Ipar adalah persaudaraan berdasarkan hubungan pernikahan. Dewi, seorang anggota keluarga baru yang baru saja pindah kerumah mertuanya. Harus menghadapi tingkah absurd kakak iparnya,Teh Ira yang super nyebelin. Setiap hari, ada saja yang membuat Dewi sebal, tetapi ternyata ada kisah masa lalu dalah hidup Teh Ira yang membuat Teh Ira memiliki sifat menyebalkan. Kisah mas lalu yang seperti apakah itu?
Lihat lebih banyakHari ini adalah hari dimana aku diboyong kerumah mertuaku. Setelah seminggu yang lalu pesta pernikahan diadakan dirumahku sebagai mempelai wanita, maka tradisi pada umumnya adalah unduh mantu. Aku diantar keluarga beserta tetangga dan kerabat, menuju rumah suamiku yang letaknya cukup jauh. Beda kabupaten dari tempat tinggalku. Dengan jarak 4 jam perjalanan menggunakan mobil.
Ternyata disini diadakan pesta juga. Aku di dandani dengan pakaian pengantin lengkap dengan tata rias wajah khas Sunda. Acara yang melelahkan, setelah 4 jam perjalanan. Aku masih harus duduk diatas pelaminan selama berjam-jam. Heuh...**Jam menunjukan pukul delapan malam. Aku baru selesai mandi dan berganti pakaian santai. Karena aku lelah seharian di make up tebal .Fyuuuuuh...Kuhempaskan tubuhku diatas kasur milik suamiku. Bang Zaki sedang membersihkan badan dikamar mandi.Kudengar pintu diketuk dari luar. Ternyata Teh Ira, kakak iparku. Kakak pertama Bang Zaki."Ada apa ya Teh?". Aku membuka pintu untuk Teh Ira."Dewi, itu didepan ada Tamu. Temenya Bapak sama Ibu. Tolong buatkan kopi yah. " Teh Ira menyuruhku membuat kopi.setelah itu ngeloyor dengan santainya. 'hah? Gak salah? Aku kan pengantin disini. Kok aku yang suruh buat kopi? Padahal ada anak gadisnya atau gadis-gadis lain yang bisa disuruh dirumah ini. Kenapa harus aku? Aku mana tau dapur disini dimana. Sebelumnya memang aku belum pernah kerumah Bang Zaki. Haih ada-ada aja deh.Kumelangkah gontai keluar dari kamar menuju dapur. Aku clingak-clinguk."Cari apa neng? Eh penganten mah didalem aja atuh. Gak usah ke dapur. Laper ya mau makan?".Tanya ibu paruh baya sambil menata piring-piring yang baru selesai dicuci."Anu bu... Itu. Saya disuruh buat kopi. Tempatnya dimana ya? " aku berkata sambil nyengir getir."Ada dibelakang situ neng, tapi becek tempatnya. Siapa yang mau ngopi. Eneng? Apa Zaki? Biar nanti ibu buatkan". Ibu paruh baya ini berkata sambil mengelapkan tanganya di baju . Hiiih."Temenya Bapak sama Ibu itu didepan. Saya disuruh buat kopi sama Teh Ira bu, " ."aduh-aduh si Ira teh kumaha sih, masa penganten disuruh bikin kopi buat tamu.. Udah atuh Eneng didalem aja.. Biar ibu yang buatkan " ibu ini berkata seraya menggiring tubuhku untuk masuk kembali kekamar."Eh, Eneng, dari mana ih meuni cemberut gitu mukanya. ?" Tanya Bang Zaki menggodaku. Tanganya sibuk mengeringkan rambut dengan handuk kecil."Bang, Teteh kamu tu aneh deh. Masa aku disuruh buat kopi buat tamu didepan. Aku mana tau dapur disini dimana. Lagian kan aku ini pengantin. " Aku mengadukan kelakuan Tetehnya pada Bang Zaki."hahaahhah yang sabar ya. Teh Ira emang gitu orangnya Neng. " Bang Zaki berlalu meninggalkanku.