Drttt... Drttt... Drttt
Bulan mengucek kedua matanya, mengambil ponsel lalu mengangkatnya.
Apa?
Mau gue jemput gak?
Ya!
Buruan siap-siap! Sepuluh menit lagi gue otw.
Lalu Farel memutuskan sambungannya.
Pukul enam lewat sebelas. Bulan menguap, beranjak menuju kamar mandi.
Pukul enam lewat tiga puluh satu, Bulan baru saja selesai memakai sragamnya. Berjalan ke cermin, memakai lotion, menyisir rambut, memakai bedak, mengoles lipbam, menyemprotkan minyak wangi, beralih ke meja belajar, mengambil buku dan menggendong tasnya menuju rak sepatunya, memakainya, dan keluar menemui Farel.
"Ayo!" ajak Bulan kala melihat cowok itu tengah duduk di ruang tamu rumahnya.
Keduanya masuk mobil, Farel sempat melihat jam diponselnya, pukul tujuh kurang tiga belas menit.
"Mau cari sarapan dulu?" tawar Farel.Bulan mengecek jam diponselnya juga, menggeleng. "Langsung aja."
"Gue ngebut! Biar gak telat."
Bulan hanya mengangguk.
Di sepanjang jalan baik Farel dan Bulan saling diam. Farel tau nyawa cewek itu belum sepenuhnya sadar.
Farel memarkirkan mobilnya tepat saat bel berbunyi, lantaran padatnya murid yang berdesakkan. Keduanya memilih lewat lapangan, dan sialnya tengah ada anggota osis yang hendak melakukan razia. Otomatis Farel dan Bulan tertangkap, keduanya tertangkap lantaran tidak memakai dasi, tidak memakai sabuk, baju yang tak sesuai aturan, rambut di cat, dan terlambat dua menit masuk kelas.
Alhasil, di sini lah mereka sekarang, lapangan upacara. Dijemur massal bersama murid lainnya, hormat bendera sampai istirahat pertama, pukul sepuluh nanti.
Saat semua osis pergi, Farel yang berada di samping Bulan, menyuruh segerombolannya yang juga kena razia untuk berjejer rapi menghalangi sinar matahari yang mengarah ke Bulan. Farel khawatir Bulan belum sarapan, ia takut jika cewek itu pingsan.
Bulan menurunkan tangannya. "Ayo cabut!"
Farel mengikuti Bulan. "Mau ke mana?"
"Uks atau rooftop?" usul Bulan.
"Rooftop." Putus Farel sembari merangkul cewek itu.
Mengenai hukuman? Biarkan saja, mereka tak peduli.
Farel membuka pintu rooftop, mengiring cewek itu menuju sofa yang masih utuh dan bersih. Jelas, gerombolan Farel sering membolos di sini.
"Gue pesenin makanan mau?"
Bulan menggeleng. "Nanti aja! Belom laper."
"Laper bilang, jangan ditahan."
Bulan hanya mengangguk, lalu memainkan rambut Farel, kala cowok itu menidurkan kepalanya di paha Bulan.
"Pulang bareng siapa lo tadi malem?"
"Temen."
"Dapet cowok baru?"
Pertanyaan Farel menghentikan aktivitasnya yang memainkan rambut cowok itu.
"Gak." Jawab Bulan, melanjutkan aktivitasnya lagi.
Tiba-tiba Farel bangun, duduk bersila menghadap Bulan. "Rigel siapa?"
Damn it! Kemarin Bulan memberikan nomor aslinya dan sialnya, ia lupa bahwa ponselnya tengah berada di kekuasaan Farel.
"Kelakuan lo emang gak berubah!" ucap Farel, cowok itu meraih kedua pipi Bulan.
"Hukuman atas story itu,"
Cup... Farel mencium pipi kanan Bulan."Hukuman karna lo nglarang gue ikut,"
Cup... Farel beralih mencium pipi kiri Bulan."Hukuman atas lo sama cowok lain,"
Cup... Farel mencium kening Bulan lama.Tatapan Farel turun ke bibir cewek itu lalu menatap Bulan yang juga menatapnya.
