Share

Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku
Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku
Author: Rumaika Sally

1. Kemeja yang Basah

Author: Rumaika Sally
last update Last Updated: 2023-01-13 16:20:20

"Lisa? Ngapain kamu di sini?" Mario Guntoro terkejut setengah mati. Sekitar lima meter di depannya, Lisa sedang berdiri dengan sebuah tas besar. Penampilannya sungguh kacau, seperti orang yang tak terurus. Melihat kondisi adik iparnya yang setahun lalu diusir dari rumah itu membuat Mario tak kuasa untuk menahan diri dan menghampiri wanita itu.

Wanita yang dipanggil Lisa itu menunduk. Rambutnya kusut, wajah ayu blasteran yang dulu selalu memukau para lelaki itu kini tampak kuyu. Apa dia sakit? Mario membatin dengan penasaran.

"Lisa?" Mario mulai makin menatap cemas pada adik istrinya itu. Tak sengaja matanya menangkap baju warna cokelat muda yang dikenakan Lisa itu tampak basah di bagian dadanya. 

"Bu Lisa? Ini berkasnya. Surat kematian anak Ibu di dalam, ya. Administrasi sudah beres juga, ya." Seorang perawat tampak mengulurkan sebuah dokumen dalam map warna cokelat. 

Lisa menerima map itu dengan cepat dan buru-buru. Ia mengucapkan terima kasih dengan lirih. Lalu dengan kepala masih tertunduk ia bergegas pergi tanpa menghiraukan keberadaan Mario, ia pergi begitu saja.

"Lisa! Lisa!" Mario berlari mengejar Lisa yang rupanya juga berlari menghindarinya.

Lisa berlari makin cepat. Hingga akhirnya di lorong rumah sakit yang sepi itu Mario berhasil menarik tangan Lisa. Lisa memberontak dan ingin melepaskan diri, tapi rupanya tangan Mario lebih kuat menggengamnya.

Bugh!

Hingga akhirnya tas yang dibawa Lisa itu terjatuh. Isinya berhamburan keluar dari kancing yang tadinya memang sudah terbuka karena tak muat menampung isinya yang banyak.

Mario menatap isi tas itu dengan mata membulat. Ia amat terkejut. Baju-baju bayi? Botol minum bayi? Popok bayi?

"Li--lisa. Katakan apa yang terjadi sama kamu selama menghilang setahun ini. Itu barang-barang bayi siapa? Lalu perawat tadi bilang apa? Surat keterangan kematian anak kamu? Lisa, katakan pada saya! Kamu punya anak?" Mario tampak makin terkejut. Tangan Lisa masih ia genggam agar adik iparnya itu tidak melarikan diri.

Lisa tak menjawab. Bibirnya terkatup rapat tapi air matanya mulai bercucuran. 

Mario paling tak tega melihat perempuan menangis. Apalagi Lisa ini bukan orang lain baginya. Dengan spontan ia memeluk wanita itu. Mario berusaha menenangkannya. 

Entah berapa lama pelukan itu berlangsung. Yang jelas ketika mereka saling melepaskan diri, Lisa langsung panik saat menyadari kemeja Mario ikut basah karenanya.

"Maaf, Mas. Baju Mas basah karena air susu saya." Lisa tampak malu. Ia menutupi bajunya yang basah di bagian dada itu lalu berjongkok memunguti barang-barangnya yang berserakan.

Mario menatap tak percaya. Masih dengan kepala yang menyimpan banyak tanya, ia segera ikut berjongkok dan membantu Lisa merapikan dan memasukkan barang-barang itu kembali ke dalam tas.

Lisa tampak canggung. Ia seperti ingin kabur dan menghindari Mario. Mana ia menyangka kalau kakak iparnya itu ada di kota ini. Ada di rumah sakit yang sama pula dengan dirinya.

"Kamu sendiri? Suami kamu mana? Saya antar pulang, ya?" Mario tampak ikut berdiri dan mengimbangi langkah Lisa begitu wanita itu berjalan terburu-buru meninggalkan lorong.