***Pagi ini para tetangga sedang sibuk ikut membereskan perkakas sisa acara kemarin.Sebagai orang baru disini, aku mencoba membaur bersama. Kukerjakan pekerjaan yang aku bisa. Aku lap piring-piring basah yang telah dicuci."Dewi, antarkan ini kerumah Uwa Enin ya. Itu rumahnya di seberang jalan yang cat hijau" Teh Ira berkata padaku sambil Menyerahkan satu set alat prasmanan untuk dikembalikan. Setelah itu dia berlalu begitu saja.Heuh,, apalagi ini.Aku menarik nafas dan melepaskanya kasar. HuuuuhWa Enin yang mana lagi. Kenapa gak suruh orang sini aja sih. Kenapa pula harus aku? Kan aku juga gak lagi nganggur. Mau dilawan tak enak hati. Aku orang baru disini.Untung ada anak kecil yang sedang main-main. Kuajak aja untuk menunjukan dimana rumah Uwa Enin yang dimaksud.Setelah ini, aku gak mau keluar kamar takut disuruh lagi. Aku mengurung diri aja deh dikamar.Lebih baik aku bereskan baju-bajuku yang masih didalam koper. Kupindahkan kelemari yang ada dikamar Bang Zaki.Tengah asyik dengan pekerjaanku. Tiba-tiba Iis dan Idan masuk. Anak Teh Ira. Iis kelas 6 SD perempuan. Idan kelas 3 SD tapi badanya bongsor. 'kok gak sopan banget sih. Maen nylonong aja' bathinku dalam hati. Tapi sebagai keluarga baru mereka, kucoba beramah tamah. "Bibik liat ini ya "Iis mengobrak abrik tas make up ku. Membuka-buka isinya dan mencolek lipstik yang baru kubuka dari kotak seserahan dari Bang Zaki. Mengoleskan pada bibirnya. Hadeeewhh..."Is, jangan donk. Itu baru, belum bibi pake. Make up bibi jangan dimainin. Kalo liat, liat aja. Jangan pegang-pegang ya " Kataku pelan seraya mengambil tas make up dari tangan Iis."Ini Hp bibi ya. Idan pinjam ya. " Idan mengambil Hp yang ada di nakas samping ranjang.Belum aku iyakan, sudah dimainkanya HP itu. Sudahlah biarkan. Paling juga cuma liat -liat foto pernikahanku dengan Bang Zaki, Oom mereka.Aku melanjutkan pekerjaanku membereskan baju.Mereka nampak anteng. Perasaanku gak enak nih. Kudekati mereka.Yassalam....Kurebut HP dari tangan Idan, mereka mend******d banyak game hingga memory HP ku penuh. Sampai aplikasi f******k dan WA ku dihapusnya. Ada 15 game yang di d******d. Iiiiiiihhh sebbbel."Idan nih apa-apan sih. Ini gimana atuh WA bibi kenapa ilang. Nah efbi juga gak ada. ini game banyak banget lagi. Duuh jebol kuota bibi. Udah sana Idan smaa Iis main diluar ya. Bibi mau beres-beres kamar. " Aku usir mereka dengan rasa kesal.Gusti nu Agung.."Dew.. Dewi. Buka pintunya yeuh! " Suara Teh Ira lantang mengetuk pintu dengan keras.Aduuuuh apalagi sih.