun, gue usahain yang terbaik buat lo."
Bulan mengangguk tersenyum tulus. Untuk pertama kalinya, Farel melihat senyuman tulus cewek yang sangat ia gilai itu. Jantungnya berdetak tak karuan, apakah Bulan mulai membuka hati pada Farel? Doakan saja semoga itu benar terjadi.
Bulan berjalan mundur dan berbalik pergi kala Farel telah berlari menuju lapangan.
Langkah kaki Bulan mengarah ke area stan minuman, dan memesan satu minuman.
Sembari menunggu pesanan, Bulan menjelajahi aplikasi i*******m di ponsel Farel. Cowok itu juga belum mengembalikan ponselnya hingga hari ini, biarkan saja.
Saking tenggelamnya dalam menscroll beranda akun Farel, Bulan dikagetkan dengan tangan yang menjulurkan ponsel di depan wajahnya.
Bulan mendongak, mata imut tajamnya bertabrakan dengan mata emerald di hadapannya, Bulan terpana.
"Hei!" ucap seseorang yang melambaikan tangan di depan wajah Bulan.
"E-eh ya?" Kaget Bulan kala cowok bermata emerald itu menyadarkannya.
Cowok itu mengulurkan kembali ponsel ke arah nya, "Boleh minta nomor lo?"
"B-boleh." Gugup Bulan, menerima ponsel itu dan mengetikkan digit nomornya.
Cowok itu berlalu begitu saja tanpa berucap setelah Bulan mengembalikan ponselnya.
Bulan tetap menatap kepergian cowok itu, di kejauhan cowok itu menoleh dan tersenyum simpul ke arahnya lalu menghilang di tikungan.
Bulan memegang kedua pipinya, panas! Jantungnya berdetak! Ini tak baik untuk kesehatannya. Bulan benar-benar di buat linglung oleh tatapan mata emerald itu. Bulan malu! Menutup mukanya dengan kedua tangan dan menggertakkan kedua kakinya berkali-kali di lantai.
"Mbak, ini pesanannya?" ucap penjaga stan tersebut.
Bulan mendongak, merapikan rambutnya, dan berdehem. "Makasih." ucapnya sembari berlalu dengan satu tangan yang menutup sedikit wajahnya, malu!
Brukk...
Akibat Bulan yang menutup sedikit wajahnya tanpa sadar dirinya menabrak seseorang dan tidak sengaja minuman Bulan mengenai baju orang itu."E-ehhh sorry-sorry gak sengaja, maa- Rigel?"
Rigel tersenyum tipis. "Hei! Ketemu lagi?"
Bulan ikut tersenyum. "Sorry ya gue bener-bener gak sengaja, sebentar!"
Bulan membuang cup ke tempat sampah di sebelahnya, menggeledah tas slempangnya, mengambil tisu.
"Gue bersihin ya." tangan Bulan bergerak membersihkan noda di jaket Rigel namun Rigel menahannya.
"Gak usah, santai aja ini masalah kecil." kata Rigel, melepas jaketnya memperlihatkan kaus hitam polos yang melekat pas di tubuhnya, kulit putih, dan jangan lupakan urat cowok itu yang sedikit menonjol.
Bulan merebut jaket Rigel dengan paksa. "Kalau gitu biar gue cuci sebagai permintaan maaf."
Rigel yang hendak menolak lantas mengurungkan niat lantaran cewek itu menyatukan kedua tangannya dan mengedipkan berkali-kali mata imut tajamnya, alhasil Rigel mengangguk.
"Kayaknya ngobrol di sini kurang nyaman. Mau ke cafe depan?" ajak Rigel.
"Boleh."
Keduanya berjalan berdampingan menuju cafe depan. Cafe bernuansa outdoor itu sangat menyegarkan mata.
"Lo ngapain di sini?" tanya Bulan setelah waiters itu pergi.
"Gue anak SMA Mahkota, ya gue nonton mereka lah."
Bulan ber-oh ria sembari mengangguk.
"Lo ada hubungan apa sama Farel?" to the point cowok itu.
Bulan membasahi bibirnya. "Lo kenal Farel?"
"Sekedar tau, dan... Nomor yang lo kasih-"
"Hp gue ada di Farel, dan gue pakai hp dia." Jujur Bulan.
"Kalian pacaran?"
Bulan menggeleng. "Ya gimana ya, gue belum ada rasa sama dia sih!"
"Tapi lo sama Farel keliatan deket banget."
"Iya emang! Dia baik sama gue, dan gue juga gak punya alasan buat gak baik sama dia."