Lisa hanya menggeleng. Sambil mendekap tas besar itu di dada agar menutupi baju basahnya, ia menengok ke kiri dan kanan dengan penuh waspada. Sungguh wajahnya tampak seperti orang yang sedang ketakutan.

"Lisa! Jawab saya!" Mario makin tak bisa menahan dirinya. 

Mario melupakan semua urusannya di rumah sakit ini sejenak. Ada yang lebih penting, yaitu keanehan Lisa. Ia harus menyelidikinya. Ia harus tahu apa yang terjadi setahun belakangan ini selama adik iparnya itu pergi meninggalkan rumah.

"Mas. Udah, Mas. Jangan ikuti saya. Sana pergi. Anggap kita nggak pernah ketemu. Nanti kalau mbak Risa lihat, dia bisa marah sama aku. Aku nggak mau itu terjadi," ucap Lisa pada akhirnya.

Mereka rupanya telah sampai di area luar rumah sakit. Lisa tampak makin kelihatan kusut berada di bawah sinar matahari langsung begini. 

Mario melirik ke arah mobilnya yang kebetulan berjarak tak begitu jauh dari sana. Ya, saatnya memakai trik ini. 

Tiba-tiba saja disahutnya tas itu dari tangan Lisa. Lisa tampak terkejut. Mario berjalan cepat menuju mobilnya dan melemparkan tas itu ke jok belakang.

"Mas! Mas Mario! Tas saya!" Lisa tampak panik. Ia berusaha mengejar Mario. Tatapannya sungguh menyedihkan dan membuat iba.

Mario tentu tidak tega melihat adik iparnya begini. Tapi dia tidak punya pilihan lain.

"Dengar, Lisa. Kakak kamu nggak akan tahu. Dia nggak akan lihat kita. Sekarang kamu masuk mobil. Atau mungkin kamu mau ganti baju dulu? Saya tungguin," ucap Mario sambil melirik sekilas ke arah baju Lisa yang makin kelihatan basah di bagian dadanya.

Lisa tampak frustasi. Ingin ia kabur tapi barang-barangnya ada di tas itu. Begitu pula dengan ponsel dan dompetnya. Semua ada di dalam tas yang kini teronggok di mobil Mario.

"Saya nggak bawa baju ganti. Tadi buru-buru ke sini karena kata perawat kamar rawat bayi saya sudah mau ditempati pasien baru." Lisa menjawab dengan lirih.

Ya ampun, mata sendu itu. Mario makin tak tega melihatnya. Berbagai pertanyaan dan rasa penasaran di kepalanya makin meledak minta dikeluarkan, tapi ia tahan. Setidaknya ia harus membuat Lisa percaya dulu padanya. Setidaknya ia harus membuat Lisa merasa aman di dekatnya. Siapa tahu nanti ia akan cerita sendiri. Jangan sampai Lisa kabur lagi darinya.

"Saya punya beberapa potong kemeja. Mungkin agak kebesaran di kamu. Tapi coba kamu pakai kalau mau. Ada yang warna putih. Jadi misalkan basah lagi nggak terlalu kelihatan," ucap Mario yang tanpa menunggu respon dari Lisa ia segera mengambilnya dari dalam mobil.

Lisa diam saja. Ia berdiri mematung seperti orang ling-lung. Dari sorot matanya ia masih kelihatan cemas dan takut. Ia takut kakaknya yang ia takuti itu melihatnya dan mengamuk karena salah paham. Risa adalah wanita pencemburu. Lisa tahu betul itu.

"Ini. Pakai. Ganti di toilet sebelah sana," ucap Mario sambil menunjuk ke arah sebuah toilet di dekat area parkir.

Lisa menatap kemeja putih bersih itu dengan ragu. Mario terus menyodorkan padanya. Akhirnya dengan keraguan hatinya, Lisa menerima kemeja itu dan mengganti baju.

Sembari menunggu Lisa, Mario menyandarkan punggungnya ke mobil. Wajah pria itu mengernyit dalam seakan memikirkan suatu hal yang rumit. Pikirannya kini membayangkan baju sang adik ipar yang basah karena air susunya. Selain itu, bukankah istrinya mengatakan bahwa Lisa pergi ke luar kota setelah diusir dari rumah? Mengapa wanita itu kini muncul di hadapannya?