******"Bang, besok Ibu mau ke Bogor, katanya kerumah adiknya Bapak." Ucapku pada Bang Zaki memberitahu."Oh, kerumah Bik Amnah. Iya tadi Bapak kasih tau ke Abang sewaktu pulang dari Mushola. ""Bang, besok Neng boleh ikut ke kios gak? Kan Bapak sama Ibu besok gak ada. Neng ikut Abang ya." Pintaku pada Bang Zaki. Selama menikah, aku memang belum pernah ikut ke kios suamiku, aku lebih senang dirumah apalagi kalau ada Ibu. Tapi kali ini Ibu gak ada, dari pada nanti ada gara-gara sama Teh Ira lagi, lebih baik aku ikut Bang Zaki. "Hp siapa .?" Tanya Bang Zaki menunjuk Hp yang kugenggam. "Oh, ini HP Teh Ira. Mau Neng kasihkan besok. Kan Ibu mau ke Bogor. Biarlah Teh Ira bersenang hati dulu. " Jawabku seraya meletakan Hp diatas meja riasku. ***Pagi jam 06.00 tadi, Ibu dan Bapak sudah pergi dijemput travel. Idan dan Iis pulang kerumah setelah Bapak dan Ibu pergi tadi. Sekarang tinggal aku dan Bang Zaki dirumah, akupun segera siap-siap ke dapur untuk masak sarapan. "Neng, gak usah masak. Nant
POV IraKang Jaya terus menyeret ku untuk pulang kerumah. Aku malu ,dilihat para tetangga disepanjang jalan dari rumah Ibu. Sial si Dewi itu, dasar Ipar kurang ajar. Kenapa gak kasih tau aku kalau untuk registrasi kartu itu harus pakai KK , kalau tau begitu kan aku siapkan dari awal. Kalau kaya gini kan aku jadi ketauan kalau aku baru saja korupsi uang kondangan. Ah dasar, awas kamu ya Dew, tunggu pembalasanku. Lagian, aku kan gak salah . Kemarin aku minta uang baik-baik pada Kang Jaya, dia gak kasih. Ya terpaksa aku harus korupsi. Huh dasar suami pelit.Sampai rumah, Kang Jaya terus memarahiku, mungkin rasa lapar karena belum makan membuat emosinya semakin naik. "Jangan salahkan Ira Kang, apa Akang selama Ini kasih Ira uang selain Uang belanja.?" Ucapku pada Kang Jaya dengan nada penuh emosi. Aku meremas ujung bajuku dengan rasa geram. Selama ini, Kang Jaya memang pelit padaku, hanya menjatah 25.000/ Hari. Mana cukuplah."Kamu kenapa jadi nuntut begini Ra. ? Dulu Akang mempercaya
"korupsi bagaimana .?"Tanya Bang Zaki padaku, nampak serius sekali wajah suamiku ini. "Jadi ceritanya Kang Jaya ngasih uang limapuluh ribu untuk kondangan kerumah pak Ustadz, eh uang nya dituker sama uang duapuluh ribuan. Nah uang dari Kang Jaya itulah yang dipake buat beli kartu sama paket data tadi. "Jelasku panjang lebar pada Bang Zaki.Bang Zaki tak menanggapai, hanya menarik nafas dan membuangnya kasar. "Neng kasihan deh Bang, sama Teh Ira. "Ujarku.Bang Zaki masih tetap tak menanggapi. Entah kenapalah suamiku ini.?Kudengar Ibu mengetuk pintu, segera aku membukanya. "Nih Dew, HP nya. "Kata ibu seraya menyerahkan hp padaku. Kemudian Ibu melangkah kembali keruang TV."Udah bu ngobrolnya ?"Tanyaku pada Ibu, kemudian mengikuti Ibu duduk diruang TV kubiarkan Bang Zaki menyelesaikan pekerjaannya dikamar. "Udah . Teteh Siti cuma kangen aja, padahal baru beberapa hari kemarin ketemu. " Ucap Ibu, tanganya memencet tombol remote TV dan menggantinya dengan acara lain, sinetron kesayang