"Dia tau lo gak suka sama dia?"
Bulan mengangguk. "Gue udah sering nolak dia, tapi dia tetep kekeh. Ya udah, kita deket terus."
"Lo gak ingin menjauh dari Farel?" tanya Rigel penuh arti.
"Gue gak punya alasan buat jauhin Farel. Jadi kenapa gue harus jauhin dia? Kalau masalahnya tentang perasaan itu urusan hati masing-masing, kan?"
Rigel mengangguk pelan bersamaan dengan getaran ponsel di saku cowok itu. Cowok itu memberi kode Bulan untuk mengangkat telfon, Bulan mengangguk memilih membuka aplikasi whatsappnya. Bulan sedikit mendengar, cowok itu mengatakan bahwa gue di cafe depan... ya udah gue ke situ.
"Lan, Lo masih mau di sini atau balik ke dalam?"
"Kenapa? Lo ada perlu?" tanya Bulan balik.
Rigel mengangguk.
"Oh ya udah gak papa, pergi aja! Nanti pesenannya biar gue yang bayar."
"Thanks, gue cabut dulu!" pamit Rigel yang masih sempat mengelus puncak kepalanya.
"Ini mbak pesanannya!" lamuyan Bulan buyar saat pelayan itu mengantarkan pesanannya.
"Makasih."
Pelayan itu mengangguk bersamaan dengan ponsel Farel yang bergetar.
Bulan is calling...
Dengan cepat Bulan mengklik icon hijau.Lo di mana?
Cafe depan!
Tetep di situ, gue otw ke sana!
Bulan meletakkan ponselnya menunggu kedatangan Farel.
Terlihat cowok itu masuk dengan tampilan fresh, sepertinya cowok itu baru mandi. Pakaiannya juga sudah tidak memakai jersey.
"Lo gak nonton gue, kan?" tuding Farel kala cowok itu telah duduk di tempat Rigel tadi.
Bulan mengeleng. Terlihat cowok itu menghela nafas dalam.
"Lo menang atau kalah?" tanya Bulan, kepo.
"Maafin gue." lirih Farel.
Bulan memutar bola matanya. "Sayang banget kita gak jadi berduaan selama seminggu."
"Maafin gue... Gue jelas menang lah!"
Bulan melotot. "Jangan bohong?"
Farel menunjukkan ponsel ke arah Bulan, terdapat sebuah foto di mana seluruh anggota basket berfoto bersama dengan piala di tangan Farel.
Farel mengeluarkan smirknya penuh kemenangan menatap Bulan.
"Kita undur, besok kita ujian!"
Farel mendelik. "Jangan ngada-ngada buat nunda hal baik."
Bulan mengedikkan bahunya. "Cek grub sekolah!"
Dengan cepat Farel mengikuti perintah Bulan. Sialan! Gagal sudah liburan mereka besok.
"Abis ujian! Harus pokoknya, gak mau tau."
Bulan mengangguk saja.
"Minuman siapa?" tunjuk satu minuman di hadapannya.
"Punya Rigel! Belum tersentuh! Kalau mau minum, kalau gak mau pes-"
"Lo ngapain sih ketemu dia?"
"Gak sengaja ketemu!" ralat Bulan.
"Tetep aja! Terus kenapa lo di sini? Kenapa gak nonton gue?"
"Gue di ajak kesi-"
"Harusnya lo nolak!"
"Lo kenapa sih?" Bulan mulai kesal.
Farel terdiam, menggosok mukanya kasar.
"Lo udah pesen makan?" alih Farel.
"Ayo pulang!"
Farel berdecak melihat Bulan berdiri hendak berlalu lalu dengan cepat menahan lengannya.
"Jawab! Ini jaket Rigel?" tunjuk Farel ke arah jaket ditangan Bulan.
"Gue gak sengaja nabrak dia dan minum gue kena jaketnya. Mau gue cuci sebagai permintaan maaf!" ungkap Bulan dengan wajah juteknya.
"Biar gue aja yang cuci!" Farel merebut jaket itu.
Bulan merebutnya kembali. "Apaan sih gak usah!"
"Udah biar gue aja!"
"FAREL PLISSS!" kesal Bulan kala cowok itu hendak merebutnya lagi.
Farel diam, Bulan memandangnya. Membuka tas slempang, menaruh selembar kertas merah dan berlalu pergi.
Farel mendengus, mengekori cewek itu pergi.
"Gak usah ngambek, maafin gue!" ucap Farel memeluk Bulan dari belakang kala mereka berada tepat di sebelah mobil Farel dengan Bulan yang hendak membuka pintu samping kemudi.