"Surat kematian anak? Apa Lisa sudah menikah?" batin Mario.

Mario memejamkan matanya. Merangkai beberapa kemungkinan di kepalanya. Jika memang adik iparnya itu sudah menikah, ke mana suaminya? Suami mana yang meninggalkan istrinya sendiri ketika anaknya baru saja meninggal dunia?

Tiba-tiba, Mario membuka matanya lebar-lebar. 

"Apa jangan-jangan..."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   86. Jalan Pulang

    Mama Aryo tampak menatap putranya dengan wajah sedih. Ia tahu hidup putranya pasti tidak baik-baik saja selama kabur di luar sana. Tapi mungkin ia masih terlalu terkejut begitu tahu ternyata Aryo separah ini. "Siapa, Yo?" Perempuan tua itu menatap putranya yang sedang mengecek ponsel. Aryo diam saja. Ia hanya menatap mamanya dengan tatapan terkejut. Kemudian ia menoleh lagi ke arah ponselnya. [[ "Test!" ]] Lalu dua menit kemudian saat mungkin Bisma tahu nomor Aryo masih aktif, Bisma langsung mengirim pesan singkat lagi. [[ "Aryo, ini Bisma." ]] Lalu belum sempat kekagetan Aryo hilang, Bisma tiba-tiba saja sudah menelpon. "Ma. Bisma nelpon, Ma." Aryo langsung menatap mamanya lagi. Sungguh sejak pulang ke rumah lagi, pria bertato dan berwajah seram itu tampak seperti menjadi anak mami. "Angkat, Yo. Angkat." Mama Aryo malah yang lebih antusias. Aryo menatap ponselnya dengan ragu. "Tapi aku mau ngomong apa, Ma? Dia pasti nanyain Lisa. Dia pasti nyari Lisa. Dia minta aku jaga

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   85. Pesan dari Nomor Tak Dikenal

    Aryo menatap sosok itu. Sahabat semasa sekolah, teman sesama pelariannya saat diusir dari rumah, sekaligus orang yang ingin ia maki-maki saat ia kabur menghilang. "Iya, kan? Itu Bisma bukan, sih? Ternyata dia jago nyanyi juga. Eh, dia lolos loh. Berarti di tayangan minggu dia ada lagi." Mama Aryo berkata dengan antusias. Ya, sejak lumpuh karena stroke, satu-satunya hiburan mamanya adalah menyaksikkan acara televisi. Dan Aryo selalu mendampinginya karena semua orang di rumah ini sibuk bekerja. Aryo tahan kupingnya. Ia tak peduli disindir pengangguran numpang tidur dan makan. Ia pulang karena mamanya. Itu saja. "Yo? Aryo? Kamu kenapa? Kok kayak ketakutan gitu?" Mama Aryo menoleh. Dengan tangannya yang sedikit tremor dan sulit digerakkan, perempuan tua itu berusaha menepuk pundak putranya. Aryo menoleh dan berusaha bersikap biasa saja. Padahal dalam hati ia sangat syok. "Nggak papa kok, Ma." Aryo menjawab singkat. "Aryo, bukannya kamu pernah cerita ya. Waktu kamu kabur dari rumah

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   84. Kemunculan Bisma

    Mbak Asti sampai mematikan setrikanya. Ia berjalan menghampiri nyonya rumahnya yang tampak syok menatap layar televisi. "Bu Lisa?" Mbak Asti mengguncang pelan tangan Lisa. Lisa terhenyak. Ia lalu menoleh dan tersadar. Milena yang ia abaikan di gendongannya ia peluk. "I--iya, Mbak. Aku, a--aku ke luar dulu, ya. Mau ambil minum buat Milena." Lisa beralasan lalu ia kabur pergi. Mbak Asti tampak bingung. Ia menyalakan kembali setrikanya sambil melihat ke layar televisi. "Perasaan nggak ada yang aneh di TV. Kenapa bu Lisa lihatin TV sampai sebegitunya?" Mbak Asti menggumam bingung. Oh, andai Mbak Asti tahu. Lisa menangis karena kekasih yang dulu kabur dari tanggung jawabnya itu muncul lagi di televisi sebagai peserta audisi pencarian bakat dan memperkenalkan diri sebagai pria lajang. Lisa mengusap air matanya yang menetes. Milena si bayi polos menatapnya dengan mata beningnya itu. Tangan mungilnya meraba pipi Lisa yang penuh air mata. Lisa menatap Milena dengan senyuman tapi matany

