Share

Part 4

Author: Mata Pena
last update Last Updated: 2021-09-20 06:39:48

Drttt... Drttt... Drttt

Bulan mengucek kedua matanya, mengambil ponsel lalu mengangkatnya.

Apa?

Mau gue jemput gak?

Ya!

Buruan siap-siap! Sepuluh menit lagi gue otw.

Lalu Farel memutuskan sambungannya.

Pukul enam lewat sebelas. Bulan menguap, beranjak menuju kamar mandi.

Pukul enam lewat tiga puluh satu, Bulan baru saja selesai memakai sragamnya. Berjalan ke cermin, memakai lotion, menyisir rambut, memakai bedak, mengoles lipbam, menyemprotkan minyak wangi, beralih ke meja belajar, mengambil buku dan menggendong tasnya menuju rak sepatunya, memakainya, dan keluar menemui Farel.

"Ayo!" ajak Bulan kala melihat cowok itu tengah duduk di ruang tamu rumahnya.

Keduanya masuk mobil, Farel sempat melihat jam diponselnya, pukul tujuh kurang tiga belas menit.

"Mau cari sarapan dulu?" tawar Farel.

Bulan mengecek jam diponselnya juga, menggeleng. "Langsung aja."

"Gue ngebut! Biar gak telat."

Bulan hanya mengangguk.

Di sepanjang jalan baik Farel dan Bulan saling diam. Farel tau nyawa cewek itu belum sepenuhnya sadar.

Farel memarkirkan mobilnya tepat saat bel berbunyi, lantaran padatnya murid yang berdesakkan. Keduanya memilih lewat lapangan, dan sialnya tengah ada anggota osis yang hendak melakukan razia. Otomatis Farel dan Bulan tertangkap, keduanya tertangkap lantaran tidak memakai dasi, tidak memakai sabuk, baju yang tak sesuai aturan, rambut di cat, dan terlambat dua menit masuk kelas.

Alhasil, di sini lah mereka sekarang, lapangan upacara. Dijemur massal bersama murid lainnya, hormat bendera sampai istirahat pertama, pukul sepuluh nanti.

Saat semua osis pergi, Farel yang berada di samping Bulan, menyuruh segerombolannya yang juga kena razia untuk berjejer rapi menghalangi sinar matahari yang mengarah ke Bulan. Farel khawatir Bulan belum sarapan, ia takut jika cewek itu pingsan.

Bulan menurunkan tangannya. "Ayo cabut!"

Farel mengikuti Bulan. "Mau ke mana?"

"Uks atau rooftop?" usul Bulan.

"Rooftop." Putus Farel sembari merangkul cewek itu.

Mengenai hukuman? Biarkan saja, mereka tak peduli.

Farel membuka pintu rooftop, mengiring cewek itu menuju sofa yang masih utuh dan bersih. Jelas, gerombolan Farel sering membolos di sini.

"Gue pesenin makanan mau?"

Bulan menggeleng. "Nanti aja! Belom laper."

"Laper bilang, jangan ditahan."

Bulan hanya mengangguk, lalu memainkan rambut Farel, kala cowok itu menidurkan kepalanya di paha Bulan.

"Pulang bareng siapa lo tadi malem?"

"Temen."

"Dapet cowok baru?"

Pertanyaan Farel menghentikan aktivitasnya yang memainkan rambut cowok itu.

"Gak." Jawab Bulan, melanjutkan aktivitasnya lagi.

Tiba-tiba Farel bangun, duduk bersila menghadap Bulan. "Rigel siapa?"

Damn it! Kemarin Bulan memberikan nomor aslinya dan sialnya, ia lupa bahwa ponselnya tengah berada di kekuasaan Farel.

"Kelakuan lo emang gak berubah!" ucap Farel, cowok itu meraih kedua pipi Bulan.

"Hukuman atas story itu,"

Cup... Farel mencium pipi kanan Bulan.

"Hukuman karna lo nglarang gue ikut,"

Cup... Farel beralih mencium pipi kiri Bulan.

"Hukuman atas lo sama cowok lain,"

Cup... Farel mencium kening Bulan lama.

Tatapan Farel turun ke bibir cewek itu lalu menatap Bulan yang juga menatapnya.

"Jangan macem-macem!" ancam Bulan, ia paham maksud cowok itu.

"Hukuman buat lo yang masih bandel."

Cup... Farel mencium hidung Bulan.

Farel menekan kedua pipi Bulan, alhasil bibirnya jadi monyong. "Gue belum punya hak marah ke lo... Tapi buat hak cemburu, lo gak bisa nglarang gue!"