"Jangan macem-macem!" ancam Bulan, ia paham maksud cowok itu.
"Hukuman buat lo yang masih bandel."
Cup... Farel mencium hidung Bulan.Farel menekan kedua pipi Bulan, alhasil bibirnya jadi monyong. "Gue belum punya hak marah ke lo... Tapi buat hak cemburu, lo gak bisa nglarang gue!"
Bulan diam menatap cowok itu yang juga ikut menatapnya, lalu Bulan melingkarkan kedua tangannya di leher Farel dan menidurkan kepala di dada cowok itu. Farel tak tinggal diam, tangan kiri cowok itu memeluk erat pinggang Bulan, sedangkan tangan kanan mengelus rambutnya.
"Lo selalu nunjukin sifat asli lo, biar gue terbiasa... Jadi saat lo tau kebiasaan gue balik, lo juga harus terbiasa Rel." Ucap Bulan.
Farel tak menyautinya, cowok itu memilih menciumi puncak kepala Bulan, memeluk lebih erat cewek itu.
Farel tau Bulan belum menyukainya, ia pantang mundur. Farel juga tak kalah berparas jika dibanding mantan-mantan Bulan, namun entah kenapa Bulan belum menerimanya. Hal itu yang membuat Farel semakin tertantang untuk mengejar Bulan.
Farel menyukai Bulan bukan karna cewek itu cantik, itu hanya bonus. Ia tulus menyukai Bulan sejak dua tahun lalu. Tepatnya saat masih dibangku SMP kelas akhir, mereka satu kelas.
"Cari makan yuk? Laper!" ajak Bulan tiba-tiba.
Farel melihat ponselnya, pukul sembilan lewat dua puluh satu. Farel mengangguk, meraih pinggang Bulan dan membawanya ke kantin.
***
Gue otw!
Tertera pesan dari Farel, Bulan buru-buru memakai lipstik mate nya. Sesuai janji, malam minggu ini, mereka akan jalan bareng. Cowok itu sudah berkali-kali menagihi Bulan sejak mereka di kantin sampai saat cowok itu menurunkan Bulan di depan rumahnya, pulang sekolah tadi.
Hari ini, Bulan memakai rok sifon putih setengah paha dengan baju sabrina warna maroon.
Mengecek penampilannya yang telah perfect, Bulan turun kebawah menunggu cowok itu.
Lima menit berlalu, terdengar deru mobil yang berhenti di halamannya. Bulan langsung keluar, dan benar saja mobil Farel. Tanpa menunggu cowok itu turun, Bulan langsung masuk mobil cowok itu.
"Gak sabaran banget malmingan bareng gue." kata Farel kala melihat Bulan tergesa-gesa masuk mobilnya.
"Kita udah dua minggu gak malmingan bareng... Lo gak kangen malmingan bareng gue?"
"Salah lo, tiap gua ajak selalu nolak." terang Farel.
"Gue sibuk."
"Sibuk sama cowok lain!" tukas Farel.
Bulan mengangguk. Cowok ini benar-benar... Terlihat santai tapi Bulan tau jauh di lubuk hatinya, cowok itu menaruh kesal atas sikap Bulan.
Mobil yang mereka tumpangi berhenti di sebuah tempat ngopi yang ramai muda-mudi. Saat mereka memasuki tempat itu, Farel dengan posesif memeluk pinggang Bulan, mau bagaimana lagi? Banyak pasang mata cowok menatap kearah Bulan. Kan, Farel kesal.
Farel memilih lantai tiga yang tidak terlalu ramai. Saat Bulan mengajaknya di lantai satu, cowok itu menjawab. "Di lantai tiga aja, bisa liat pemandangan. Gak sumpek!". Jelaslah gak sumpek, orang di lantai tiga tidak ada cowok satupun. Hanya ada beberapa cewek-cewek, dasar modus.
Niat hati ingin membuat kesal Farel, malah ia yang kesal sendiri. Bagaimana tidak? Cewek-cewek disini terang-terangan menatap Farel.
Bulan kesal, menarik kursinya berpindah tepat di sebelah Farel.
