Pov. SriPerkenalkan, namaku Desrina Maharani atau biasa dipanggil dengan sebutan Sri. Aku menikah dengan Mas Joko karena sudah terlanjur hamil duluan. Awal pernikahan, ibu mertuaku sangat sayang padaku dan selalu memprioritaskan aku di atas segalanya. Terlebih lagi Setelah kelahiran Najwa yang merupakan cucu pertama di keluarga Mas Joko.Sebenarnya Najwa adalah cucu kedua di keluarga ini, cucu pertama yang sebenarnya adalah Vero yang merupakan anak Mas Samsul bersama mantan istrinya dulu yaitu Mbak Indah. Namun sayangnya, mereka bercerai akibat ulah mamak mertuaku dan Vero diasuh oleh ibunya. Vero dan Najwa hanya berbeda dua tahun saja, oleh sebab itu dulu aku begitu dekat dengan Mbak Indah. Sampai suatu hari, Mas Samsul membawa pulang seorang perempuan bernama Rindu setelah lima tahun bercerai dengan Mbak Indah. Awal perkenalan kami, aku sudah langsung tidak suka pada calon kakak iparku itu. Gayanya yang modis, tibuh terawat, kulit putih bersih dan juga perhiasan lengkap yang mene
🍁 Awal kedatangan Aulia. "Mbak, kenalin ini Aulia, calon istriku," ujar Ardian sembari memperkenalkan seorang gadis langsing, berkulit putih, dan bermata sipit. Sayangnya rambutnya di cat warna pirang dan pakaiannya sangat seksi. Aku menatapnya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Penampilannya bak artis-artis yang wara-wiri di layar kaca, sungguh benar-benar hedon. Aku sampai terpana melihatnya, persis seperti boneka. Rupanya tak hanya aku saja yang terkesima, mamak mertua pun tak kalah kagetnya denganku. Terlebih lagi, matanya langsung silau melihat apa yang di pakai oleh calon menantunya itu terlihat mahal semua. "Ya ampun, Le. Kok ya kamu itu pintar sekali nyari calon istri, cantik banget persis kayak boneka!" seru mamak mertua dengan sorot mata berbinar bak melihat emas permata dan juha uang gepokan. Aulina menyalami punggung tangan kami semua dan menampilkan senyuman terbaiknya, membuat wajah ayunya bertambah berkali-kali lipat cantiknya dan tampak sangat elegant. Namun
Bab 1 "Sam, sore ini kamu datang ke rumah, ya. Ada yang ingin bapak bicarakan pada semua anak dan menantu," titah mertuaku yang tumbenan sekali sepagi ini sudah datang ke rumah. "Insya Allah, Pak. Nanti sehabis pulang dari sawah, Samsul dan Rindu pasti ke rumah. Kalau boleh tau, memangnya ada apa ya, Pak?" jawab dan tanya suamiku. Aku rasa ia sama halnya denganku, yaitu penasaran. "Nanti juga kamu tahu, Sam. Pokoknya datang saja sudah! Kamu peringati itu istrimu, agar jangan membuat ulah nanti!" peringat bapak mertua yang sudah seperti kode keras untukku. Aku yang tengah menguping di dapur pun merasa gondok setengah mati, nggak bapak mertua, nggak ibu mertua, bahkan adik-adik suamiku pun sama-sama menyebalkan. Mereka tidak bisa membedakan mana benar dan mana salah, mana tulus dan mana modus. Selama empat tahun aku menjadi bagian dari keluarga Mas Samsul, selalu saja apa pun yang aku lakukan selalu salah di mata mereka. ***Aku, Rindu Septiani berusia 28 tahun dan suamiku Samsul
Ipar-Ipar Serakah Bab 2Pukul lima sore, aku dan Mas Samsul telah sampai di rumah bapak. Setelah mengucapkan salam, kami pun masuk. Ternyata semua sudah berkumpul, hanya tinggal aku dan suamiku saja. Tatapan sinis dari para adik suamiku beserta istri mereka menyambut kami. Aku dan Mas Samsul memcium punggung tangan bapak dan mamak. Tak lupa kami juga menyalami semua orang yang ada di sana satu persatu, meski sikap mereka sama sekali tak bersahabat dan tatapannya tidak enak dipandang mata. "Cih! Sudah kayak ratu dan Raja saja datang terlambat, bikin orang menunggu saja. Memangnya kalian pikir kalian itu siapa, kami itu orang sibuk! Nggak kayak kalian pengangguran!" sinis Desrina mulai memercikan api pertengkaran. "Jalanan macet, Sri. Lagi pula, kedatangan kami ke sini karena diundang oleh bapak. Kalau tidak, aku pun tidak sudi untuk bertemu denganmu!" ucapku tak kalah sinisnya. "Halah, alesan!" celetuk Aulia ketus turut menimpali."Kamu nggak usah ikut-ikutan, Lia. Kamu itu menant
