Hari ini ujian telah usai, semua beban telah Bulan lepas jauh-jauh.
Kedua teman Bulan sudah pulang sedari tadi meninggalkan Bulan yang masih di area sekolah untuk bertemu Farel.
"Farel mana?" tanya Bulan pada teman Farel kala Bulan menginjakkan kaki di markas kumpul mereka.
"Dia udah ke parkiran sama yang lain katanya takut lo nunggu di sana."
"Ya udah, thanks!"
Bulan mencoba menghubungi cowok itu.
Hal-
Lo di mana sih? Gue cariin ke markas malah gak di sini!
Gue di parkiran, gue pikir lo di sini! Lo masih di sana? Tunggu gue ke situ!
Tut, Bulan mematikan sambungan mereka.
Duduk di undakan tangga dengan kaki yang ia selonjorkan ke bawah dan kepala yang ia sandarkan di pegangan tangga itu.
Dapat ia lihat Farel yang menatapnya di undakan paling bawah. Cowok itu naik, ikut duduk tepat di samping Bulan.
"Kasian banget sandarannya gak bisa diajak ngomong!"
"Lo sih pakai ngilang segala!"
Farel tertawa, menepuk bahunya agar Bulan pindah sandaran.
"Ambil gue dari orang lain!" kata Bulan, mengode Farel agar cowok itu sendiri yang memindahkan kepalanya ke bahunya.
Farel menuruti permintaan Bulan. "Gue gak akan ngebiarin orang lain ngrebut lo dari gue!"
Bulan mengangguk, memeluk Farel dari samping.
"Lo gak lupa sesuatu, kan?"
Bulan mendongak tak mengerti. "Apa?"
"Serius lupa?"
"Apa sih buruan!" paksa Bulan.
"Liburan seminggu penuh!"
Bulan ber-oh ria. "Mau liburan ke mana emang?"
"Lo serius beneran mau kita liburan berdua?" tanya balik Farel.
"Emang lo gak mau liburan berdua sama gue? Ya udah ajak ya-"
"Apaan sih! Tetep berdua aja!"
Bulan terkekeh, memeluk lengan Farel. "Ayo pulang!"
"Pulang bareng? Naik mobil gue?"
"Ya."
"Terus mobil lo gimana? Mau ditinggal sini? Jangan ntar dimaling orang!"
Bulan mencubit lengan Farel. "Berisik banget! Kalau gak tau tanya dulu. Gue gak bawa mobil, tadi pagi dijemput Rinjani!"
"Kenapa gak bilang gue? Kan bisa gue jemput?"
"Males!"
"Males sama gue apa males ngabarin?"
"Dua-duanya!"
"Untung gue masih sayang sama lo! Kalau gak udah gue lempar lo ke sungai a****n!" gemas Farel.
"Emangnya lo bisa buat gak sayang lagi sama gue?"
"Gak lah, kenapa mesti nanya sih?" sungut Farel.
"Gue diem, mulai sekarang gak nanya-nanya. Sak karepmu wae!" balas Bulan, menuruni tangga.
"Tanyain sama kaum hawa! Bener gak sih kaum mereka suka ngambek?"
"Tanyain balik sama kaum adam! Bener gak sih kaum mereka suka gak peka?"
"Kalo kaum adam gak peka, kaum lo gak akan dapet seblak spesial pas hujan deres! gak dapet boba pas siang bolong! Ngerti namanya perjuangan gak sih?"
"Begitu juga sama kaum hawa, kaum lo gak akan ngerasa besar kepala kalau gak ada yang nangisin! Gak akan ngerasa sok ganteng kalau gak direbutin jambak-jambakan dulu sama kaum hawa lain! Ngerti namanya dipertahanin gak sih?"
"Emang lo lagi mertahanin gue?"
Langkah Bulan terhenti di undakan tangga paling bawah, berbalik menatap Farel yang masih stay di tempat.
"Sampai detik ini gue masih sama lo! apa itu gak cukup ngebuktiin, kalau gue gak mau kehilangan lo!"***
"Gimana kalau Bali aja? Di sana banyak pantai?" usul Bulan.
"Gak usah jauh-jauh! Gue bawa anak orang ini" tunjuk Farel pada Bulan.
"Ya udah di Jakarta aja, gak pakai nginep-nginep!"
"Udah bosen di Jakarta itu-itu aja. Ke Lombok aja deh!"
"Di ajak ke Bali bilangnya gak usah jauh-jauh, ini malah ngajak ke Lombok. Mau lo gimana? Gak usah pergi aja kalau gitu, batal!"