"Lo cemburu?" tanya Farel kala cewek itu menaruh dagunya di bahu Farel. Farel tersenyum, apa yang dilakukan Bulan sedari tadi tak luput sedikitpun dari pandangannya.
"Lo mainnya curang." balas Bulan, kesal.
Farel tertawa, meraih pinggang Bulan lalu mengecup pipinya singkat. Bulan tersenyum kemenangan, bisa dipastikan cewek-cewek yang menatap Farel itu tengah kebakaran jenggot, mampus!
Saat mereka tengah asik berdua, terdengar alunan musik. Bulan menoleh ke bawah, ada beberapa cowok di atas panggung mini yang tengah menyumbangkan suara mereka, sepertinya mereka anak band. Bulan terus mengamati mereka, deg! Reyhan Bintang Abizar... Bulan langsung mengalihkan tatapannya. Farel yang melihat Bulan, turut ikut memandang ke bawah.
"Mereka manggung di sini juga ternyata."
Bulan menoleh. "Lo akrab sama mereka?"
"Laskar doang, karna sering nongkrong bareng. Yang lain gak, apalagi Reyhan datar banget."
Bulan memandang lagi ke bawah, tepatnya ke arah Reyhan. Cowok itu mengisi bagian gitar listrik, yang juga vocal. Saat part cowok itu menyanyi, tiba-tiba Reyhan menatap ke atas, tatapan mereka bertemu.
Pernahkah kau mengira,
Seperti apa bentuk cinta?,Rambut warna warni bagai gulali,
Imut lucu walau tak terlalu tinggi.-Bentuk cinta. Eclat Story"Ayo pulang!" ajak Bulan tiba-tiba.
Farel menatap Bulan yang sudah bangkit dari kursinya. "Baru juga dua jam udah ngajak pulang aja."
"Di rumah aja, ayoo Rel!" Rengek Bulan.
"Kenapa sih?" tanya Farel bingung.
"Udah ayo sih ke rumah gue! Gue balik sendiri nih kalau gak mau." cemberut Bulan.
Farel mengangguk gemas, turun melewati panggung. Tak sengaja Bulan menatap Reyhan yang juga menatapnya. Bulan mengalihkan pandangan, mempercepat jalannya. Farel yang melihatnya menjadi bingung, Bulan kenapa?
Sesampainya di rumah Bulan, cowok itu mengekor Bulan ke dalam. Saat mereka sampai di ruang tamu, Bulan menarik tangan Farel menuju lantai dua.
Bulan membuka pintu sebuah ruangan yang ternyata kamar cewek ini. Untuk pertama kalinya, seorang Farel memasuki kamar cewek itu.
Farel tak ingin menjelaskan bagaimana tatanan kamar cewek itu. Biar ia simpan sendiri.
"Kok bengong sih? Sini duduk!" panggil Bulan yang bersila di depan balkon, kala cowok itu berdiam diri di samping pintu kamarnya.
Farel mendekat, ikut bersila di sampingnya.
Farel menautkan jemari kanannya dengan jemari kiri Bulan. Bulan menoleh, menyandarkan kepala dibahu kanan Farel.
Keduanya saling diam. Menikmati hembusan angin di malam minggu ini.
Farel dengan sejuta perasaan untuk Bulan dan Bulan yang berkelana memikirkan seseorang.
Bulan menghembuskan nafas menatap langit, bulan itu bersinar terang dan akan bertambah terang saat ditemani bintang yang bertaburan.
Minggu pagi ini Bulan telah bersiap untuk berangkat menonton pertandingan basket antara SMA Merpati sekolahnya dengan SMA Mahkota.Sebenarnya Bulan tak ingin pergi, namun Farel terus memaksanya datang karna cowok itu akan bermain. Alhasil Bulan menurutinya, itung-itung cuci mata.Bulan datang ke sini sendiri, kedua temannya tak bisa ikut menonton, dan ia naik taksi lantaran tak ingin dijemput Farel, padahal cowok itu sudah berkali-kali menawarinya namun Bulan tolak.Sesampainya ia di Gor Lawung itu, Bulan langsung bergegas masuk mencari keberadaan Farel. Hal pertama yang ia lihat adalah banyaknya pasang mata yang menatapnya, baik dari sekolahnya ataupun sekolah lain yang ikut menonton pertandingan ini. Ada yang terpesona, kaget, dan ada juga yang berbisik-bisik. Ayolah nama Rembulan Aurora Ayodha sangat tidak asing di luar sekolahnya.Memilih mengabaikannya, Bulan terus melangkah mencari keberadaan Farel.
