Share

Part 7

Hari ini ujian telah usai, semua beban telah Bulan lepas jauh-jauh.

Kedua teman Bulan sudah pulang sedari tadi meninggalkan Bulan yang masih di area sekolah untuk bertemu Farel.

"Farel mana?" tanya Bulan pada teman Farel kala Bulan menginjakkan kaki di markas kumpul mereka.

"Dia udah ke parkiran sama yang lain katanya takut lo nunggu di sana."

"Ya udah, thanks!"

Bulan mencoba menghubungi cowok itu.

Hal-

Lo di mana sih? Gue cariin ke markas malah gak di sini!

Gue di parkiran, gue pikir lo di sini! Lo masih di sana? Tunggu gue ke situ!

Tut, Bulan mematikan sambungan mereka.

Duduk di undakan tangga dengan kaki yang ia selonjorkan ke bawah dan kepala yang ia sandarkan di pegangan tangga itu.

Dapat ia lihat Farel yang menatapnya di undakan paling bawah. Cowok itu naik, ikut duduk tepat di samping Bulan.

"Kasian banget sandarannya gak bisa diajak ngomong!"

"Lo sih pakai ngilang segala!"

Farel tertawa, menepuk bahunya agar Bulan pindah sandaran.

"Ambil gue dari orang lain!" kata Bulan, mengode Farel agar cowok itu sendiri yang memindahkan kepalanya ke bahunya.

Farel menuruti permintaan Bulan. "Gue gak akan ngebiarin orang lain ngrebut lo dari gue!"

Bulan mengangguk, memeluk Farel dari samping.

"Lo gak lupa sesuatu, kan?"

Bulan mendongak tak mengerti. "Apa?"

"Serius lupa?"

"Apa sih buruan!" paksa Bulan.

"Liburan seminggu penuh!"

Bulan ber-oh ria. "Mau liburan ke mana emang?"

"Lo serius beneran mau kita liburan berdua?" tanya balik Farel.

"Emang lo gak mau liburan berdua sama gue? Ya udah ajak ya-"

"Apaan sih! Tetep berdua aja!"

Bulan terkekeh, memeluk lengan Farel. "Ayo pulang!"

"Pulang bareng? Naik mobil gue?"

"Ya."

"Terus mobil lo gimana? Mau ditinggal sini? Jangan ntar dimaling orang!"

Bulan mencubit lengan Farel. "Berisik banget! Kalau gak tau tanya dulu. Gue gak bawa mobil, tadi pagi dijemput Rinjani!"

"Kenapa gak bilang gue? Kan bisa gue jemput?"

"Males!"

"Males sama gue apa males ngabarin?"

"Dua-duanya!"

"Untung gue masih sayang sama lo! Kalau gak udah gue lempar lo ke sungai a****n!" gemas Farel.

"Emangnya lo bisa buat gak sayang lagi sama gue?"

"Gak lah, kenapa mesti nanya sih?" sungut Farel.

"Gue diem, mulai sekarang gak nanya-nanya. Sak karepmu wae!" balas Bulan, menuruni tangga.

"Tanyain sama kaum hawa! Bener gak sih kaum mereka suka ngambek?"

"Tanyain balik sama kaum adam! Bener gak sih kaum mereka suka gak peka?"

"Kalo kaum adam gak peka, kaum lo gak akan dapet seblak spesial pas hujan deres! gak dapet boba pas siang bolong! Ngerti namanya perjuangan gak sih?"

"Begitu juga sama kaum hawa, kaum lo gak akan ngerasa besar kepala kalau gak ada yang nangisin! Gak akan ngerasa sok ganteng kalau gak direbutin jambak-jambakan dulu sama kaum hawa lain! Ngerti namanya dipertahanin gak sih?"

"Emang lo lagi mertahanin gue?"

Langkah Bulan terhenti di undakan tangga paling bawah, berbalik menatap Farel yang masih stay di tempat.

"Sampai detik ini gue masih sama lo! apa itu gak cukup ngebuktiin, kalau gue gak mau kehilangan lo!"

***

"Gimana kalau Bali aja? Di sana banyak pantai?" usul Bulan.

"Gak usah jauh-jauh! Gue bawa anak orang ini" tunjuk Farel pada Bulan.

"Ya udah di Jakarta aja, gak pakai nginep-nginep!"

"Udah bosen di Jakarta itu-itu aja. Ke Lombok aja deh!"

"Di ajak ke Bali bilangnya gak usah jauh-jauh, ini malah ngajak ke Lombok. Mau lo gimana? Gak usah pergi aja kalau gitu, batal!"

"Tuhkan ngambekan!" sebal Farel kala melihat Bulan yang cemberut.