"Tuhkan ngambekan!" sebal Farel kala melihat Bulan yang cemberut.
Saat ini mereka tengah berada di apartemen milik Farel sedari sepulang sekolah tadi.
"Ya udah iya ke Bali!" Farel mengalah.
"Gitu kek dari tadi, ribet amat!"
"Cuma liburan aja gak diturutin ngambek! Gimana nanti pas honeymoon." sindir Farel.
"Emang gue nikah sama lo?"
"Emang lo gak mau nikah sama gue?"
"Tanya sama sang penulis, gue atau lo nikah sama siapa?"
"Gue takut, sang penulis suka main-main sama perasaan!"
Bulan memegang tangan Farel. "Jangan dipikirin, penulis tau kita harus bahagia sama siapa! Endingnya sudah penulis buat, kita hanya perlu menjalankan."
"Kalau endingnya lo sama gue gimana? Apa lo nrima baik buruknya gue?"
"Gue gak punya alasan buat gak nrima baik buruknya lo! Jauh ke belakang sampai detik ini, lo masih perjuangin gue. Bukan sekali dua kali gue nolak lo tapi lo tetep gak mundur. Harusnya gue nanya gitu, apa lo nrima baik buruknya gue? Karna lo juga tau gimana gue selama ini."
"Gue tulus cinta sama lo Lan. Baik lo adalah kelebihan untuk gue, dan buruk lo adalah kekurangan yang harus gue tutup."
"Tapi gimana kalau ternyata endingnya bukan lo sama gue?"
"Gue harus jawab apa? Gue gak punya jawaban untuk ini?"
Bulan terdiam merasa tak enak. "Gue pulang kalau gitu."
"Lah kenapa?"
"Gue mau istirahat!"
"Lo kan bisa istirahat di sini!"
"Gue mau istirahat di sini asal lo pergi."
"Ya silakan sih, gue tinggal balik ke rumah. Di kulkas udah ada bahan makanan kalau laper, lo bisa pakai baju gue kalau gak mau ambil baju. Kalau butuh apa-apa langsung kabarin gue, gue bal-"
"Lo mau ke mana?" tanya Bulan melihat Farel yang berdiri memakai hoodienya.
"Balik ke rumah, kan lo mau istirahat di sini."
"Enak aja main ninggalin gue, siapa juga yang mau nginep sini? Gue ogah ya!"
"Gimana sih lo?" Farel duduk kembali.
"Gue mau pulang aja gak mau di sini. Bisa aja kan lo diam-diam pasang cctv di sini buat ngintipin gue? Ngaku lo!" tuduh Bulan.
Farel mendengus. "Ngapain sih gue harus ngintipin lo segala? Kalau gue pengen ngintipin lo, udah dari dulu gue nikahin lo!"
"Maksut looooo?"
"Ayo gue anter balik!" Farel menarik Bulan berdiri.
"Gendong!" Bulan merentangkan kedua tangannya ke arah Farel.
"Berdiri dulu!"
"Ngapain lagi sih?"
Tak menghiraukan Bulan, Farel membuat Bulan berdiri di atas sofa. Mengambil jaket dari tasnya, dan memasangkan ke pinggang cewek itu. Memasukkan tas sekolah Bulan yang hanya berukuran 20 x 10 ke dalam tasnya lalu memakainya di depan dada.
Farel berbalik membelakangi Bulan. "Ayo naik!"
Tak pikir panjang, Bulan langsung naik ke gendongan Farel dan keluar dari apartemen cowok itu.
"Lan, Lo serius kan, kita liburan bareng?" tanya Farel lagi kala mobilnya terjebak lampu merah.
"Apa dibatalin aja, kalau lo gak mau?"
"Jangan! Kapan lagi kita liburan bareng."
"Kata lo nanti pas honeymoon."
"Lo pengen banget ya nikah sama gue?"
"Nggak!"
Farel berdecak.
"Orang tua lo kapan pulang?"
Bulan menoleh. "Ngapain lo nanya-nanya? Mau nglamar gue?"
"Rencananya, itupun kalau lo mau?"
"Kalau gue gak mau?"
"Gue cari cewek lain!"
"Terserah lo!"
"Serius Lan, gue gak bercanda. Orang tua lo kapan pulang?"
"Gak tau! Kenapa sih?"
"Gue mau ijin sama orang tua lo lah! Masak gue bawa kabur anaknya gak ijin dulu."
"Ya lo telfon mama aja! Kan, hp gue di lo."
"Kalau gak diijinin gimana?"