Bulan baru saja memarkirkan mobil Lexus RX Luxury putih miliknya tepat di samping mobil milik Farel.Kala Bulan turun dari mobilnya, terlihat sang pemilik mobil di sebelahnya tengah duduk di kap depan dengan kedua tangan berada di saku celana serta pandangan yang terus menatap ke arah Bulan."Lo ngapain masih di sini?" tanya Bulan, merapikan rambut cowok itu.Farel menoleh sebentar. "Lo ngapain bawa mobil?""Emang kenapa?"Farel mendengus kasar. "Kalau lo naik mobil sendiri, gue gak bisa anter jemput lo lah!""Ya lo kan bukan sopir gue.""Apaan sih? Gue kan pengen berduaan sama lo!" sungut Farel."Lo gak liat sekarang kita juga lagi berduaan!""Itu beda cerita!"Bulan diam tak membalas ucapan Farel.Farel bangkit kala Bulan ikut mendudukkan diri di kap mobil cowok itu. Bulan menatap Farel
Hari ini ujian telah usai, semua beban telah Bulan lepas jauh-jauh.Kedua teman Bulan sudah pulang sedari tadi meninggalkan Bulan yang masih di area sekolah untuk bertemu Farel."Farel mana?" tanya Bulan pada teman Farel kala Bulan menginjakkan kaki di markas kumpul mereka."Dia udah ke parkiran sama yang lain katanya takut lo nunggu di sana.""Ya udah, thanks!"Bulan mencoba menghubungi cowok itu.Hal-Lo di mana sih? Gue cariin ke markas malah gak di sini!Gue di parkiran, gue pikir lo di sini! Lo masih di sana? Tunggu gue ke situ!Tut, Bulan mematikan sambungan mereka.Duduk di undakan tangga dengan kaki yang ia selonjorkan ke bawah dan kepala yang ia sandarkan di pegangan tangga itu.Dapat ia lihat Farel yang menatapnya di undakan paling bawah. Cowok itu naik, ikut du
Sesuai yang telah direncanakan, Bulan dan Farel hari ini akan berangkat ke Bali. Yap! Farel telah berhasil mendapatkan ijin dari mama Bulan untuk membawa cewek itu berlibur.Semua tiket, penginapan, dan hal lain di sana sudah diurus oleh Farel. Bulan hanya perlu duduk santai menikmatinya."Lo udah beberes, kan?" tanya Farel yang pagi ini sudah berada di rumah Bulan.Bulan menangguk sebagai jawaban.Mereka akan berangkat ke sana pukul tiga sore, jadi saat mereka sampai di sana bisa istirahat dulu sebelum memulai trip mereka besok pagi."Jalan dulu mau?" tawar Farel mendongak menatap Bulan yang duduk di sofa dengan dirinya berada di karpet bulu."Gak, lo pulang aja!" usir Bulan.Farel berdecak. "Ayo jalan dulu!""Gue gak mau!""Kenapa sih? biasanya lo juga mau.""Rigel mau ke sini!""Ngapain? Jadi lo gak mau gue ajak karna dia mau ke sini? Dan lo malah nyuruh gue pergi, biar lo bisa berduaan sama dia, gitu?"
