Share

Part 4

Drttt... Drttt... Drttt

Bulan mengucek kedua matanya, mengambil ponsel lalu mengangkatnya.

Apa?

Mau gue jemput gak?

Ya!

Buruan siap-siap! Sepuluh menit lagi gue otw.

Lalu Farel memutuskan sambungannya.

Pukul enam lewat sebelas. Bulan menguap, beranjak menuju kamar mandi.

Pukul enam lewat tiga puluh satu, Bulan baru saja selesai memakai sragamnya. Berjalan ke cermin, memakai lotion, menyisir rambut, memakai bedak, mengoles lipbam, menyemprotkan minyak wangi, beralih ke meja belajar, mengambil buku dan menggendong tasnya menuju rak sepatunya, memakainya, dan keluar menemui Farel.

"Ayo!" ajak Bulan kala melihat cowok itu tengah duduk di ruang tamu rumahnya.

Keduanya masuk mobil, Farel sempat melihat jam diponselnya, pukul tujuh kurang tiga belas menit.

"Mau cari sarapan dulu?" tawar Farel.

Bulan mengecek jam diponselnya juga, menggeleng. "Langsung aja."

"Gue ngebut! Biar gak telat."

Bulan hanya mengangguk.

Di sepanjang jalan baik Farel dan Bulan saling diam. Farel tau nyawa cewek itu belum sepenuhnya sadar.

Farel memarkirkan mobilnya tepat saat bel berbunyi, lantaran padatnya murid yang berdesakkan. Keduanya memilih lewat lapangan, dan sialnya tengah ada anggota osis yang hendak melakukan razia. Otomatis Farel dan Bulan tertangkap, keduanya tertangkap lantaran tidak memakai dasi, tidak memakai sabuk, baju yang tak sesuai aturan, rambut di cat, dan terlambat dua menit masuk kelas.

Alhasil, di sini lah mereka sekarang, lapangan upacara. Dijemur massal bersama murid lainnya, hormat bendera sampai istirahat pertama, pukul sepuluh nanti.

Saat semua osis pergi, Farel yang berada di samping Bulan, menyuruh segerombolannya yang juga kena razia untuk berjejer rapi menghalangi sinar matahari yang mengarah ke Bulan. Farel khawatir Bulan belum sarapan, ia takut jika cewek itu pingsan.

Bulan menurunkan tangannya. "Ayo cabut!"

Farel mengikuti Bulan. "Mau ke mana?"

"Uks atau rooftop?" usul Bulan.

"Rooftop." Putus Farel sembari merangkul cewek itu.

Mengenai hukuman? Biarkan saja, mereka tak peduli.

Farel membuka pintu rooftop, mengiring cewek itu menuju sofa yang masih utuh dan bersih. Jelas, gerombolan Farel sering membolos di sini.

"Gue pesenin makanan mau?"

Bulan menggeleng. "Nanti aja! Belom laper."

"Laper bilang, jangan ditahan."

Bulan hanya mengangguk, lalu memainkan rambut Farel, kala cowok itu menidurkan kepalanya di paha Bulan.

"Pulang bareng siapa lo tadi malem?"

"Temen."

"Dapet cowok baru?"

Pertanyaan Farel menghentikan aktivitasnya yang memainkan rambut cowok itu.

"Gak." Jawab Bulan, melanjutkan aktivitasnya lagi.

Tiba-tiba Farel bangun, duduk bersila menghadap Bulan. "Rigel siapa?"

Damn it! Kemarin Bulan memberikan nomor aslinya dan sialnya, ia lupa bahwa ponselnya tengah berada di kekuasaan Farel.

"Kelakuan lo emang gak berubah!" ucap Farel, cowok itu meraih kedua pipi Bulan.

"Hukuman atas story itu,"

Cup... Farel mencium pipi kanan Bulan.

"Hukuman karna lo nglarang gue ikut,"

Cup... Farel beralih mencium pipi kiri Bulan.

