Share

kesel deh sama Teh Ira

Author: Noor HNF
last update Last Updated: 2022-12-21 10:01:50

"Iis, Idan. Kok mainya dikamar sih. Ini buat tidur Bibi Siti nanti malem. Mana diacak - acak lagi kan. Kalian ini ya. Nakal banget sih. Ayo sini keluar. " aku menarik kasar tangan Iis dan Idan. Mereka ini ya, udah gede juga kenapa gak ngerti sih?

Aku tambah jengkel deh, pas liat ada noda bekas es cream diseprei yang baruuuuuuu saja aku ganti. Sepreinya warna pink lembut, nih noda es krim coklat nyolok banget deh dimata.

"Udah tau lagi makan. Bukanya duduk malah main-main dibawa kekamar segala lagi. Emang gak liat apa. Bibi udah beresin ini semua. Ini juga Iis,, kenapa bantal udah rapih gini malah ditumpuk-tumpuk jadi satu ginih, ha? " aku ngomel dan melotot kearah mereka berdua. Bodo amat deh dikata kejam juga. Abisnya kesel sih, emak sama anak bikin ulah mulu.

"beresin lagi itu. " kusuruh Iis membereskan bantal. Tanganku menunjuk bantal-bantal yang disusun jadi satu kayak lego gitu deh,

"Ih dasar Bi Dewi pelit, marah-marah aja kaya nenek lampir. Kabuuuur hahahhaah. " ucap Iis ngejek sambil berlari dan tertawa riang. Diikuti tawa Idan yang malah bikin aku tambah juengkel bin dongkol.

Mereka berhamburan lari keluar rumah. Entah pergi kemana. Awas kalian ya?!. Mataku melotot.

Ngebut aku kedapur.

"Teh, coba bilangin sih sama anak-anak Teteh itu. Dewi kan udah cape-cape beresin kamar beresin rumah malah diacak-acak. Itu kamar buat tidur Teh Siti nanti. seprei baru Dewi ganti malah kena ea krim. " aku nyerocos penuh emosi dengan suara meninggi. Persis kaya rentenir lagi nagih hutang yang ditagih malah nyumput.

Ibu dah Teh Ira kaget.

"Atuh tinggal di beresin lagi si Dewi. Ulah rempong amat kieu. " jawabnya santai tanpa melihatku. Tanganya terus memasukan peyek-peyek dalam celobong.

"Apa tadi kamar depan gak Dewi kunci? Kok Idan bisa masuk? " Tanya Ibu, kulihat wajah ibu menyiratkan rasa gak enak sama aku. Seketika Ibu menghentikan gorengan peyeknya. Mencoba bangkit dan menuju kamar. Mengecek keadaan disana.

"Enggak Bu, ya lagian kan Dewi pikir gak akan ada yg masuk. Kalopun mereka main. Dewi fikir cuma nonton TV aja. " ucapku seraya, menurunkan intonasi suara.

"Teteh nih kebiasaan ya. Anak-anaknya pada kurang ajar begitu gak dibilangin. Nanti giliran Dewi marahin gak terima Teteh. "Kuluahkan emosiku.

"Eh, sembarangan maneh ngatain anak aku kurang ajar. Wajar sih Dew. Namanya juga anak-anak. Sabar aja kamu, ngadepin tingkah anak -anak tuh. Ini juga kan rumah Ibu, nenek mereka. Mereka punya hak mau main apa dirumah ini. Kamu harusnya belajar terbiasa sama brisiknya mereka. Biar nanti gak kaget kalo punya anak. Makanya kamu belum punya-pumya anak karena kamu gak sayang sama anak kecil. Anak kamu juga nanti belum tentu nurut kan. Iya kalo nurut.? Kalo lebih nakal dari anak aku, baru nyahok kamu. Makanya buruan hamil. Buruan punya anak. Biar ngerasain.!!! " teh ira berkata seraya membalikan badan, kini wajahnya menghadap tepat didepanku, matanya membulat penuh emosi. Dia terus nyerocos kayak kereta uap.

Kayaknya nih masih kebawa perasaan sama soal Hp kemaren deh.

