Share

Chapter 8

Author: Aaysh
last update Last Updated: 2024-01-17 09:51:34

Dara kembali ke dalam kamar dan mengambil ponselnya. Dan kunci motornya ada di lantai atas, bagaimana ia melewati mereka dalam situasi seperti ini.

Dara memberanikan langkah kakinya, ia lebih baik pulang sekarang, dia tidak mungkin mengatakan kepada Ibu Fani bahwa ia masih ingin tetap berada di rumah ini. Ia tidak punya hak untuk hal itu, dirinya bukanlah apa apa selain menyandang gelar bibi dari anak Ardi.

"Kak Ardi. Tante."

Mendengar suara Dara, Ardi spontan menoleh ke arah suara. Ia bisa melihat raut pucat lesu gadis itu, sepertinya sakit perutnya belum hilang. Tapi ada yang membuat Ardi lebih gelisah, Dara pasti mendengar pembicaraannya dengan ibunya. Ia takut, Dara mungkin akan sedih dan berpikiran tidak bertemu Nadira lagi.

Dara mendekati keduanya dengan langkah tertatih Ratih, ia kemudian melirik Ardi yang menatap dengan raut wajah khawatir.

"Aku nggak apa apa kak." Ucap Ratih bohong, tidak ingin pria itu merasa cemas padanya.

"Aku akan pulang." Ucap Dara menambahkan.

Ardi meletakan Nadira yang sudah tidur ke ranjang dorong nya lalu menatap intens Dara, memperhatikan kondisi adik iparnya itu. Bagaimana bisa ia membiarkan pulang Dara dalam kondisi fisik lemah begini.

"Nggak bisa. Kamu masih sakit, bagaimana jika terjadi apa apa denganmu." Sergah Ardi tidak terima.

Dara tidak mengindahkan penolakan Ardi, ia kemudian menoleh kepada Ibu Fina, "Aku akan pergi tante."

"Maafkan tante Dara. Tante tidak bermaksud buruk padamu. Tante hanya tidak mau kejadian buruk menimpa kalian."

"Nggak apa apa. Dara bisa mengerti perasaan dan maksud tante." Ardi naik pitam mendengar ucapan Dara yang setuju dengan pendapat Ibunya.

"Kamu nggak bisa pergi. Kamu harus tetap menjaga Nadira dan tetap kamu." Ardi menegaskan keputusannya, tidak mengizinkan Dara pergi dan meninggalkan Nadira.

"Kak. Aku akan datang kapan kapan untuk menengok Nadira."

"Saya tidak akan mengizinkan kamu menengok Nadira, kecuali kamu datang untuk menjaga dan mengasuhnya. Jika kamu masih ingin bertemu Nadira saya mohon kamu tidak merubah niat kamu hanya menakutkan hal yang tidak perlu."

"Ardi, kamu sudah menjadi egois." Ibu Fina menyela, tidak habis pikir dengan keegoisan Ardi. Apa dia gila membiarkan seorang gadis yang bukan muhrimnya berada satu atap dengannya. Ia membatin.

"Ma. Aku melakukan ini untuk Nadira. Mengapa aku harus lebih peduli pendapat orang lain daripada peduli tentang Nadira."

"Kamu belum membiarkan orang lain untuk menjaga Nadira, Ardi. Mengapa kamu menolak disaat kamu belum mencobanya" Ibu Fina mencoba memberi pemahaman kepada Ardi. Mencoba Untuk membuatnya mengerti.

"Nggak. Mama salah. Aku yakin orang lain nggak akan bisa, bahkan aku sendiri juga nggak bisa."

"Kenapa kamu seyakin itu?"

"Karena aku sudah melihatnya Ma. Aku yakin Mira sudah memilih adiknya sendiri untuk menjaga Nadira."

"Baiklah. Jika kamu tidak ingin berubah pikiran untuk mengganti pengasuh anak kamu, dan kamu yakin keberadaan Dara karena Mira. Mama akan menyetujui itu, lagipula mama menolak Dara karena situasi di antara kalian berdua, dua orang dewasa berada dalam satu rumah tanpa ikatan apapun."