Bulan diam menatap cowok itu yang juga ikut menatapnya, lalu Bulan melingkarkan kedua tangannya di leher Farel dan menidurkan kepala di dada cowok itu. Farel tak tinggal diam, tangan kiri cowok itu memeluk erat pinggang Bulan, sedangkan tangan kanan mengelus rambutnya.

"Lo selalu nunjukin sifat asli lo, biar gue terbiasa... Jadi saat lo tau kebiasaan gue balik, lo juga harus terbiasa Rel." Ucap Bulan.

Farel tak menyautinya, cowok itu memilih menciumi puncak kepala Bulan, memeluk lebih erat cewek itu.

Farel tau Bulan belum menyukainya, ia pantang mundur. Farel juga tak kalah berparas jika dibanding mantan-mantan Bulan, namun entah kenapa Bulan belum menerimanya. Hal itu yang membuat Farel semakin tertantang untuk mengejar Bulan.

Farel menyukai Bulan bukan karna cewek itu cantik, itu hanya bonus. Ia tulus menyukai Bulan sejak dua tahun lalu. Tepatnya saat masih dibangku SMP kelas akhir, mereka satu kelas.

"Cari makan yuk? Laper!" ajak Bulan tiba-tiba.

Farel melihat ponselnya, pukul sembilan lewat dua puluh satu. Farel mengangguk, meraih pinggang Bulan dan membawanya ke kantin.

***

Gue otw!

Tertera pesan dari Farel, Bulan buru-buru memakai lipstik mate nya. Sesuai janji, malam minggu ini, mereka akan jalan bareng. Cowok itu sudah berkali-kali menagihi Bulan sejak mereka di kantin sampai saat cowok itu menurunkan Bulan di depan rumahnya, pulang sekolah tadi.

Hari ini, Bulan memakai rok sifon putih setengah paha dengan baju sabrina warna maroon.

Mengecek penampilannya yang telah perfect, Bulan turun kebawah menunggu cowok itu.

Lima menit berlalu, terdengar deru mobil yang berhenti di halamannya. Bulan langsung keluar, dan benar saja mobil Farel. Tanpa menunggu cowok itu turun, Bulan langsung masuk mobil cowok itu.

"Gak sabaran banget malmingan bareng gue." kata Farel kala melihat Bulan tergesa-gesa masuk mobilnya.

"Kita udah dua minggu gak malmingan bareng... Lo gak kangen malmingan bareng gue?"

"Salah lo, tiap gua ajak selalu nolak." terang Farel.

"Gue sibuk."

"Sibuk sama cowok lain!" tukas Farel.

Bulan mengangguk. Cowok ini benar-benar... Terlihat santai tapi Bulan tau jauh di lubuk hatinya, cowok itu menaruh kesal atas sikap Bulan.

Mobil yang mereka tumpangi berhenti di sebuah tempat ngopi yang ramai muda-mudi. Saat mereka memasuki tempat itu, Farel dengan posesif memeluk pinggang Bulan, mau bagaimana lagi? Banyak pasang mata cowok menatap kearah Bulan. Kan, Farel kesal.

Farel memilih lantai tiga yang tidak terlalu ramai. Saat Bulan mengajaknya di lantai satu, cowok itu menjawab. "Di lantai tiga aja, bisa liat pemandangan. Gak sumpek!". Jelaslah gak sumpek, orang di lantai tiga tidak ada cowok satupun. Hanya ada beberapa cewek-cewek, dasar modus.

Niat hati ingin membuat kesal Farel, malah ia yang kesal sendiri. Bagaimana tidak? Cewek-cewek disini terang-terangan menatap Farel.

Bulan kesal, menarik kursinya berpindah tepat di sebelah Farel.

"Lo cemburu?" tanya Farel kala cewek itu menaruh dagunya di bahu Farel. Farel tersenyum, apa yang dilakukan Bulan sedari tadi tak luput sedikitpun dari pandangannya.

"Lo mainnya curang." balas Bulan, kesal.

Farel tertawa, meraih pinggang Bulan lalu mengecup pipinya singkat. Bulan tersenyum kemenangan, bisa dipastikan cewek-cewek yang menatap Farel itu tengah kebakaran jenggot, mampus!

Saat mereka tengah asik berdua, terdengar alunan musik. Bulan menoleh ke bawah, ada beberapa cowok di atas panggung mini yang tengah menyumbangkan suara mereka, sepertinya mereka anak band. Bulan terus mengamati mereka, deg! Reyhan Bintang Abizar... Bulan langsung mengalihkan tatapannya. Farel yang melihat Bulan, turut ikut memandang ke bawah.

"Mereka manggung di sini juga ternyata."

Bulan menoleh. "Lo akrab sama mereka?"

"Laskar doang, karna sering nongkrong bareng. Yang lain gak, apalagi Reyhan datar banget."

Bulan memandang lagi ke bawah, tepatnya ke arah Reyhan. Cowok itu mengisi bagian gitar listrik, yang juga vocal. Saat part cowok itu menyanyi, tiba-tiba Reyhan menatap ke atas, tatapan mereka bertemu.

Pernahkah kau mengira,

Seperti apa bentuk cinta?,

Rambut warna warni bagai gulali,

Imut lucu walau tak terlalu tinggi.

-Bentuk cinta. Eclat Story

"Ayo pulang!" ajak Bulan tiba-tiba.

Farel menatap Bulan yang sudah bangkit dari kursinya. "Baru juga dua jam udah ngajak pulang aja."

"Di rumah aja, ayoo Rel!" Rengek Bulan.

"Kenapa sih?" tanya Farel bingung.

"Udah ayo sih ke rumah gue! Gue balik sendiri nih kalau gak mau." cemberut Bulan.

Farel mengangguk gemas, turun melewati panggung. Tak sengaja Bulan menatap Reyhan yang juga menatapnya. Bulan mengalihkan pandangan, mempercepat jalannya. Farel yang melihatnya menjadi bingung, Bulan kenapa?

Sesampainya di rumah Bulan, cowok itu mengekor Bulan ke dalam. Saat mereka sampai di ruang tamu, Bulan menarik tangan Farel menuju lantai dua.

Bulan membuka pintu sebuah ruangan yang ternyata kamar cewek ini. Untuk pertama kalinya, seorang Farel memasuki kamar cewek itu.

Farel tak ingin menjelaskan bagaimana tatanan kamar cewek itu. Biar ia simpan sendiri.

"Kok bengong sih? Sini duduk!" panggil Bulan yang bersila di depan balkon, kala cowok itu berdiam diri di samping pintu kamarnya.

Farel mendekat, ikut bersila di sampingnya.

Farel menautkan jemari kanannya dengan jemari kiri Bulan. Bulan menoleh, menyandarkan kepala dibahu kanan Farel.

Keduanya saling diam. Menikmati hembusan angin di malam minggu ini.

Farel dengan sejuta perasaan untuk Bulan dan Bulan yang berkelana memikirkan seseorang.

Bulan menghembuskan nafas menatap langit, bulan itu bersinar terang dan akan bertambah terang saat ditemani bintang yang bertaburan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Insafnya Sang Playgirl   Part 30

    "Beneran gak ada?" tanya Salsa memastikan.Bulan menggeleng, seluruh isi tasnya sudah ia bongkar namun sragam olahraganya tidak ada sama sekali."Gimana dong?" lirih Bulan."Ya udah lo gak usah olahraga, ke uks aja alesan sakit," usul Rinjani.Bulan berdecak. "Gue gak mau ikut praktik susulan!""Apalagi kalau join kelas lain, big no!" imbuhnya."Terus lo gimana sekarang? Gak mungkin kan pakai sragam."Bulan duduk kembali ke kursinya dengan lesu."Coba cari di loker lo! Siapa tau ada cadangannya," usul Salsa, mengingat sekolah mereka selalu memiliki dua sragam, baik sragam umum, khas, dan olahraga.Bulan mengangguk, segera berlari meninggalkan kelasnya yang hampir sepi.Sesampainya di loker, Bulan langsung menggledah lokernya. Bulan mendengus, nihil, tak ada sragamnya sama sekali.Bulan men

  • Insafnya Sang Playgirl   Part 29

    Bulan baru saja mendudukkan diri di kursi teras rumahnya menunggu Bisma. Hari ini Bulan memakai crop putih lengan pendek dipadukan rok jeans hitam setengah paha serta hills 7 cm. Rambut lurusnya ia kucir sedikit di bagian belakang.Tin... Tin...Bulan menoleh, mendapati Bisma dengan motor ninja merah memasuki halamannya.Cowok itu terlihat menawan memakai denim hitam, kaos putih, juga celana jeans hitam yang bagian lututnya sobek.Bulan terus mengamati Bisma yang membuka helm. Cowok itu menyugar rambut undercutnya ke belakang, membuat Bulan menahan nafas melihatnya."Terpana ya?" tanya Bisma yang sudah sampai di depannya."Biasa aja," bohong Bulan.Bisma terkekeh, mengukung Bulan yang masih duduk di kursi kayu. Mensejajarkan wajahnya tepat di depan wajah Bulan, membuat Bulan dapat mencium bau mint yang menguar dari cowok itu."Jadi cewek gue