Bulan menutup pintu kemudi kembali. Berbalik badan, menatap Farel, lalu memeluknya erat.
Mereka berdua tak sadar, dari kejauhan ada seseorang yang mengamati mereka sejak tadi.
Bulan baru saja memarkirkan mobil Lexus RX Luxury putih miliknya tepat di samping mobil milik Farel.Kala Bulan turun dari mobilnya, terlihat sang pemilik mobil di sebelahnya tengah duduk di kap depan dengan kedua tangan berada di saku celana serta pandangan yang terus menatap ke arah Bulan."Lo ngapain masih di sini?" tanya Bulan, merapikan rambut cowok itu.Farel menoleh sebentar. "Lo ngapain bawa mobil?""Emang kenapa?"Farel mendengus kasar. "Kalau lo naik mobil sendiri, gue gak bisa anter jemput lo lah!""Ya lo kan bukan sopir gue.""Apaan sih? Gue kan pengen berduaan sama lo!" sungut Farel."Lo gak liat sekarang kita juga lagi berduaan!""Itu beda cerita!"Bulan diam tak membalas ucapan Farel.Farel bangkit kala Bulan ikut mendudukkan diri di kap mobil cowok itu. Bulan menatap Farel
Hari ini ujian telah usai, semua beban telah Bulan lepas jauh-jauh.Kedua teman Bulan sudah pulang sedari tadi meninggalkan Bulan yang masih di area sekolah untuk bertemu Farel."Farel mana?" tanya Bulan pada teman Farel kala Bulan menginjakkan kaki di markas kumpul mereka."Dia udah ke parkiran sama yang lain katanya takut lo nunggu di sana.""Ya udah, thanks!"Bulan mencoba menghubungi cowok itu.Hal-Lo di mana sih? Gue cariin ke markas malah gak di sini!Gue di parkiran, gue pikir lo di sini! Lo masih di sana? Tunggu gue ke situ!Tut, Bulan mematikan sambungan mereka.Duduk di undakan tangga dengan kaki yang ia selonjorkan ke bawah dan kepala yang ia sandarkan di pegangan tangga itu.Dapat ia lihat Farel yang menatapnya di undakan paling bawah. Cowok itu naik, ikut du
Sesuai yang telah direncanakan, Bulan dan Farel hari ini akan berangkat ke Bali. Yap! Farel telah berhasil mendapatkan ijin dari mama Bulan untuk membawa cewek itu berlibur.Semua tiket, penginapan, dan hal lain di sana sudah diurus oleh Farel. Bulan hanya perlu duduk santai menikmatinya."Lo udah beberes, kan?" tanya Farel yang pagi ini sudah berada di rumah Bulan.Bulan menangguk sebagai jawaban.Mereka akan berangkat ke sana pukul tiga sore, jadi saat mereka sampai di sana bisa istirahat dulu sebelum memulai trip mereka besok pagi."Jalan dulu mau?" tawar Farel mendongak menatap Bulan yang duduk di sofa dengan dirinya berada di karpet bulu."Gak, lo pulang aja!" usir Bulan.Farel berdecak. "Ayo jalan dulu!""Gue gak mau!""Kenapa sih? biasanya lo juga mau.""Rigel mau ke sini!""Ngapain? Jadi lo gak mau gue ajak karna dia mau ke sini? Dan lo malah nyuruh gue pergi, biar lo bisa berduaan sama dia, gitu?"
Farel menguap lebar memandang hamparan pantai di depannya.Pagi-pagi sekali Bulan sudah menggedor-gedor pintu kamarnya hanya untuk mengajak Farel ke pantai melihat sunrise."Jangan terlalu ke tengah kalau lo diterkam ombak gue gak nolongin!" peringati Farel kala Bulan semakin ke tengah pantai."Rel, fotoin gue buruan! Ini cantik banget cahaya ilahi nya.""Lo pikir gue fotografer lo gitu, gue ke sini juga buat liburan!" cemberut Farel, tetap mengarahkan kameranya ke arah Bulan.Cowok itu tersenyum melihat hasil jepretannya, Bulan yang memang cantik atau jepretan Farel yang membuat Bulan semakin indah."FAREL SINI!" teriak Bulan, melambaikan tangan ke arahnya."Gak mau gue udah mandi!""Rel seriusan, cepet ke sini! Kaki gue kram!""Jangan boo-" Farel berlari menuju Bulan kala melihat cewek itu terduduk di air pantai.