Ibu Fina berhenti sejenak lalu melirik ke arah Dara yang dari tadi mendengarkannya dan Ardi. Ia bisa melihat dan menebak dari ke dua ekspresi wajah itu bahwa mereka mengerti dengan apa yang maksudnya.

"Maka kalian harus menikah."

Seperti di jatuhi bom Ardi dan Dara terperangah. Mata mereka terbuka lebar lebar atas perkataan yang mereka dengar. Mereka tidak percaya Ibu Fina melontarkan hal yang tidak di sangka sangka.

"Jika kalian tidak mau, Mama akan menemukan pengasuh yang sesuai." Ibu Fina meletakan paper bag yang berisi baju baju bayi di atas meja dan pergi dari sana meninggalkan Dara dan Ardi yang masih terpaku dengan ke kagetan mereka.

Hening. Tidak ada yang bersuara, keduanya masih membeku. Segudang deretan kalimat terus mengalir dalam pikirannya mereka.

Apa Ardi harus menikahi Dara, adik iparnya. Mira bahkan belum lama pergi, bagaimana bisa ia akan menikah lagi. Ia terlalu cepat mendengar kata pernikahan saat ia baru kehilangan istrinya. Lalu apakah ia harus menolak perkataan ibunya. Bagaimana keadaan Nadira jika Dara pergi. Apakah ia yakin bahwa Mira lah yang memilih Dara untuk Nadira. Ardi memohon penjelasan, butuh titik terang apa yang selanjutnya yang ia harus lakukan. Dia butuh jawaban.

Dan Dara ia tidak mungkin melakukan hal itu. Bagaimana bisa ia menggantikan posisi kakaknya. Rasanya seperti ia akan mengkhianati kakaknya. Rasanya ia muncul hanya untuk merebut Ardi dan Nadira jika mengiyakan perkataan Ibu Fina. Sangat gila.

Setelah berdiam lama, Dara menengok Ardi yang situasinya juga sama dengannya lalu membuka mulutnya, "Aku pulang dulu kak."

Ardi membiarkan Dara berlalu dari hadapannya, tidak tau harus berbuat apa. Jika ia harus menahan Dara sekarang, apa yang akan dia jelaskan pada gadis itu. Apa dia akan meminta Dara untuk menikah dengannya sedangkan ia sendiri belum yakin dengan hal itu.

Ardi menjatuhkan badannya ke sofa kasar, di rasakan kepalanya seperti akan pecah, sambil memejamkan mata ia lalu memijat pelipisnya menghilangkan rasa sakit yang menyerang kepalanya. Hanya satu yang ditunggunya sekarang. Jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang antri dalam otaknya.

Di tempat lain, Masih dengan kebimbangan hatinya. Dara melajukan motor matic nya. Pikirannya masih berada pada situasi tadi. Ia lalu membenarkan perkataan Reno. Walaupun niatnya hanya untuk Nadira, tidak seharusnya ia berada di rumah itu. Seharusnya ia tidak membiarkan dirinya berada di rumah kakak iparnya sendiri.

Masih dengan pikiran yang penuh dan kondisi tubuh yang sedang lemah. Dara kehilangan fokus saat mengendarai maticnya. Tangannya melemas hingga tidak sadar motornya menyerong ke samping kanan dan membuat pemotor yang sedang melaju dari arah belakang tidak sengaja menabraknya.

Dalam sekejap semua menghilang. Semua kosong. Dara tidak merasakan apa apa sebelum menyadari tubuhnya sudah terjatuh ke jalanan. Yang ia lihat sekarang, dirinya sedang terduduk di aspal dengan pergelangan kaki yang tidak biasa ia gerakan. Dara menangis ketika wajah Ayah, Ibu, dan kakaknya tergambar jelas dalam ingatannya. Ia ingin pulang. Ingin kembali ke masa masa itu.

***

Dara memperhatikan sahabatnya dengan wajah khawatir bercampur kesal sedang melotot kan mata seperti akan menusuk dirinya.

"Aku nggak apa apa Win, serius."

"Apanya yang nggak serius, lihat kaki kamu." Menyaksikan sikap Dara yang biasa saja setelah kakinya cedera membuat Winda tidak habis pikir. Bisa bisanya sahabatnya itu santai saja setelah mengalami kecelakaan.