"Hukuman atas lo sama cowok lain,"

Cup... Farel mencium kening Bulan lama.

Tatapan Farel turun ke bibir cewek itu lalu menatap Bulan yang juga menatapnya.

"Jangan macem-macem!" ancam Bulan, ia paham maksud cowok itu.

"Hukuman buat lo yang masih bandel."

Cup... Farel mencium hidung Bulan.

Farel menekan kedua pipi Bulan, alhasil bibirnya jadi monyong. "Gue belum punya hak marah ke lo... Tapi buat hak cemburu, lo gak bisa nglarang gue!"

Bulan diam menatap cowok itu yang juga ikut menatapnya, lalu Bulan melingkarkan kedua tangannya di leher Farel dan menidurkan kepala di dada cowok itu. Farel tak tinggal diam, tangan kiri cowok itu memeluk erat pinggang Bulan, sedangkan tangan kanan mengelus rambutnya.

"Lo selalu nunjukin sifat asli lo, biar gue terbiasa... Jadi saat lo tau kebiasaan gue balik, lo juga harus terbiasa Rel." Ucap Bulan.

Farel tak menyautinya, cowok itu memilih menciumi puncak kepala Bulan, memeluk lebih erat cewek itu.

Farel tau Bulan belum menyukainya, ia pantang mundur. Farel juga tak kalah berparas jika dibanding mantan-mantan Bulan, namun entah kenapa Bulan belum menerimanya. Hal itu yang membuat Farel semakin tertantang untuk mengejar Bulan.

Farel menyukai Bulan bukan karna cewek itu cantik, itu hanya bonus. Ia tulus menyukai Bulan sejak dua tahun lalu. Tepatnya saat masih dibangku SMP kelas akhir, mereka satu kelas.

"Cari makan yuk? Laper!" ajak Bulan tiba-tiba.

Farel melihat ponselnya, pukul sembilan lewat dua puluh satu. Farel mengangguk, meraih pinggang Bulan dan membawanya ke kantin.

***

Gue otw!

Tertera pesan dari Farel, Bulan buru-buru memakai lipstik mate nya. Sesuai janji, malam minggu ini, mereka akan jalan bareng. Cowok itu sudah berkali-kali menagihi Bulan sejak mereka di kantin sampai saat cowok itu menurunkan Bulan di depan rumahnya, pulang sekolah tadi.

Hari ini, Bulan memakai rok sifon putih setengah paha dengan baju sabrina warna maroon.

Mengecek penampilannya yang telah perfect, Bulan turun kebawah menunggu cowok itu.

Lima menit berlalu, terdengar deru mobil yang berhenti di halamannya. Bulan langsung keluar, dan benar saja mobil Farel. Tanpa menunggu cowok itu turun, Bulan langsung masuk mobil cowok itu.

"Gak sabaran banget malmingan bareng gue." kata Farel kala melihat Bulan tergesa-gesa masuk mobilnya.

"Kita udah dua minggu gak malmingan bareng... Lo gak kangen malmingan bareng gue?"

"Salah lo, tiap gua ajak selalu nolak." terang Farel.

"Gue sibuk."

"Sibuk sama cowok lain!" tukas Farel.

Bulan mengangguk. Cowok ini benar-benar... Terlihat santai tapi Bulan tau jauh di lubuk hatinya, cowok itu menaruh kesal atas sikap Bulan.

Mobil yang mereka tumpangi berhenti di sebuah tempat ngopi yang ramai muda-mudi. Saat mereka memasuki tempat itu, Farel dengan posesif memeluk pinggang Bulan, mau bagaimana lagi? Banyak pasang mata cowok menatap kearah Bulan. Kan, Farel kesal.