"assalamualaikum, " Bang Zaki masuk dan mengucapkan salam." Waalaikumussalam." Jawabku dan Ibu berbarengan.Aku segera menyambut kepulangan suamiku. Sementara Bapak masuk dari pintu belakang dan langsung menuju ke kamar mandi."Mau mandi, atau makan dulu Bang. ?" Tanyaku pada Bang Zaki. "Mandi dulu aja Neng, lengket nih badan rasanya. Udah mau Maghrib juga. '' jawab Bang Zaki seraya mengibas-ngibaskan bajunya. "Eh, Idan dan Iis. Udah sore masih disini. Mau minep tempat Nenek?" Tanya suamiku pada kedua ponakanya. "Iya, Idan sama Iis malam ini tidur sama Nenek dulu ya. Udah sana siap-siap ambil wudhu abis ini kemushola bareng Kakek ya. Tunggu Kakek , masih mandi. " Ucap Ibu pada Idan dan Iis, kemudian Ibu berlalu untuk menyiapkan sarung dan baju Koko Bapak. Idan dan Iis menunggu bapak diruang TV ***Setelah sholat Maghrib, seperti biasa Bapak selalu melambatkan untuk pulang kerumah. Sekedar ngobrol dengan jamaa'ah lainya atau kadang memperlama bacaan dzikir. Bang Zaki pun belum
Jam dinding sudah menunjukan pukul 17.15. Sebentar lagi Bang Zaki dan Bapak pulang. Kubiarkan Teh Ira yang masih menangis , didepan meja makan. Lebih baik aku siap-siap menyambut Bang Zaki. Aku segera mengganti pakaian dengan home dress yang biasa ku kenakan sehari-hari. Idan dan Iis masih bermain diruang TV. Terdengar suara Kang Jaya dari luar. "Idan, Iis , mana Emak kamu?. Kondangan kok lama banget. Bapak laper ini belum makan. " Tanya Kang Jaya pada kedua anaknya. Dari nada bicaranya, sepertinya Kang Jaya kesal sama Teh Ira. "Emak nangis Pak, didapur. " Jawab Iis. Kang Jaya langsung menemui Teh Ira yang kini tangisnya mulai pelan.''Heh. Kenapa kamu nangis disini? Pergi kondangan bukanya masak dulu, malah ninggalin lauk sisa tadi pagi. Mau dikasih makan apa suami kamu ini Ra?'' Tanya Kang Jaya pada Teh Ira dengan nada kesal yang tak menghiraukan tangisnya. Tanganya meraih gelas diatas rak kecil,menuangkannya air putih dan meminumnya hingga tandas. Yang ditanya tak menjawab
Sepulang dari rumah pak Ustadz , Teh Ira memintaku untuk menemani beli kartu dan paket data. "Dew, nanti mampir ke konter ya. Anterin Teteh beli kartu sama paket data . " Ajaknya seraya mendekat kepadaku. "Boleh aja nanti Dewi temenin ya. " Ucapku datar. "Tapi nanti ajarin Teteh main fesbuk ya sesuai janji kamu kemarin. " Ucap Teh Ira lagi,menagih janjinya padaku. "Ashiaaaap. " Seruku menirukan gaya Atta Halilintar. "Beli di konter depan aja Teh. " Lanjutku. "Wak Enin sama Wak Zenab duluan aja ya. Dewi mau Anter Teh Ira beli kartu dikonter depan. "Ucapku pada Wak Enin dan Wak Zenab."Ohh yaa sok atuh, kalau begitu Uwak duluan ya Dew. "Ucap Wak Zenab berpamit padaku dan Teh Ira. "Iya Wak. ''Setelah Wak Zenab dan Wak Enin berlalu, aku dan Teh Ira belok ke konter yang dituju. "Kang, kalo kartu perdana sama berikut paket datanya ada. ? " Tanyaku pada Kang Agus si empunya konter. "Ada Dew. Mau kartu apa ?" "Teh, mau kartu apa?" Tanyaku lirih membisik pada Teh Ira.''Yang kaya pun
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen