Bulan baru saja memarkirkan mobil Lexus RX Luxury putih miliknya tepat di samping mobil milik Farel.
Kala Bulan turun dari mobilnya, terlihat sang pemilik mobil di sebelahnya tengah duduk di kap depan dengan kedua tangan berada di saku celana serta pandangan yang terus menatap ke arah Bulan.
"Lo ngapain masih di sini?" tanya Bulan, merapikan rambut cowok itu.
Farel menoleh sebentar. "Lo ngapain bawa mobil?"
"Emang kenapa?"
Farel mendengus kasar. "Kalau lo naik mobil sendiri, gue gak bisa anter jemput lo lah!"
"Ya lo kan bukan sopir gue."
"Apaan sih? Gue kan pengen berduaan sama lo!" sungut Farel.
"Lo gak liat sekarang kita juga lagi berduaan!"
"Itu beda cerita!"
Bulan diam tak membalas ucapan Farel.
Farel bangkit kala Bulan ikut mendudukkan diri di kap mobil cowok itu. Bulan menatap Farel yang berdiri tepat di depannya menghadap dirinya.
"Lo ngapain berdiri?" tanya Bulan aneh yang dibalas dengan gelengan kepala Farel.
Bulan sedikit mendongak menatap Farel yang juga menatapnya. Tangan cowok itu mengelus pipi kanannya, Bulan tersenyum, mengelus balik lengan cowok itu.
Hingga terdengar suara bantingan pintu mobil mengalihkan perhatian mereka. Mereka menoleh ke samping kiri mobil Bulan dan menemukan seorang cowok yang membanting pintu mobilnya tadi, Reyhan Bintang Abizar.
Cowok itu berlalu melewati Bulan dan Farel dengan tatapan tajam tertuju pada Bulan.
"Dia kenapa sih sama gue?"
"Udah biarin aja!" ucap Farel, ia juga melihat Reyhan yang menatap tajam ke arah Bulan.
Bulan terdiam memandang lama Reyhan yang berjalan di koridor itu.
"Gak usah dipikirin! Ayo masuk!" ajak Farel kala Bulan bengong menatap Reyhan.
Bulan mengangguk, keduanya berjalan bersampingan menuju lantai dua kelas mereka yang searah.
Sesuai jadwal yang direncanakan, selama dua minggu kedepan, seluruh murid SMA Merpati akan menjalankan ujian akhir semester satu.
***
Minggu pagi ini kedua sahabat Bulan sudah berada di rumahnya. Terhitung sudah seminggu berlalu ujian yang mereka lalui, itu artinya tinggal seminggu lagi.
Selama seminggu itu pula Bulan tak keluar rumah. Ia juga menolak semua ajakan Farel untuk jalan. Padahal ia di rumah hanya rebahan tanpa membuka bukunya sedikit pun.
"Hitung yang bener!" kesal Salsa pada Rinjani.
Yap! Hari ini mereka belajar bersama. Tidak! Bukan Bulan yang merencanakan ini, tapi ini adalah ide Salsa.
Diantara mereka bertiga, Salsa adalah temannya yang paling pandai, tak heran cewek itu berhasil menempati lima besar di kelasnya.
Salsa berhasil membungkam hujatan orang tentang dirinya, prestasi gue sebanding dengan sensasi gue! Berbanding terbalik dengan dirinya dan Rinjani, sensasi semakin di depan!
Meskipun Salsa pandai, ia tak pernah lupa pada kedua sahabatnya. Salsa sering mengomel kala mereka berdua tak belajar dengan giat atau nilai mereka anjlok. Cewek itu akan mengomel lalu setelahnya selalu mengajari mereka, bahkan saat ujian pun Salsa selalu memberikan lembar kerjanya untuk Bulan dan Rinjani. Salsa juga sering maju ke depan menggantikan Bulan atau Rinjani yang tak bisa mengerjakan soal.
"Lan, kalau gak ngerti tanya jangan diem aja!"
"Bilang aja Lan semuanya biar Salsa yang ngerjain sendiri." saut Rinjani.
Salsa mencebikkan mulutnya di hadapan Rinjani yang dibalas Rinjani dengan melempar bantal kecil ke mukanya.
"Sialan lo!" Salsa memukul lengan Rinjani yang juga dibalas balik olehnya.
Getaran ponsel Bulan di meja mengalihkan perhatian mereka berdua.
Bulan is calling...
Farel menelfon, cowok itu belum juga mengembalikan ponselnya.
Melihat Farel yang menelfon, Salsa melarang Bulan untuk mengangkatnya. Salsa sudah berpesan pada mereka, saat mereka belajar bersama dan ada yang menghubungi mereka jika bukan keluarga, biarin dulu!
Karna sudah menjadi kesepakatan bersama alhasil Bulan tak menghiraukan panggilan cowok itu dan kembali berkutat dengan bukunya.
Pukul tiga sore mereka baru selesai dengan belajar mereka. Salsa sangat telaten mengajari mereka untuk persiapan ujian besok.
"Gue laper!" ujar Rinjani.
"Mau makan sekarang?" tawar Bulan sang tuan rumah.
Rinjani mengangguk. "Tapi gue pengen seblakkkk,"
"Martabak juga,""Kayaknya makan kebab enak deh,""Tapi pengen ada nasinya,""Pesen apa dong?" rengek Rinjani."Tinggal pesen aja pakai ribet, beli aja semua. Lo kan tajir!" saut Salsa.
Memang! Bulan dan Salsa juga berasal dari orang tua yang berada. Namun jika dibanding dengan Rinjani, jelas kalah jauh. Orang tua angkat Rinjani adalah konglomerat ditambah orang tua kandungnya yang memiliki beberapa hotel mewah membuat Rinjani hidup bergelimpangan harta.
"Ya deh!" ucap Rinjani, menelfon kurir.
"Kalian mau pesen apa?""Samain aja!" jawab Bulan, sedangkan Salsa mengangguk.
"Eh gue mau ke minimarket, nitip gak?" tanya Bulan pada kedua temannya.
Keduanya serempak menggelengkan kepala.
"Lo jangan lama-lama! Kalau kelamaan gue sikat abis porsi lo."
"Gak papa abisin aja! Kasian gue liat tubuh lo krempeng kek sapu ijuk!" jawab Bulan.
"HEH MULUT LO ZOLIM BANGET GINI-GINI BANYAK YANG NGANTRI!" teriak Salsa tak terima.
Sedikit informasi, mereka bertiga memiliki tinggi badan yang sama, hanya saja Salsa lebih kurus daripada mereka berdua.
"Gue pamit pergi!" kata Bulan, berjalan keluar pintu.
"YANG PENTING DATANG KEMBALI DENGAN PERASAAN YANG SAMA LAGI." teriak Rinjani.
Bulan yang mendengarnya hanya geleng-geleng kepala. Ia sangat senang dipertemukan dengan kedua temannya itu.
Minimarket yang Bulan tuju tidaklah jauh dari rumahnya. Hanya perlu lima menit untuk sampai ke sana. Jadi Bulan hanya berjalan kaki saja, sekalian olahraga sore.
Sesampainya di minimarket itu, Bulan segera mengambil keranjang dan menuju sesuatu yang ia cari. Setelah mendapatkan semuanya, Bulan segera membayar ke kasir.
"Aaaahhh! Kok ujan sih." cemberut Bulan yang baru saja membuka pintu keluar minimarket.
Mendengus, akhirnya Bulan duduk di kursi yang telah disediakan oleh minimarket tersebut.
Bulan bingung harus berbuat apa? Hanya ada dirinya sendiri yang berteduh di sini. Alhasil Bulan masuk kembali ke dalam minimarket itu dan keluar dengan pop mie yang baru saja ia beli.
Bulan meniupi mie panas itu dengan pikiran berkelena. "Coba aja pas lagi hujan gini tiba-tiba ada cowok yang dateng ngasih gue jaket, kan sosweet xixixi." kikik Bulan sendiri.
"Lebih sosweet lagi kalau cowoknya itu gue!"
Bulan menoleh, mendapati Rigel memakaikan jaket ke pundaknya.
"Rigel? Lo ngapain di sini?"
"Harusnya gue yang nanya gitu ke lo, lo ngapain di sini pakai ngehalu lagi?"
Plak... Bulan memukul pelan lengan Rigel. "Jangan bikin gue malu!"
Rigel tersenyum mengacak rambut Bulan.
"Lo suka banget sih ngacak-ngacak rambut gue kan jadi berantakan."
"Yang penting gue gak ngeberantakin hati lo!"
"Apaan sih?"
"Cie salting!" goda Rigel, mencubit pipi kiri Bulan.
"Nggak lucu!"
"Tapi pipi lo merah!"
Plak... Bulan memukul lagi lengan cowok itu.
"Jadi beneran salting?"
"Enggak, apaan sihhhh! Udah ya."
Rigel tertawa mengacak lagi rambut Bulan.
"Lo kok sendiri, Farel mana?"
"Ya mana gue tau!"
"Tumben! Biasanya aja kayak prangko, lengket banget!"
"Lo cemburu?"
"Kalau gue bilang iya gue cemburu, emang boleh?"
"Gue gak punya hak nglarang lo untuk gak cemburu ke gue. Tapi lo gak punya hak untuk marah ke gue atas kecemburuan lo!"
"Tenang aja, gue tau posisi kok!" ungkap Rigel.
Bulan hanya tersenyum dengan terpaksa. Ia tak tau harus menjawab bagaimana.
"Dingin ya?" tanya Rigel, menggenggam tangan kiri Bulan.
Bulan mengangguk.
"Lo sih udah tau hujan masih keluar aja!"
"Salahin hujannya yang dateng tiba-tiba tanpa diminta!"
"Kayak lo yang masuk tanpa permisi!" lirih Rigel
"Kalo suka kejar! Diamnya lo adalah keberhasilan orang lain!"
"Lo ngode?"
"Apa?"
Rigel menggaruk tengkuknya. "Gak jadi."
"Gak jelas banget lo!"
"Eh bentar ya, ada yang nelfon!" kata Rigel, berlalu meninggalkan Bulan.
Bulan mengangguk meskipun tak terlihat oleh Rigel. "Eh gue lupa ngabarin mereka!"
Bulan segera menelfon Rinjani.
Lannnnn, Lo kesasar di mana? Hujan nih!"
Kalian masih di rumah gue?
Masih lah, kita nunggu lo pulang baru pulang.
Gak papa! Kalian pulang aja kalau mau pulang. Gak usah nungguin gue! Gue gak tau kapan pulang.
Lo gak usah pulang aja sekalian Lan.
Bulan tertawa mendengar ucapan Rinjani.
Atau mau kita jemput aja?"
Gak usah Sal! Udah sore juga. Udah deh kalian pulang aja.
Lo ngusir kita hah?
Iya, itukan rumah gue. Ya terserah gue. Cabut!
Sialan lo, share look a-
"Bulan?"
Bulan menoleh mendapati Rigel yang sudah ada di sebelahnya.
udah ya gue tutup, bye.
Woy Lan tun-
Tut... Bulan memutuskan sambungan mereka.
"Tadi gimana?"
Rigel menggaruk tengkuknya. "Lo nunggu hujan reda?"
"Iya, kenapa?"
"Eemmm... Gue cabut dulu ya, ada urusan soalnya." ucap Rigel tak enak.
"Ya udah pergi aja!"
"Sorry ya!"
Bulan mengangguk.
"Gue duluan!" pamit Rigel.
Bulan menatap kepergian Rigel.