Seketika dadaku nyesek denger ucapanya. Kenapa jadi bawa-bawa hamil. Nafasku memburu, dadaku bergemuruh. Ingin kucabik-cabik nih muka Irawati yang super ngeselin. Aku tak bisa menahan lagi emosi didadaku. Mataku memerah. Air mataku menetes.

"Apa kamu melototin saya.? Gak terima? Hah?!!! ". Tanyanya dengan suara lantang.

"Teh. !!!! Jaga ucapan Teteh ya. Yang salah tuh anak kamu. Kenapa kamu gak terima di tegur. Gak usah bawa-bawa hamil dan ungkit masalah anak yang belum Dewi punya. Mulut tuh dijaga huhuhuhuhu. " aku berapi-api. Suaraku bergetar bercampur tangis. Sungguh, aku sakit hati dengan ucapan Teh Ira.

Aku berteriak sambil Kujambak rambutnya hingga kepalanya tertunduk. Sumpah aku udah tak tahan.

"Awwwww sakit Dewi.!!!! Ngelunjak kamu ya!!!!!!. " Teh Ira memekik kesakitan, tanganya mencengkeram pergelangan tanganku berusaha melepaskan dari kepalanya.

Ibu yang mendengar kegaduhan di dapur segera lari menghampiri kami berdua.

"Dewiiiii, iraaaa. Heh kaya anak kecil aja berantem. Lepasin Dewi. " Ibu melerai dengan suara lantang karena kaget melihat aku menjambak rambut Teh Ira.

Karena tak enak hati dengan Ibu, kulepaskan tanganku. Aku terus menangis menahan perihnya sakit hati atas ucapan teh ira.

"Ya Allaah Dew. Kenapa jadi begini sih. "

"Ira.. Kamu yang lebih tua harusnya ngalah. "

Ibu tampak bingung melihatku menangis penuh Emosi. Ibu berkata sambil Menatap aku dan Teh Ira bergantian.

"Bu, Ira emang belum hamil. Belum punya anak. Tapi gak Seharusnya Teh Ira sangkut pautin hal ini sama kenalakan anak teh Ira. Dewi gak terima... Huaaa. " Aku berkata pada ibu dengan penuh tangis. Kutinggalkan mereka berdua. Aku lari kekamar menumpahkan emosiku.

" Meuni kebangetan kamu Ira. Pulang sana kamu pulang, sebelum emosi Ibu memuncak. " Ibu mengusir Teh Ira, tanganya menunjuk kepintu.

"Bela aja teroooos tah mantu tersayang. " jawab Teh Ira dengan lantang.

"Pulaaaaang... "Ucap ibu dengan suara lantang. Matanya melotot.

"Astaghfirullohaladzim... Ya Allaah Gusti. " Ibu beristighfar seraya mengelus dada.

****

Sementara dikamar, aku terus menangis tergugu mengingat semua yang Teh Ira katakan. Bisa-bisanya dia ngomong gitu.

Tok.. Tok.. Tok..

"Neng, buka pintunya Neng. Ini Ibu. ". Ibu mengetuk pintu, dan memanggilku dengan lembut.

"Masuk aja Bu. Gak Dewi kunci pintunya. " jawabku singkat. Kuperlahan tangisanku. Kuseka air mataku dengan handuk yang masih diatas kasur, aku belum sempet menjemurnya tadim bahkan aku juga belum sempat menyisir rambut selepas mandi tadi.

Ibu masuk dan duduk disampingku.

"Neng, ibu minta maaf ya kalo Dewi gak nyaman disini karena Ira. Nanti suatu saat Dewi tau kenapa dia bersikap begitu, selalu bikin ulah. "

"Tapi Dewi sakit hati bu, Dewi kesel sama Teh Ira. Salah Dewi apasih. ?" tanyaku mengiba pada ibu.

"Dewi gak salah, Ibu yang salah. "

"Lhoh kok jadi ibu? Jelas-jelas karena Idan dan Iis ngacakin kamar depan, Dewi jadi ribut sama Teh Ira. " kutatap wajah mertuaku dengan hati bingung.

"Ira itu..... " Ucapan ibu terputus saat terdengar suara salam dari luar.