"Itu cuma cedera sebentar, palingan satu minggu atau dua minggu ke depan sudah sembuh." Jawab Dara sambil mengamati pergelangan kakinya yang lebam dan tergores

"Terus apa kamu nggak akan lagi ke rumah kakak iparmu itu." Setelah melontarkan pertanyaannya itu Winda menemukan raut wajah Dara langsung berubah. Ia yakin ada sesuatu yang terjadi pada sahabatnya itu, apalagi setelah mengetahui kronologi kecelakaan yang di alami Dara hari ini.

Mengingat kembali kejadian tadi pagi saat berada di rumah Ardi, Dara menggeleng, "Aku tidak akan lagi ke sana Win."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Iparku Suamiku   Chapter 29

    Dara membeku di tempat, mata nya melebar menatap meja. ia bahkan tidak mampu menjawab Reno atau sekedar mengangguk saja.Gadis itu tercekat. Dari ujung mata nya, Dara bisa tahu bahwa Ardi saat ini sedang menatap pada nya. Reaksi apa yang harus ia lakukan sekarang.Dengan susah payah, Dara menelan ludah. Sebenarnya, ia harus nya senang dengan hal ini. Dengan begitu, ia tidak perlu repot repot meyakinkan Ardi bahwa ke depannya di antara mereka tidak akan ada yang terjadi. Namun perasaan nya malah terasa ganjil.Dara asumsikan lagi bahwa ini karena dia adalah seorang istri dari Ardi. Rasa bersalah untuk status mereka saat ini, dan juga karena Ardi yang berinisiatif untuk memperbaiki pernikahan ini. Mungkin karena itu. "Aku akan ke kamar." ujar Ardi.Akhir nya Ardi bersuara dan beranjak dari duduk nya. Di saat itulah baru Dara berani bergerak dan menoleh kepada Ardi yang sudah pergi meninggalkannya di ruang tamu."Iya kak." sahut Dara lirih, namun tidak di dengar oleh Ardi karena pria it

  • Iparku Suamiku   Chapter 28

    "Tanganku lemah" Ardi bersuara dan melanjutkan lagi menutup mata nya.Tubuh Ardi saat ini memang begitu panas, rasanya ia malas untuk bangkit dari posisi tidurannya.Karena masih ada Nadira dalam dekapannya, Dara kemudian menarik kursi dengan tangan lainnya lalu meletakan mangkuk bubur di sana.Dara duduk di tepi ranjang dan mulai mengambil bubur sesendok lalu mendinginkan nya. "Kak Ardi." panggil Dara lagi, Ardi pun kembali membuka mata nya.Selesai menyuapi Ardi dan memberi obat kepada nya, Dara tetap berada di dalam kamar untuk menjaga pria yang sedang sakit itu sampai dirinya oun jatuh tertidur. Hingga ia tidak sadar jam sudah mulai menunjukan jam sebelas lewat. Pantas saja perut nya mulai bergemuruh.Dara bangkit dari duduk nya, sejak tadi ia bahkan tidak memindahkan Nadira dari pangkuan nya ke ranjang kecilnya. Hingga ia rasakan lengan nya menjadi begitu kaki dan kaki yang keram.Mata Dara tidak sengaja menangkap Ardi di tempat tidur yang sedang menatap nya."Aku sudah memesan

  • Iparku Suamiku   Chapter 27

    "Aku nggak bisa. Aku juga masih cinta sama Reno, dia bahkan rela menunggu aku." urai Dara.Winda diam, kenyataan tentang Reno masih terus mencintai Dara membuat nya bungkam. Ia tidak bisa menyela hal itu. Tapi tetap saja, ia tidak ingin Dara berpisah dengan Ardi. Entah apa yang terjadi, Winda lebih memilih Dara bersama Ardi daripada Reno. Terlebih lagi keduanya sudah menikah."Sudahlah. Jangan di bahas lagi. Kita bahas tentang kamu saja."Sore itu terlewat dengan Dara dan Winda yang terus bercanda, keduanya terus menerus tertawa sampai tidak sadar akan keberadaan Ardi di dalam rumah.Usai mengantar Winda keluar, Dara masuk ke dalam kamar nya dan Ardi. Mata gadis itu tiba tiba melotot saat melihat Ardi yang sedang bertelanjang dada.Aura maskulin Ardi terpancar, rambut hitam basah yang berserakan di dahi begitu menonjol. Pundak yang lebar dan lengan yang berotot terlihat seperti hasil pahatan. Mulut yang sedikit terbuka dan mata sorot mata yang tegas jatuh kepada Dara.Dara yang menyaks