Farel menguap lebar memandang hamparan pantai di depannya.Pagi-pagi sekali Bulan sudah menggedor-gedor pintu kamarnya hanya untuk mengajak Farel ke pantai melihat sunrise."Jangan terlalu ke tengah kalau lo diterkam ombak gue gak nolongin!" peringati Farel kala Bulan semakin ke tengah pantai."Rel, fotoin gue buruan! Ini cantik banget cahaya ilahi nya.""Lo pikir gue fotografer lo gitu, gue ke sini juga buat liburan!" cemberut Farel, tetap mengarahkan kameranya ke arah Bulan.Cowok itu tersenyum melihat hasil jepretannya, Bulan yang memang cantik atau jepretan Farel yang membuat Bulan semakin indah."FAREL SINI!" teriak Bulan, melambaikan tangan ke arahnya."Gak mau gue udah mandi!""Rel seriusan, cepet ke sini! Kaki gue kram!""Jangan boo-" Farel berlari menuju Bulan kala melihat cewek itu terduduk di air pantai.
"Gak kerasa lusa kita udah balik ke Jakarta." kata Bulan yang menaruh dagunya di bahu Farel. Keduanya tengah berada di pantai untuk melihat sunset."Kalau lo mau, kita bisa nambah liburan lagi. Mau?""Mau, tapi di Jakarta aja!""Gak mau ke Lombok nih?" tawar Farel menaik turunkan alis."Kalau bisa seluruh dunia aja kita kelilingin!" jawab Bulan mengebu-gebu."Bisa! lo mau?""Mau tapi lo harus izin ke papa sama mama gue, berani?""Berani lah! Gue udah naklukin mamer tinggal naklukin pamer, kapan?""Nanti kalau lo udah jadi suami gue." celetuk Bulan polos dan Farel tak bisa menyembunyikan senyumannya."Lo seneng gak?"Bulan mengangguk. "Banget, makasih banyak! Lo selalu jagain gue di sini.""Sama-sama, apapun itu buat lo bahagia! Gue bakal lakuin." Farel mengecup dahi Bulan penuh sayang."Udah cocok jadi calon suami lo belom?" goda Farel."Udah! Tinggal tunggu keputusan sang penulis.
Drtt... Drtt... DrttLo gila ya pagi-pagi udah nelfonin gue, gue masih ngantuk Rel.Katanya mau jalan-jalan keliling Jakarta, gimana sih?Ya tapi gak sekarang! Ini masih ngantuk banget.Ya udah ntar sore.Tut... Bulan mematikan sambungan sepihak. Mereka sebenarnya sudah sampai pukul delapan malam, namun Farel ngotot memaksanya ikut ke tempat tongkrongan gerombolannya dengan alasan bagi oleh-oleh, alhasil saking asiknya mengobrol pukul setengah dua belas malam Bulan baru sampai di rumahnya, itupun Bulan sudah menolak ajakan Farel untuk cari makan dulu."Hufh... Gue gak bisa tidur lagi, resek banget emang Farel." kesal Bulan berguling-guling di atas kasur."Gue harus ngapain?" Bulan duduk, menggaruk-garuk rambutnya.Bulan bangkit dari kasur, menyibak tirai menyambut kilauan sang matahari.
"Lan-Lan itu Farel! Gak mau samperin?" ucap Salsa menunjuk Farel bersama gerombolannya yang hendak menuju kantin.Bulan menatap Farel yang juga menatapnya namun Farel dengan cepat memutuskan pandangan itu.Bulan mengehela nafas lemah. "Lo gak liat apa tatapan dia barusan."Semenjak pertengkaran antara Farel dan Virgo, sekitar dua minggu yang lalu, Farek tak pernah lagi berhubungan dengan Bulan. Tak menelfon, menjemputnya, ataupun menganggu Bulan, Farel benar-benar menjauhinya."Lo juga salah Lan! Farel ngejar lo udah dua tahun lebih. Terang-terangan ke lo, tapi lo gak pernah bales perasaan tu cowok." ucap Rinjani."Dan dengan gobloknya lo jalan berkali-kali sama cowok lain di depan mata Farel, ya gue tau lo itu playgirl suka tepe-tepe ke cowok lain. Tapi gak gini juga, lo keterlaluan! Setiap cowok yang deketin lo pasti endingnya kalian pacaran walaupun baru ketemu sehari aja lo mau. Tapi liat, giliran sama Farel, lo tutup mata!" imbuh Salsa.