"Gak kerasa lusa kita udah balik ke Jakarta." kata Bulan yang menaruh dagunya di bahu Farel. Keduanya tengah berada di pantai untuk melihat sunset."Kalau lo mau, kita bisa nambah liburan lagi. Mau?""Mau, tapi di Jakarta aja!""Gak mau ke Lombok nih?" tawar Farel menaik turunkan alis."Kalau bisa seluruh dunia aja kita kelilingin!" jawab Bulan mengebu-gebu."Bisa! lo mau?""Mau tapi lo harus izin ke papa sama mama gue, berani?""Berani lah! Gue udah naklukin mamer tinggal naklukin pamer, kapan?""Nanti kalau lo udah jadi suami gue." celetuk Bulan polos dan Farel tak bisa menyembunyikan senyumannya."Lo seneng gak?"Bulan mengangguk. "Banget, makasih banyak! Lo selalu jagain gue di sini.""Sama-sama, apapun itu buat lo bahagia! Gue bakal lakuin." Farel mengecup dahi Bulan penuh sayang."Udah cocok jadi calon suami lo belom?" goda Farel."Udah! Tinggal tunggu keputusan sang penulis.
Drtt... Drtt... DrttLo gila ya pagi-pagi udah nelfonin gue, gue masih ngantuk Rel.Katanya mau jalan-jalan keliling Jakarta, gimana sih?Ya tapi gak sekarang! Ini masih ngantuk banget.Ya udah ntar sore.Tut... Bulan mematikan sambungan sepihak. Mereka sebenarnya sudah sampai pukul delapan malam, namun Farel ngotot memaksanya ikut ke tempat tongkrongan gerombolannya dengan alasan bagi oleh-oleh, alhasil saking asiknya mengobrol pukul setengah dua belas malam Bulan baru sampai di rumahnya, itupun Bulan sudah menolak ajakan Farel untuk cari makan dulu."Hufh... Gue gak bisa tidur lagi, resek banget emang Farel." kesal Bulan berguling-guling di atas kasur."Gue harus ngapain?" Bulan duduk, menggaruk-garuk rambutnya.Bulan bangkit dari kasur, menyibak tirai menyambut kilauan sang matahari.
"Lan-Lan itu Farel! Gak mau samperin?" ucap Salsa menunjuk Farel bersama gerombolannya yang hendak menuju kantin.Bulan menatap Farel yang juga menatapnya namun Farel dengan cepat memutuskan pandangan itu.Bulan mengehela nafas lemah. "Lo gak liat apa tatapan dia barusan."Semenjak pertengkaran antara Farel dan Virgo, sekitar dua minggu yang lalu, Farek tak pernah lagi berhubungan dengan Bulan. Tak menelfon, menjemputnya, ataupun menganggu Bulan, Farel benar-benar menjauhinya."Lo juga salah Lan! Farel ngejar lo udah dua tahun lebih. Terang-terangan ke lo, tapi lo gak pernah bales perasaan tu cowok." ucap Rinjani."Dan dengan gobloknya lo jalan berkali-kali sama cowok lain di depan mata Farel, ya gue tau lo itu playgirl suka tepe-tepe ke cowok lain. Tapi gak gini juga, lo keterlaluan! Setiap cowok yang deketin lo pasti endingnya kalian pacaran walaupun baru ketemu sehari aja lo mau. Tapi liat, giliran sama Farel, lo tutup mata!" imbuh Salsa.
"Tumben lo pagi-pagi udah dateng? Lo kesambet?" ucap Rinjani heran pagi-pagi Bulan sudah datang ke sekolah. "Dateng pagi salah, dateng siang salah. Mau lo gimana? Apa gak usah dateng-dateng lagi?" sahut Salsa. "Gue..." Bulan menjeda ucapannya "Gue mau coba bikin Farel balik lagi." "Lo serius Lan?" tanya Salsa menatap Bulan. "Lo udah ngebuka hati buat dia?" imbuh Rinjani. "Gue mau coba!" Salsa menghela nafas. "Jadi lo belum punya perasaan buat Farel?" "Bulan lagi nyoba Sal, semua butuh proses!" jawab Rinjani. "Lan, sikap gue gini sama lo gak ada maksud apa-apa. Gue cuma pengen lo bisa tegas sama perasaan lo. Ya mungkin sekarang ibaratnya lo sedang nyakitin orang lain, makanya gue gak mau lo sakit di masa depan. Terlepas dari itu semua gue selalu dukung keputusan lo," ucap Salsa merangkul Bulan. "Iya gue tau Sal, gu