"Dua kali! Lo pergi dari pertemuan singkat ini. Bahkan lo juga lupa sama jaket lo ini... Astaga goblok banget jaket Rigel masih ada di rumah!" cibir Bulan, kembali termenung menunggu hujan reda, seorang diri.Hari ini ujian telah usai, semua beban telah Bulan lepas jauh-jauh.Kedua teman Bulan sudah pulang sedari tadi meninggalkan Bulan yang masih di area sekolah untuk bertemu Farel."Farel mana?" tanya Bulan pada teman Farel kala Bulan menginjakkan kaki di markas kumpul mereka."Dia udah ke parkiran sama yang lain katanya takut lo nunggu di sana.""Ya udah, thanks!"Bulan mencoba menghubungi cowok itu.Hal-Lo di mana sih? Gue cariin ke markas malah gak di sini!Gue di parkiran, gue pikir lo di sini! Lo masih di sana? Tunggu gue ke situ!Tut, Bulan mematikan sambungan mereka.Duduk di undakan tangga dengan kaki yang ia selonjorkan ke bawah dan kepala yang ia sandarkan di pegangan tangga itu.Dapat ia lihat Farel yang menatapnya di undakan paling bawah. Cowok itu naik, ikut du
Sesuai yang telah direncanakan, Bulan dan Farel hari ini akan berangkat ke Bali. Yap! Farel telah berhasil mendapatkan ijin dari mama Bulan untuk membawa cewek itu berlibur.Semua tiket, penginapan, dan hal lain di sana sudah diurus oleh Farel. Bulan hanya perlu duduk santai menikmatinya."Lo udah beberes, kan?" tanya Farel yang pagi ini sudah berada di rumah Bulan.Bulan menangguk sebagai jawaban.Mereka akan berangkat ke sana pukul tiga sore, jadi saat mereka sampai di sana bisa istirahat dulu sebelum memulai trip mereka besok pagi."Jalan dulu mau?" tawar Farel mendongak menatap Bulan yang duduk di sofa dengan dirinya berada di karpet bulu."Gak, lo pulang aja!" usir Bulan.Farel berdecak. "Ayo jalan dulu!""Gue gak mau!""Kenapa sih? biasanya lo juga mau.""Rigel mau ke sini!""Ngapain? Jadi lo gak mau gue ajak karna dia mau ke sini? Dan lo malah nyuruh gue pergi, biar lo bisa berduaan sama dia, gitu?"
Farel menguap lebar memandang hamparan pantai di depannya.Pagi-pagi sekali Bulan sudah menggedor-gedor pintu kamarnya hanya untuk mengajak Farel ke pantai melihat sunrise."Jangan terlalu ke tengah kalau lo diterkam ombak gue gak nolongin!" peringati Farel kala Bulan semakin ke tengah pantai."Rel, fotoin gue buruan! Ini cantik banget cahaya ilahi nya.""Lo pikir gue fotografer lo gitu, gue ke sini juga buat liburan!" cemberut Farel, tetap mengarahkan kameranya ke arah Bulan.Cowok itu tersenyum melihat hasil jepretannya, Bulan yang memang cantik atau jepretan Farel yang membuat Bulan semakin indah."FAREL SINI!" teriak Bulan, melambaikan tangan ke arahnya."Gak mau gue udah mandi!""Rel seriusan, cepet ke sini! Kaki gue kram!""Jangan boo-" Farel berlari menuju Bulan kala melihat cewek itu terduduk di air pantai.
"Gak kerasa lusa kita udah balik ke Jakarta." kata Bulan yang menaruh dagunya di bahu Farel. Keduanya tengah berada di pantai untuk melihat sunset."Kalau lo mau, kita bisa nambah liburan lagi. Mau?""Mau, tapi di Jakarta aja!""Gak mau ke Lombok nih?" tawar Farel menaik turunkan alis."Kalau bisa seluruh dunia aja kita kelilingin!" jawab Bulan mengebu-gebu."Bisa! lo mau?""Mau tapi lo harus izin ke papa sama mama gue, berani?""Berani lah! Gue udah naklukin mamer tinggal naklukin pamer, kapan?""Nanti kalau lo udah jadi suami gue." celetuk Bulan polos dan Farel tak bisa menyembunyikan senyumannya."Lo seneng gak?"Bulan mengangguk. "Banget, makasih banyak! Lo selalu jagain gue di sini.""Sama-sama, apapun itu buat lo bahagia! Gue bakal lakuin." Farel mengecup dahi Bulan penuh sayang."Udah cocok jadi calon suami lo belom?" goda Farel."Udah! Tinggal tunggu keputusan sang penulis.