Bulan memutar bola mata malas. "Lo aja bisa naklukin hati cewek-cewek di sekolah, masa naklukin hati mama gue gak bisa sih? Inget loh, ini camer lo bukan?"
"Boro-boro hati mamanya. Hati anaknya aja, belum bisa gue taklukkin."
Sesuai yang telah direncanakan, Bulan dan Farel hari ini akan berangkat ke Bali. Yap! Farel telah berhasil mendapatkan ijin dari mama Bulan untuk membawa cewek itu berlibur.Semua tiket, penginapan, dan hal lain di sana sudah diurus oleh Farel. Bulan hanya perlu duduk santai menikmatinya."Lo udah beberes, kan?" tanya Farel yang pagi ini sudah berada di rumah Bulan.Bulan menangguk sebagai jawaban.Mereka akan berangkat ke sana pukul tiga sore, jadi saat mereka sampai di sana bisa istirahat dulu sebelum memulai trip mereka besok pagi."Jalan dulu mau?" tawar Farel mendongak menatap Bulan yang duduk di sofa dengan dirinya berada di karpet bulu."Gak, lo pulang aja!" usir Bulan.Farel berdecak. "Ayo jalan dulu!""Gue gak mau!""Kenapa sih? biasanya lo juga mau.""Rigel mau ke sini!""Ngapain? Jadi lo gak mau gue ajak karna dia mau ke sini? Dan lo malah nyuruh gue pergi, biar lo bisa berduaan sama dia, gitu?"
Farel menguap lebar memandang hamparan pantai di depannya.Pagi-pagi sekali Bulan sudah menggedor-gedor pintu kamarnya hanya untuk mengajak Farel ke pantai melihat sunrise."Jangan terlalu ke tengah kalau lo diterkam ombak gue gak nolongin!" peringati Farel kala Bulan semakin ke tengah pantai."Rel, fotoin gue buruan! Ini cantik banget cahaya ilahi nya.""Lo pikir gue fotografer lo gitu, gue ke sini juga buat liburan!" cemberut Farel, tetap mengarahkan kameranya ke arah Bulan.Cowok itu tersenyum melihat hasil jepretannya, Bulan yang memang cantik atau jepretan Farel yang membuat Bulan semakin indah."FAREL SINI!" teriak Bulan, melambaikan tangan ke arahnya."Gak mau gue udah mandi!""Rel seriusan, cepet ke sini! Kaki gue kram!""Jangan boo-" Farel berlari menuju Bulan kala melihat cewek itu terduduk di air pantai.
"Gak kerasa lusa kita udah balik ke Jakarta." kata Bulan yang menaruh dagunya di bahu Farel. Keduanya tengah berada di pantai untuk melihat sunset."Kalau lo mau, kita bisa nambah liburan lagi. Mau?""Mau, tapi di Jakarta aja!""Gak mau ke Lombok nih?" tawar Farel menaik turunkan alis."Kalau bisa seluruh dunia aja kita kelilingin!" jawab Bulan mengebu-gebu."Bisa! lo mau?""Mau tapi lo harus izin ke papa sama mama gue, berani?""Berani lah! Gue udah naklukin mamer tinggal naklukin pamer, kapan?""Nanti kalau lo udah jadi suami gue." celetuk Bulan polos dan Farel tak bisa menyembunyikan senyumannya."Lo seneng gak?"Bulan mengangguk. "Banget, makasih banyak! Lo selalu jagain gue di sini.""Sama-sama, apapun itu buat lo bahagia! Gue bakal lakuin." Farel mengecup dahi Bulan penuh sayang."Udah cocok jadi calon suami lo belom?" goda Farel."Udah! Tinggal tunggu keputusan sang penulis.
Drtt... Drtt... DrttLo gila ya pagi-pagi udah nelfonin gue, gue masih ngantuk Rel.Katanya mau jalan-jalan keliling Jakarta, gimana sih?Ya tapi gak sekarang! Ini masih ngantuk banget.Ya udah ntar sore.Tut... Bulan mematikan sambungan sepihak. Mereka sebenarnya sudah sampai pukul delapan malam, namun Farel ngotot memaksanya ikut ke tempat tongkrongan gerombolannya dengan alasan bagi oleh-oleh, alhasil saking asiknya mengobrol pukul setengah dua belas malam Bulan baru sampai di rumahnya, itupun Bulan sudah menolak ajakan Farel untuk cari makan dulu."Hufh... Gue gak bisa tidur lagi, resek banget emang Farel." kesal Bulan berguling-guling di atas kasur."Gue harus ngapain?" Bulan duduk, menggaruk-garuk rambutnya.Bulan bangkit dari kasur, menyibak tirai menyambut kilauan sang matahari.