  • Insafnya Sang Playgirl   Part 28

    Dengan jaket kebesaran milik Bisma yang masih melekat erat di tubuhnya, Bulan berjalan menuju kantin sendirian. Salsa sedang ngapel Laskar, dan Rinjani tengah dihukum lantaran tidur dijam pelajaran Bu Cecil.Bulan mengambil ponsel, mengarahkan di depan wajahnya untuk mengaca membenarkan rambutnya.Dari kejauhan terlihat Farel yang berjalan berlawanan dengan dirinya tengah menuju ke arahnya.Dengan menghentakkan kaki, Bulan berbalik arah tak meneruskan langkah menuju kantin. Kontan Farel yang melihat itu, menyunggingkan bibir kirinya.Bulan terus berjalan tanpa memperdulikan Farel yang mengikuti dirinya. Matanya tak sengaja menemukan ruangan bertuliskan toilet wanita, dengan seringaiannya Bulan memasuki toilet itu.Bulan langsung mencuci tangan di depan kaca wastafel, dirinya yakin Farel tidak akan berani masuk ke sini."Hmm."Bulan yang awalnya menunduk, l

  • Insafnya Sang Playgirl   Part 27

    Clek...Bulan menutup pintu rumahnya, bersiap untuk berangkat ke sekolah."Lo udah siap?"Bulan berbalik, terpampang Farel yang berdiri tak jauh dari motor ninjanya."Lo ngapain di sini?" tanya Bulan datar.Cowok itu berjalan mendekat pada Bulan."Jemput lo!""Lo gak perlu repot gini, gue bisa berangkat sendiri!" jawab Bulan dingin.Farel terdiam, Bulan segera melangkah menuju garasi mobilnya."Kenapa lo jadi dingin gini?" Farel menahan lengan kanan Bulan.Bulan berbalik, melepaskan cekalan Farel."Kenapa? Lo gak suka?""Nggak!" tegas Farel.Bulan menghela nafas. "Mau gue bersikap gimana, itu bukan urusan lo!"Farel bercedak. "Apa kurang jelas, pernyataan gue tadi malem?""Apa lo gak ngerti sama jawaban yang gue kasih."

  • Insafnya Sang Playgirl   Part 26

    Bulan termenung di balkon kamarnya, kejadian tadi sore masih terngiang jelas. Rigel sudah resmi menjadi kekasihnya, tapi kenapa dirinya jadi gelisah begini.Menghela nafas berkali-kali, hanya itu yang dilakukan Bulan, hingga getaran ponsel di nakas membuatnya bangkit mengambil benda pipih itu.Tertera nama Rigel di sana, dengan mood seadanya, Bulan mengangkat telfon itu.'Lan, kangen!''Belum sehari udah kangen aja!''Namanya juga kasmaran, jalan yuk?''Ayo!''Otw, siap-siap gih!''Iya, hati-hati!'Rigel menutup telfon itu, membuat Bulan menghela nafas lagi.Berjalan menuju cermin di depannya, memandang lama wajah cantiknya. "Bulan is playgirl, comingsoon!"***"Lan, gue tau lo belum ada rasa sama gue. Tapi gue bakal berusaha buat bahagiain lo,"

  • Insafnya Sang Playgirl   Part 25

    "Ini serius gak ada yang ngajakin gue keluar?" ucap Bulan pada dirinya sendiri.Bulan mendengus, memilih membuka ponsel dan menelfon dua temannya.'Gue sibuk! Mau kencan sama Laskar, bye!'Bulan mendengus kesal, belom juga mengucapkan sepatah kata pun, Salsa sudah mengultimat dirinya.Beralih menelfon Rinjani, semoga cewek itu sedang free.'Ke mana lo?''Apa sih lo nelfon-nelfon gue, pasti ngajakin keluar kan? Sorry-sorry banget Lan, gue udah di boxing Mahesa. Next aja deh.''Kok kalian pada gitu sih!''Gue pikir lo udah ada janji sama pacar-pacar lo, ya udah sih diem aja di rumah, rebahan! Atau mau gue telfonin Farel buat ajak lo jalan.''Males. Gengsi dong!''Ck ... gue yang mintain deh ke Farel, atau Virgo aja?''Gak dua-duanya!'

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status