Saat ini mereka tengah berada di apartemen milik Farel sedari sepulang sekolah tadi.

"Ya udah iya ke Bali!" Farel mengalah.

"Gitu kek dari tadi, ribet amat!"

"Cuma liburan aja gak diturutin ngambek! Gimana nanti pas honeymoon." sindir Farel.

"Emang gue nikah sama lo?"

"Emang lo gak mau nikah sama gue?"

"Tanya sama sang penulis, gue atau lo nikah sama siapa?"

"Gue takut, sang penulis suka main-main sama perasaan!"

Bulan memegang tangan Farel. "Jangan dipikirin, penulis tau kita harus bahagia sama siapa! Endingnya sudah penulis buat, kita hanya perlu menjalankan."

"Kalau endingnya lo sama gue gimana? Apa lo nrima baik buruknya gue?"

"Gue gak punya alasan buat gak nrima baik buruknya lo! Jauh ke belakang sampai detik ini, lo masih perjuangin gue. Bukan sekali dua kali gue nolak lo tapi lo tetep gak mundur. Harusnya gue nanya gitu, apa lo nrima baik buruknya gue? Karna lo juga tau gimana gue selama ini."

"Gue tulus cinta sama lo Lan. Baik lo adalah kelebihan untuk gue, dan buruk lo adalah kekurangan yang harus gue tutup."

"Tapi gimana kalau ternyata endingnya bukan lo sama gue?"

"Gue harus jawab apa? Gue gak punya jawaban untuk ini?"

Bulan terdiam merasa tak enak. "Gue pulang kalau gitu."

"Lah kenapa?"

"Gue mau istirahat!"

"Lo kan bisa istirahat di sini!"

"Gue mau istirahat di sini asal lo pergi."

"Ya silakan sih, gue tinggal balik ke rumah. Di kulkas udah ada bahan makanan kalau laper, lo bisa pakai baju gue kalau gak mau ambil baju. Kalau butuh apa-apa langsung kabarin gue, gue bal-"

"Lo mau ke mana?" tanya Bulan melihat Farel yang berdiri memakai hoodienya.

"Balik ke rumah, kan lo mau istirahat di sini."

"Enak aja main ninggalin gue, siapa juga yang mau nginep sini? Gue ogah ya!"

"Gimana sih lo?" Farel duduk kembali.

"Gue mau pulang aja gak mau di sini. Bisa aja kan lo diam-diam pasang cctv di sini buat ngintipin gue? Ngaku lo!" tuduh Bulan.

Farel mendengus. "Ngapain sih gue harus ngintipin lo segala? Kalau gue pengen ngintipin lo, udah dari dulu gue nikahin lo!"

"Maksut looooo?"

"Ayo gue anter balik!" Farel menarik Bulan berdiri.

"Gendong!" Bulan merentangkan kedua tangannya ke arah Farel.

"Berdiri dulu!"

"Ngapain lagi sih?"

Tak menghiraukan Bulan, Farel membuat Bulan berdiri di atas sofa. Mengambil jaket dari tasnya, dan memasangkan ke pinggang cewek itu. Memasukkan tas sekolah Bulan yang hanya berukuran 20 x 10 ke dalam tasnya lalu memakainya di depan dada.

Farel berbalik membelakangi Bulan. "Ayo naik!"

Tak pikir panjang, Bulan langsung naik ke gendongan Farel dan keluar dari apartemen cowok itu.

"Lan, Lo serius kan, kita liburan bareng?" tanya Farel lagi kala mobilnya terjebak lampu merah.

"Apa dibatalin aja, kalau lo gak mau?"

"Jangan! Kapan lagi kita liburan bareng."

"Kata lo nanti pas honeymoon."

"Lo pengen banget ya nikah sama gue?"

"Nggak!"

Farel berdecak.

"Orang tua lo kapan pulang?"

Bulan menoleh. "Ngapain lo nanya-nanya? Mau nglamar gue?"

"Rencananya, itupun kalau lo mau?"

"Kalau gue gak mau?"

"Gue cari cewek lain!"

"Terserah lo!"

"Serius Lan, gue gak bercanda. Orang tua lo kapan pulang?"

"Gak tau! Kenapa sih?"

"Gue mau ijin sama orang tua lo lah! Masak gue bawa kabur anaknya gak ijin dulu."

"Ya lo telfon mama aja! Kan, hp gue di lo."

"Kalau gak diijinin gimana?"

Bulan memutar bola mata malas. "Lo aja bisa naklukin hati cewek-cewek di sekolah, masa naklukin hati mama gue gak bisa sih? Inget loh, ini camer lo bukan?"

"Boro-boro hati mamanya. Hati anaknya aja, belum bisa gue taklukkin."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status