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   83. Janji Bisma

    Layar televisi di depan Lisa masih menyala. Sementara layar televisi yang menayangkan program yang sama di depan Bisma dimatikan dengan kasar. Sang mentor melempar remote control ke sofa. Bisma duduk duduk di kursi kayu dengan kikuk. Mentornya tampak mondar-mandir dan kelihatan seperti sedang berpikir keras. "Lihat barusan? Waktu kamu audisi, cukup oke. Tapi sekarang beda. Kamu akan tampil di panggung besar. Tidak bisa kita pakaikan kamu jaket jeans lusuh ini lagi." Si mentor berkepala botak itu menjelaskan dengan berapi-api. Bisma diam saja. Ia punya mimpi jadi penyanyi, albumnya meledak, lagu-lagunya menjadi hits. Tapi baru masuk industri televisi untuk ajang pencarian bakat penyanyi begini saja mentalnya drop. "Kamu kurang, Bisma. Kurang apa ya. Kurang menjual. Tampang oke, suara oke, tapi gaya kamu kurang bad boy. Target pasar kamu cewek-cewek. Kamu nurut ajalah sama saya. Potong rambut, ubah semua. Saya akan bangun persona baru kamu. Gaya bicara kamu ini juga... Arghhh! Kur

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   82. Bisma New Idol

    Pagi itu Lisa bangun dengan hati yang lebih ceria. Ia mandi cepat-cepat dan membangunkan Milena. Rasanya melakukan aktivitas apapun di pagi ini, selalu ada Mario yang mengisi setiap jengkal pikirannya. Ya, sejak malam tadi Mario jadi punya posisi penting di hatinya selain Milena. Seperti ada kesepakatan tak tertulis. "Oke, mulai sekarang kita saling membuka diri dan membebaskan hati kita, kemana pun hendak berlabuh. Pelan-pelan." Begitulah kira-kira. Lisa menatap penuh cinta pada Milena yang terbangun dengan bibir manyunnya. Sungguh sangat lucu. "Papa katanya mau ke kantor pagi ini, Sayang. Ayo kita sapa," ucap Lisa sambil menggendong Milena keluar dari kamar. Dan benar saja, ketika ia membuka pintu Mario sudah berada di anak tangga terbawah. Pria berpakaian rapi itu menatapnya sambil tersenyum. "Selamat pagi kesayangan Papa," sapa Mario yang membuat hati Lisa sedikit tersipu. Kesayangan Papa? Siapa yang ia maksud? Ya tentu Milena, lah. Tapi entah kenapa Lisa merasa kata-kata

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   81. Meyrika dan Daniel

    Lisa membisu. Sungguh pertanyaan yang sulit. "Sorry. Pertanyaan ini mungkin membuatmu bingung. Pernikahan ini awalnya untuk pengukuhan status Milena sebagai anak kandungmu. Tapi kurasa, akhir-akhir ini..." Mario tak bisa melanjutkan kata-katanya. Lisa masih diam saja, tapi hatinya berdebar. Ia sedang menunggu. Mario ingin bilang apa? Kalau perasaannya tumbuh untuknya? Sejujurnya, Lisa juga merasakan hal yang sama. "Lis, aku tahu kamu tak nyaman soal ini. Tapi aku merasakan perasaan yang lain untukmu. Sedikit demi sedikit. Rasanya berbeda. Aku ingin kamu di sisiku bukan sebagai ibu susu Milena saja, tapi aku ingin kamu jadi istriku yang sesungguhnya." Kata-kata itu keluar dari mulut Mario dengan susah payah. Lisa menatap mata bening yang tulus itu. Mario langsung gugup ditatap seperti itu. Ia tertunduk. Ingin rasanya ia ungkapan perasaannya bertahun-tahun yang lalu. Soal Lisa yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Soal surat yang salah alamat. Lalu ketika Risa lah