"Lan-Lan itu Farel! Gak mau samperin?" ucap Salsa menunjuk Farel bersama gerombolannya yang hendak menuju kantin.Bulan menatap Farel yang juga menatapnya namun Farel dengan cepat memutuskan pandangan itu.Bulan mengehela nafas lemah. "Lo gak liat apa tatapan dia barusan."Semenjak pertengkaran antara Farel dan Virgo, sekitar dua minggu yang lalu, Farek tak pernah lagi berhubungan dengan Bulan. Tak menelfon, menjemputnya, ataupun menganggu Bulan, Farel benar-benar menjauhinya."Lo juga salah Lan! Farel ngejar lo udah dua tahun lebih. Terang-terangan ke lo, tapi lo gak pernah bales perasaan tu cowok." ucap Rinjani."Dan dengan gobloknya lo jalan berkali-kali sama cowok lain di depan mata Farel, ya gue tau lo itu playgirl suka tepe-tepe ke cowok lain. Tapi gak gini juga, lo keterlaluan! Setiap cowok yang deketin lo pasti endingnya kalian pacaran walaupun baru ketemu sehari aja lo mau. Tapi liat, giliran sama Farel, lo tutup mata!" imbuh Salsa.
"Tumben lo pagi-pagi udah dateng? Lo kesambet?" ucap Rinjani heran pagi-pagi Bulan sudah datang ke sekolah. "Dateng pagi salah, dateng siang salah. Mau lo gimana? Apa gak usah dateng-dateng lagi?" sahut Salsa. "Gue..." Bulan menjeda ucapannya "Gue mau coba bikin Farel balik lagi." "Lo serius Lan?" tanya Salsa menatap Bulan. "Lo udah ngebuka hati buat dia?" imbuh Rinjani. "Gue mau coba!" Salsa menghela nafas. "Jadi lo belum punya perasaan buat Farel?" "Bulan lagi nyoba Sal, semua butuh proses!" jawab Rinjani. "Lan, sikap gue gini sama lo gak ada maksud apa-apa. Gue cuma pengen lo bisa tegas sama perasaan lo. Ya mungkin sekarang ibaratnya lo sedang nyakitin orang lain, makanya gue gak mau lo sakit di masa depan. Terlepas dari itu semua gue selalu dukung keputusan lo," ucap Salsa merangkul Bulan. "Iya gue tau Sal, gu
"Farel?" panggil Bulan pada Farel kala mendapati cowok itu di parkiran bersama teman-temannya."Tumben Lan, jam segini udah dateng?" tanya Ranu."Iya, ada hati yang harus dikejar."Farel bangkit dari motornya dan berlalu pergi."Loh Farel kok main pergi aja sih?" teriak Bulan mengejar Farel."Selamat pagi," sapa Bulan bergelanjut manja di lengan kanan Farel."Jawab dong jangan dianggurin. Anggur mahal loh," cerocos Bulan namun tak ada reaksi dari Farel.Bulan menghela nafas. "Ternyata sandaran gue emang beneran patung, gak bisa diajak ngomong."Farel melepaskan lengan Bulan melangkah pergi."Farel lo mau ke mana sih?" tanya Bulan ngintilin cowok itu yang memasuki kantin dan duduk tepat di sebelahnya."BU SRIII NASI RAMESNYA DUA," teriak Bulan memesankan sarapan untuk Farel."Oke," jawab Bu
Brak...Ranu menendang kursi di sebelahnya. "Goblok! Gue kesel punya temen kayak lo!" ucap Ranu kesal pada Farel yang tak bergeming. "Gue bilang juga apa? Pergi juga kan Bulan, elo sih!" imbuh Mahesa. "Ya bagus deh, Farel bisa cari yang lain," balas Catur enteng. "Apa lo bilang? Ngotak dikit! Perasaan bukan main-main, kalau gak dapet ini bisa langsung cari yang lain. Ngentengi perasaan banget lo!" ucap Ranu berapi-api pada Catur. "Kalau perasaan bukan main-main, harusnya tuh cewek juga pakai otak. Ngerasa cantik banget emang sampe main-main doang," balas Catur sengit. "Gak perlu ngerasa sok cantik, Bulan emang asli cantik asal lo tau," sahut Mahesa ikutan kesal. "Gak usah khawatir Rel, kalau lo nyari tampang aja. Besok gue cariin yang jauh lebih cantik dari Bulan," ucap Catur, membuat Farel, Mahesa, dan Ranu menatap cowok itu garang.