Farel memilih lantai tiga yang tidak terlalu ramai. Saat Bulan mengajaknya di lantai satu, cowok itu menjawab. "Di lantai tiga aja, bisa liat pemandangan. Gak sumpek!". Jelaslah gak sumpek, orang di lantai tiga tidak ada cowok satupun. Hanya ada beberapa cewek-cewek, dasar modus.

Niat hati ingin membuat kesal Farel, malah ia yang kesal sendiri. Bagaimana tidak? Cewek-cewek disini terang-terangan menatap Farel.

Bulan kesal, menarik kursinya berpindah tepat di sebelah Farel.

"Lo cemburu?" tanya Farel kala cewek itu menaruh dagunya di bahu Farel. Farel tersenyum, apa yang dilakukan Bulan sedari tadi tak luput sedikitpun dari pandangannya.

"Lo mainnya curang." balas Bulan, kesal.

Farel tertawa, meraih pinggang Bulan lalu mengecup pipinya singkat. Bulan tersenyum kemenangan, bisa dipastikan cewek-cewek yang menatap Farel itu tengah kebakaran jenggot, mampus!

Saat mereka tengah asik berdua, terdengar alunan musik. Bulan menoleh ke bawah, ada beberapa cowok di atas panggung mini yang tengah menyumbangkan suara mereka, sepertinya mereka anak band. Bulan terus mengamati mereka, deg! Reyhan Bintang Abizar... Bulan langsung mengalihkan tatapannya. Farel yang melihat Bulan, turut ikut memandang ke bawah.

"Mereka manggung di sini juga ternyata."

Bulan menoleh. "Lo akrab sama mereka?"

"Laskar doang, karna sering nongkrong bareng. Yang lain gak, apalagi Reyhan datar banget."

Bulan memandang lagi ke bawah, tepatnya ke arah Reyhan. Cowok itu mengisi bagian gitar listrik, yang juga vocal. Saat part cowok itu menyanyi, tiba-tiba Reyhan menatap ke atas, tatapan mereka bertemu.

Pernahkah kau mengira,

Seperti apa bentuk cinta?,

Rambut warna warni bagai gulali,

Imut lucu walau tak terlalu tinggi.

-Bentuk cinta. Eclat Story

"Ayo pulang!" ajak Bulan tiba-tiba.

Farel menatap Bulan yang sudah bangkit dari kursinya. "Baru juga dua jam udah ngajak pulang aja."

"Di rumah aja, ayoo Rel!" Rengek Bulan.

"Kenapa sih?" tanya Farel bingung.

"Udah ayo sih ke rumah gue! Gue balik sendiri nih kalau gak mau." cemberut Bulan.

Farel mengangguk gemas, turun melewati panggung. Tak sengaja Bulan menatap Reyhan yang juga menatapnya. Bulan mengalihkan pandangan, mempercepat jalannya. Farel yang melihatnya menjadi bingung, Bulan kenapa?

Sesampainya di rumah Bulan, cowok itu mengekor Bulan ke dalam. Saat mereka sampai di ruang tamu, Bulan menarik tangan Farel menuju lantai dua.

Bulan membuka pintu sebuah ruangan yang ternyata kamar cewek ini. Untuk pertama kalinya, seorang Farel memasuki kamar cewek itu.

Farel tak ingin menjelaskan bagaimana tatanan kamar cewek itu. Biar ia simpan sendiri.

"Kok bengong sih? Sini duduk!" panggil Bulan yang bersila di depan balkon, kala cowok itu berdiam diri di samping pintu kamarnya.

Farel mendekat, ikut bersila di sampingnya.

Farel menautkan jemari kanannya dengan jemari kiri Bulan. Bulan menoleh, menyandarkan kepala dibahu kanan Farel.

Keduanya saling diam. Menikmati hembusan angin di malam minggu ini.

Farel dengan sejuta perasaan untuk Bulan dan Bulan yang berkelana memikirkan seseorang.

Bulan menghembuskan nafas menatap langit, bulan itu bersinar terang dan akan bertambah terang saat ditemani bintang yang bertaburan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status