Bab 3🍁 Perkara teflonAku masih ingat betul, bagaimana dulu saat aku tinggalkan Mas Samsul untuk bekerja ke luar kota. Hampir semua perabotanku di rumah ludes berpindah ke rumah mertua. Bahkan, ada beberapa yang sengaja di jual oleh ibu mertuaku tetapi beliau tidak mau mengaku. Setelah dua tahun lamanya, barulah semua itu terbongkar saat secara tidak sengaja Lek Siti menjual sebuah teflon keramik padaku. Teflon itu tak lain dan tak bukan adalah milikku, hadiah dari mamahku saat awal pernikahanku dengan Mas Samsul. Karena teflon itu bisa dikatakan limited edition, apalagi di bawah gagang teflon itu tertulis namaku dan juga Mas Samsul. "Lek, kalau boleh tau. Lek Siti dapat beli di mana teflon ini?" tanyaku sengaja memancingnya saat itu. Awalnya aku sama sekali tidak ingin suudzon saat hanya melihat sekilas dari dus yang dibawa oleh Lek Siti ke rumahku saat itu. Meskipun mamahku pernah bilang jika itu edition limited, tetapi bukan tidak mungkin kalau Lek Siti juga mampu membelinya b
Bab 4🍁 Panas Membara"Diam!! Selama ini aku sudah cukup diam dengan perlakuan kalian yang selalu saja bersikap semena-mena terhadap istriku. Tapi itu bukan berarti kalian bisa semakin berbuat kurang ajar pada Rindu. Dia istriku, kakak ipar kalian. Apa tidak bisa kalian sedikit saja menghargai dan menghormatinya?" bentak Mas Samsul sudah sangat emosi. Baru kali ini aku melihatnya semarah itu. Kilatan matanya sarat akan kebencian dan juga amarah. Semua orang mendadak diam, begitu juga dengan kedua mertuaku. "Emak, Bapak. Selama ini aku sudah selalu mangalah pada kalian, apa masih kurang? Sikap pilih kasih kalian padaku, selalu aku terima dengan lapang dada. Kalian memperlakukan istriku dengan semena-mena pun aku masih mencoba untuk diam. Rindu selalu mengajarkan aku untuk sabar menghadapi kalian, itu karena istriku percaya jika suatu saat kalian pasti akan berubah. Tapi nyatanya, kelakuan kalian malah semakin menjadi." Kini Mas Samsul beralih menatap ke arah kedua orang tuanya. Aku
Bab 5🍁 Pov. SamsulAku yang baru saja keluar dari kamar setelah mengganti sarung melihat Mamak menampar Rindu. Aku pun bergegas menghampiri mereka. "Ma, apa yang mamak lakukan pada istriku? Kenapa mamak menamparnya?" tanyaku pada Mamak yang terlihat sangat emosi, napasnya pun tampak menggebu dengan punggung yang naik turun. "Istrimu ini memang lantas ditampar, Samsul! Gara-gara dia kamu menjadi anak durhaka pada orang tua. Ajaran sesat apa yang sudah dia ajarkan padamu, hah?!" bentak Mamak dengan kilatan amarah yang terpancar dari kedua mata tuanya. Aku sampai bergidik melihatnya."Rindu tidak pernah mengajari hal buruk apapun padaku, Ma. Justru dia yang selalu mengingatkan aku agar tak menaruh dendam pada kalian atas perlakuan kalian selama ini. Jangan lupa, Ma, Rindu lah orang yang telah berhasil membujukku untuk pulang ke desa ini setelah dua tahun aku menjauhkan diri dari kalian karena sikap kalian terlalu membuatku sakit hati. Mama pasti tidak lupa bukan, bagaimana mama memoh
Ipar Ipar SerakahBab 6🍁 Pov. SamsulAku berjalan sedikit cepat dengan membawa dua kilo gula merah buatan mamak. Jalanan desa yang terjal dan berbatu membuatku sedikit kesulitan. Desa kami pada masa itu merupakan desa tertinggal dan belum tersentuh aspal sama sekali. Berbeda dengan desa-desa sekitar yang sudah mulai di aspal dan mulus. Akhirnya aku sampai juga di warung Mbok Jum. Seperti biasa, aku menyerahkan dua kilo gula untuk ditimbang ulang olehnya. "Ini pas dua kilo ya, Sam. Ini uangnya." Mbok Jum memberikan empat lembar uang seribuan berwarna biru. Setelah menerima dan mengucapkan terima kasih, aku pun pamit untuk kembali pulang. Di jalan aku sedikit berlari karena takut terlambat ke sekolah. Begitu sampai di rumah, mamak, bapak, dan Joko sedang duduk di teras menungguku. Joko sudah rapi dengan tas barunya, sementara tas lama Joko mamak berikan padaku. Padahal tas itu sudah ada beberapa bagian yang bolong, tetapi memang tidak separah bekas tasku sebelumnya. "Sini, mana ua