Drtt... Drtt... DrttLo gila ya pagi-pagi udah nelfonin gue, gue masih ngantuk Rel.Katanya mau jalan-jalan keliling Jakarta, gimana sih?Ya tapi gak sekarang! Ini masih ngantuk banget.Ya udah ntar sore.Tut... Bulan mematikan sambungan sepihak. Mereka sebenarnya sudah sampai pukul delapan malam, namun Farel ngotot memaksanya ikut ke tempat tongkrongan gerombolannya dengan alasan bagi oleh-oleh, alhasil saking asiknya mengobrol pukul setengah dua belas malam Bulan baru sampai di rumahnya, itupun Bulan sudah menolak ajakan Farel untuk cari makan dulu."Hufh... Gue gak bisa tidur lagi, resek banget emang Farel." kesal Bulan berguling-guling di atas kasur."Gue harus ngapain?" Bulan duduk, menggaruk-garuk rambutnya.Bulan bangkit dari kasur, menyibak tirai menyambut kilauan sang matahari.
"Lan-Lan itu Farel! Gak mau samperin?" ucap Salsa menunjuk Farel bersama gerombolannya yang hendak menuju kantin.Bulan menatap Farel yang juga menatapnya namun Farel dengan cepat memutuskan pandangan itu.Bulan mengehela nafas lemah. "Lo gak liat apa tatapan dia barusan."Semenjak pertengkaran antara Farel dan Virgo, sekitar dua minggu yang lalu, Farek tak pernah lagi berhubungan dengan Bulan. Tak menelfon, menjemputnya, ataupun menganggu Bulan, Farel benar-benar menjauhinya."Lo juga salah Lan! Farel ngejar lo udah dua tahun lebih. Terang-terangan ke lo, tapi lo gak pernah bales perasaan tu cowok." ucap Rinjani."Dan dengan gobloknya lo jalan berkali-kali sama cowok lain di depan mata Farel, ya gue tau lo itu playgirl suka tepe-tepe ke cowok lain. Tapi gak gini juga, lo keterlaluan! Setiap cowok yang deketin lo pasti endingnya kalian pacaran walaupun baru ketemu sehari aja lo mau. Tapi liat, giliran sama Farel, lo tutup mata!" imbuh Salsa.
"Tumben lo pagi-pagi udah dateng? Lo kesambet?" ucap Rinjani heran pagi-pagi Bulan sudah datang ke sekolah. "Dateng pagi salah, dateng siang salah. Mau lo gimana? Apa gak usah dateng-dateng lagi?" sahut Salsa. "Gue..." Bulan menjeda ucapannya "Gue mau coba bikin Farel balik lagi." "Lo serius Lan?" tanya Salsa menatap Bulan. "Lo udah ngebuka hati buat dia?" imbuh Rinjani. "Gue mau coba!" Salsa menghela nafas. "Jadi lo belum punya perasaan buat Farel?" "Bulan lagi nyoba Sal, semua butuh proses!" jawab Rinjani. "Lan, sikap gue gini sama lo gak ada maksud apa-apa. Gue cuma pengen lo bisa tegas sama perasaan lo. Ya mungkin sekarang ibaratnya lo sedang nyakitin orang lain, makanya gue gak mau lo sakit di masa depan. Terlepas dari itu semua gue selalu dukung keputusan lo," ucap Salsa merangkul Bulan. "Iya gue tau Sal, gu
"Farel?" panggil Bulan pada Farel kala mendapati cowok itu di parkiran bersama teman-temannya."Tumben Lan, jam segini udah dateng?" tanya Ranu."Iya, ada hati yang harus dikejar."Farel bangkit dari motornya dan berlalu pergi."Loh Farel kok main pergi aja sih?" teriak Bulan mengejar Farel."Selamat pagi," sapa Bulan bergelanjut manja di lengan kanan Farel."Jawab dong jangan dianggurin. Anggur mahal loh," cerocos Bulan namun tak ada reaksi dari Farel.Bulan menghela nafas. "Ternyata sandaran gue emang beneran patung, gak bisa diajak ngomong."Farel melepaskan lengan Bulan melangkah pergi."Farel lo mau ke mana sih?" tanya Bulan ngintilin cowok itu yang memasuki kantin dan duduk tepat di sebelahnya."BU SRIII NASI RAMESNYA DUA," teriak Bulan memesankan sarapan untuk Farel."Oke," jawab Bu