Entah siapa yang datang, ******

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?   bab 24 status baru Teh Ira

    "Bang, besok Ibu mau ke Bogor, katanya kerumah adiknya Bapak." Ucapku pada Bang Zaki memberitahu."Oh, kerumah Bik Amnah. Iya tadi Bapak kasih tau ke Abang sewaktu pulang dari Mushola. ""Bang, besok Neng boleh ikut ke kios gak? Kan Bapak sama Ibu besok gak ada. Neng ikut Abang ya." Pintaku pada Bang Zaki. Selama menikah, aku memang belum pernah ikut ke kios suamiku, aku lebih senang dirumah apalagi kalau ada Ibu. Tapi kali ini Ibu gak ada, dari pada nanti ada gara-gara sama Teh Ira lagi, lebih baik aku ikut Bang Zaki. "Hp siapa .?" Tanya Bang Zaki menunjuk Hp yang kugenggam. "Oh, ini HP Teh Ira. Mau Neng kasihkan besok. Kan Ibu mau ke Bogor. Biarlah Teh Ira bersenang hati dulu. " Jawabku seraya meletakan Hp diatas meja riasku. ***Pagi jam 06.00 tadi, Ibu dan Bapak sudah pergi dijemput travel. Idan dan Iis pulang kerumah setelah Bapak dan Ibu pergi tadi. Sekarang tinggal aku dan Bang Zaki dirumah, akupun segera siap-siap ke dapur untuk masak sarapan. "Neng, gak usah masak. Nant

  • Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?   bab 23 POV Ira lagi

    POV IraKang Jaya terus menyeret ku untuk pulang kerumah. Aku malu ,dilihat para tetangga disepanjang jalan dari rumah Ibu. Sial si Dewi itu, dasar Ipar kurang ajar. Kenapa gak kasih tau aku kalau untuk registrasi kartu itu harus pakai KK , kalau tau begitu kan aku siapkan dari awal. Kalau kaya gini kan aku jadi ketauan kalau aku baru saja korupsi uang kondangan. Ah dasar, awas kamu ya Dew, tunggu pembalasanku. Lagian, aku kan gak salah . Kemarin aku minta uang baik-baik pada Kang Jaya, dia gak kasih. Ya terpaksa aku harus korupsi. Huh dasar suami pelit.Sampai rumah, Kang Jaya terus memarahiku, mungkin rasa lapar karena belum makan membuat emosinya semakin naik. "Jangan salahkan Ira Kang, apa Akang selama Ini kasih Ira uang selain Uang belanja.?" Ucapku pada Kang Jaya dengan nada penuh emosi. Aku meremas ujung bajuku dengan rasa geram. Selama ini, Kang Jaya memang pelit padaku, hanya menjatah 25.000/ Hari. Mana cukuplah."Kamu kenapa jadi nuntut begini Ra. ? Dulu Akang mempercaya

  • Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?   bab 22 kabar dari bogor

    "korupsi bagaimana .?"Tanya Bang Zaki padaku, nampak serius sekali wajah suamiku ini. "Jadi ceritanya Kang Jaya ngasih uang limapuluh ribu untuk kondangan kerumah pak Ustadz, eh uang nya dituker sama uang duapuluh ribuan. Nah uang dari Kang Jaya itulah yang dipake buat beli kartu sama paket data tadi. "Jelasku panjang lebar pada Bang Zaki.Bang Zaki tak menanggapai, hanya menarik nafas dan membuangnya kasar. "Neng kasihan deh Bang, sama Teh Ira. "Ujarku.Bang Zaki masih tetap tak menanggapi. Entah kenapalah suamiku ini.?Kudengar Ibu mengetuk pintu, segera aku membukanya. "Nih Dew, HP nya. "Kata ibu seraya menyerahkan hp padaku. Kemudian Ibu melangkah kembali keruang TV."Udah bu ngobrolnya ?"Tanyaku pada Ibu, kemudian mengikuti Ibu duduk diruang TV kubiarkan Bang Zaki menyelesaikan pekerjaannya dikamar. "Udah . Teteh Siti cuma kangen aja, padahal baru beberapa hari kemarin ketemu. " Ucap Ibu, tanganya memencet tombol remote TV dan menggantinya dengan acara lain, sinetron kesayang

  • Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?   bab 21

    "assalamualaikum, " Bang Zaki masuk dan mengucapkan salam." Waalaikumussalam." Jawabku dan Ibu berbarengan.Aku segera menyambut kepulangan suamiku. Sementara Bapak masuk dari pintu belakang dan langsung menuju ke kamar mandi."Mau mandi, atau makan dulu Bang. ?" Tanyaku pada Bang Zaki. "Mandi dulu aja Neng, lengket nih badan rasanya. Udah mau Maghrib juga. '' jawab Bang Zaki seraya mengibas-ngibaskan bajunya. "Eh, Idan dan Iis. Udah sore masih disini. Mau minep tempat Nenek?" Tanya suamiku pada kedua ponakanya. "Iya, Idan sama Iis malam ini tidur sama Nenek dulu ya. Udah sana siap-siap ambil wudhu abis ini kemushola bareng Kakek ya. Tunggu Kakek , masih mandi. " Ucap Ibu pada Idan dan Iis, kemudian Ibu berlalu untuk menyiapkan sarung dan baju Koko Bapak. Idan dan Iis menunggu bapak diruang TV ***Setelah sholat Maghrib, seperti biasa Bapak selalu melambatkan untuk pulang kerumah. Sekedar ngobrol dengan jamaa'ah lainya atau kadang memperlama bacaan dzikir. Bang Zaki pun belum

  • Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?   bab 20 hadeeeh Iraaaa

    Jam dinding sudah menunjukan pukul 17.15. Sebentar lagi Bang Zaki dan Bapak pulang. Kubiarkan Teh Ira yang masih menangis , didepan meja makan. Lebih baik aku siap-siap menyambut Bang Zaki. Aku segera mengganti pakaian dengan home dress yang biasa ku kenakan sehari-hari. Idan dan Iis masih bermain diruang TV. Terdengar suara Kang Jaya dari luar. "Idan, Iis , mana Emak kamu?. Kondangan kok lama banget. Bapak laper ini belum makan. " Tanya Kang Jaya pada kedua anaknya. Dari nada bicaranya, sepertinya Kang Jaya kesal sama Teh Ira. "Emak nangis Pak, didapur. " Jawab Iis. Kang Jaya langsung menemui Teh Ira yang kini tangisnya mulai pelan.''Heh. Kenapa kamu nangis disini? Pergi kondangan bukanya masak dulu, malah ninggalin lauk sisa tadi pagi. Mau dikasih makan apa suami kamu ini Ra?'' Tanya Kang Jaya pada Teh Ira dengan nada kesal yang tak menghiraukan tangisnya. Tanganya meraih gelas diatas rak kecil,menuangkannya air putih dan meminumnya hingga tandas. Yang ditanya tak menjawab

  • Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?   bab 19 korupsi

    Sepulang dari rumah pak Ustadz , Teh Ira memintaku untuk menemani beli kartu dan paket data. "Dew, nanti mampir ke konter ya. Anterin Teteh beli kartu sama paket data . " Ajaknya seraya mendekat kepadaku. "Boleh aja nanti Dewi temenin ya. " Ucapku datar. "Tapi nanti ajarin Teteh main fesbuk ya sesuai janji kamu kemarin. " Ucap Teh Ira lagi,menagih janjinya padaku. "Ashiaaaap. " Seruku menirukan gaya Atta Halilintar. "Beli di konter depan aja Teh. " Lanjutku. "Wak Enin sama Wak Zenab duluan aja ya. Dewi mau Anter Teh Ira beli kartu dikonter depan. "Ucapku pada Wak Enin dan Wak Zenab."Ohh yaa sok atuh, kalau begitu Uwak duluan ya Dew. "Ucap Wak Zenab berpamit padaku dan Teh Ira. "Iya Wak. ''Setelah Wak Zenab dan Wak Enin berlalu, aku dan Teh Ira belok ke konter yang dituju. "Kang, kalo kartu perdana sama berikut paket datanya ada. ? " Tanyaku pada Kang Agus si empunya konter. "Ada Dew. Mau kartu apa ?" "Teh, mau kartu apa?" Tanyaku lirih membisik pada Teh Ira.''Yang kaya pun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status