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   80. Di Bawah Rembulan

    Mario lalu turun dari panggung. Entah kenapa semua undangan bertepuk tangan dengan meriah. Sebagian dari mereka mungkin merasa tersindir karena ucapan Mario begitu menohok. Dan sebagian lainnya merasa puas karena menganggap Mario keren. Ia dengan berani mengakui pernikahan keduanya dan membela istrinya yang terus digunjingkan dengan tuduhan yang tidak-tidak. Harus diakui, Mario sangat gentelmen. Daniel menarik nafas panjang. Ia tak menyangka Mario akan seberani ini mengungkap rumah tanggannya. Ya mungkin memang benar ia lelah digosipkan. Tapi soal anaknya dengan Risa yang diadopsi dan sekarang ia merawat anak tirinya dari Lisa cukup mengejutkan juga. Mendengar fakta itu diungkapkan ke publik membuat Daniel makin yakin. Mario tidak bohong. Harapannya untuk memeluk putrinya lagi pupus sudah. Dulu ia pikir ia tetap bisa menyayangi anak itu dari jauh. Melihatnya di rumah Mario. Oh, ternyata tidak. Lamunan Daniel dan kesedihannya langsung hilang ketika Meyrika menyentuh pundaknya. Da

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   79. Presdir Pengganti

    Mario mengucapkan sepatah dua patah kata di atas panggung. Lisa tampak menatapnya dengan bangga di belakangnya. Ia berdiri di samping Pak Gunadi. Mario tahu hal ini akan segera terjadi. Pak Gunadi sudah mengisyaratkan kalau suatu hari nanti ia akan menyerahkan tanggung jawab perusahaan sepenuhnya padanya. Tapi Mario tidak menduga Pak Gunadi akan mengumumkannya secara resmi malam ini. Oh, begitu cepat. Ia pikir akan setahun atau dua tahun lagi. Mungkin lelaki tua itu sudah lelah dan ingin beristirahat saja, mengingat kondisi kesehatannya menurun sangat jauh dari tahun ke tahun. "Istriku meninggal karena kanker. Hal itu membuatku sadar, kalau berapapun harta yang kita punya tidak akan bisa membeli nyawa. Tapi untuk memperpanjang dan membeli sedikit waktu, masih bisa. Aku tahu kamu tidak obsesif untuk soal harta, Mario. Kita dibesarkan oleh keluarga angkat. Kita sama-sama anak yang terbuang. Kamu juga mulai dari nol. Kamu tahu cara menghargai proses. Jangan kecewakan saja. Kamu suda

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   78. Rasa Iri Luar Biasa

    Setelah Daniel bilang "iya" pada ajakan menginap di tempatnya, wanita bergaun putih itu tak henti-hentinya tersenyum. Daniel bisa merasakan energi Meyrika yang makin bertambah. Apalagi ketika menggandeng dan memperkenalkannya pada teman-temannya di pesta. "Mey, soal menginap, apa kau yakin?" Daniel berbisik saat tubuh mereka merapat saat menikmati musik. Mey menatapnya dengan bingung. "Ya, aku yakin. Kenapa? Tenanglah, aku tinggal sendiri. Aku sudah 35, Daniel. Orang tuaku tak akan ikut campur. Mereka di luar negeri." Daniel tampak makin bingung. Sejujurnya ia panik sekarang. Ketika bilang iya tadi, ia hanya spontan saja. Mengiyakan ajakan menginap tentu sudah jelas arah dan tujuannya kemana. Mereka sudah sama-sama dewasa. Toh dulu kurang liar apa kehidupan percintaan Daniel dengan Risa yang sudah bersuami. "Mey, sejak kecelakaan dan kondisiku begini, aku tak pernah lagi..." "Sttt!" Mey meletakkan telunjuknya di bibir Daniel lalu ia tersenyum. Daniel membeku. Ia tahu Mey seriu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status