  • Iparku Suamiku   Chapter 26

    Dara melirik keluar jendela, sudah malam hari akan tetapi Ardi belum pulang juga ke rumah. Gadis itu cepat menggeleng dan pergi, ia berusaha untuk tidak peduli dengan apa yang di lakukan pria itu di luar sana.Baru saja mengayunkan kaki lima langkah, suara mobil Ardi terdengar memasuki halaman rumah. Dara bersikap tidak peduli dan tetap melanjutkan langkah kaki nya ke kamar Nadira.Saat membuka pintu, Dara melihat ponsel nya berdering. Gadis itu segera meraih ponsel nya dan melihat nama Winda tertera di sana.Buru buru Dara mengusap layar ponsel nya ke atas dan menempelkan benda pipih itu ke telinga kanannya. "Halo Win, ada apa?" Sapa Dara begitu sambungan telepon terhubung. "Kamu sibuk nggak besok sore. Aku kangen kamu. Aku datang ke rumah kamu ya. Tadi aku juga udah bilang sama kak Ardi." sahut Winda."Kamu ketemu dia?" tanya Dara saat Winda menyebut nama Ardi. "Iya, tadi sore aku nggak sengaja lihat dia di restoran. Aku kira dia lagi sama kamu." suara Winda terdengar di telepon

  • Iparku Suamiku   Chapter 25

    Tidak ada gunanya berdebat sekarang, apalagi Nadira yang sedang menangis di pangkuan Dara. Ardi mengeluarkan kunci dari saku celana nya dan berjalan menghampiri pintu kamar.Ketika pintu terbuka dengan gerakan cepat Dara langsung keluar dari sana. Ia butuh waktu sendiri dan tidak ingin melihat Ardi dulu.Tangan Ardi terangkat dan spontan memijat pelipis nya yang tidak sakit itu. Ia hanya merasa pusing dengan situasi pernikahannya sekarang.Dara menenangkan Nadira yang masih menangis. Dalam beberapa saat tangis bayi itu berhenti bersamaan dengan Ardi yang juga muncul di sana."Ini. Aku bawa susu Nadira."Ardi meletakan botol susu Nadira yang sudah di buat nya di atas meja dan diam di sana beberapa saat. Dara yang menyadari Ardi belum keluar juga, mengintip dari sudut matanya. Terlihat pria itu bukannya keluar dari kamar dan malah mendekatinya dengan Nadira."Aku ingin mengucapkan selamat tidur pada nya." ujar Ardi sambil mendekatkan tubuh nya untuk mencium dahi Nadira.Melihat tubuh A

  • Iparku Suamiku   Chapter 24

    "Kamu datang." ujar Reno saat melihat Dara sudah berada di hadapannya. Lelaki itu tersenyum puas saat Dara terlihat di sana."Aku nggak bisa lama lama." cicit Dara sambil duduk. "Aku akan memesan." Reno mengedarkan pandangan mencari waitress lalu mengangkat tangannya."Aku sudah makan." sahut Dara jujur. "Kalau gitu, kita jalan. Aku juga belum merasa lapar." Reno berdiri dari duduk nya seraya meraih tangan Dara. "Ayo."Dara mendongak dan mengikut saja. Biarkan saja malam ini ia mengikuti kemauan Reno. Buru buru gadis itu mengeluarkan masker nya dan memakainya. Ia masih teringat dengan perkataan Ardi tentang seseorang yang di kenal nya bisa saja melihat nya dimana saja. Dia ingin menghindari hal itu. Ia tidak mau Ardi tahu bahwa dirinya dan Reno hanya berduaan saja."Kenapa pakai masker?" tanya Reno sambil mengernyit kan kening nya. "Bisa saja udara malam membuat ku flu." ucap Dara bohong. "Sejak kapan?""Jaga jaga saja. Aku tidak mau sakit, apalagi aku harus menjaga seorang bayi.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status