Aku heran deh sama Teh Ira, tiap hari tu adaaaa aja ulahnya. Kiamat kali ya dunia ini kalo dia gak bikin hati keseul.
Entah ada angin apa, badai tornado meuruenan, aku lagi asyik jembreng-jembrengin pakaian basah dijemuran. Tiba-tiba Teh Ira lari dari arah rumah nya kerumah Ibu sambil nangis dan ngomel-ngomel.'hemm hemm kenapa tuh orang. ' bathinku sambil terus jemurin baju.Tak lama, dibalakang Kang Jaya nyusul ,jalan terburu-buru dengan raut muka yang penuh emosi."sok Ira ngadu jeung Ibu,, geura ngadu.! " Kang Jaya membentak Teh Ira sambil mendorong-dorongkan bahunya.Ibu keluar dengan wajah bingung."Eeh ada apa ini Jaya, ?. pagi-pagi udah ribut. Isin atuh ih didenger tetangga. Masuk-masuk. " ibu menggiring Kang Jaya dan Teh Ira .Aku menyusul dan duduk disamping Ibu diruang TV. Teh Ira mendeprok dilantai sambil terus menangis dan meremas-remas ujung dasternya yang lusuh.Ada apa sih? Pagi-pagi udah nonton drama. Aku masih diam. Ini urusan rumah tangga orang, aku gak berani ikut campur. HahahahhaUntung Bapak udah ke ladang dan Bang Zaki udah pergi ke kios."Ira, kenapa kamu nangis. Kamu berantem sama Jaya? Itu kenapa lengan kamu item kena angus begitu. Ha? " tanya Ibu sambil nunjuk lengan Teh Ira yang hitam seperti ada bekas arang ditanganya.Teh Ira menengok lenganya dan mengusapkan di ujung sofa tempat ibu duduk. Ternyata sebelum Teh Ira lagi kerumah Ibu, Kang Jaya udah marah-marahin Teh Ira dirumahnya .sampe Teh Ira dilempar wajan penggorengan sama Kang Jaya, kena deh tuh tangan bengkaknya jadi item. Wkwkwkwkkwk"Ngomong tah, Ira.. Cepet ngomong.!" bentak Kang Jaya pada Ira."Bu, Ira juga kan pengen kaya orang-orang atuh. Bisa ngeplok. Bisa selpih. Bisa apdet status di efbi kaya Dewi. Ira pengen punya HP canggih ." Teh Ira nyerocos penuh manja.'hah? ' apa? Ngeplok? Ngeplok telor kali buat lauk makan anak lu biar gak ngabisin lauk orang. Hahahahah'aku membathin jahat dalam hati. Eh bentar-bentar, kenapa jadi bawa - bawa Aku?."Astaghfirullahaladzim..Iraa... Ira. Mikir kamu itu mikir Ira. " Ibu noyor-noyor kepala Ira. "Nih dengerin ya, buat apa kamu teh mau apa itu tadi, pesbuk pesbuk. Ngeplok.. Buat apa hah?! Teu usah geugeuliseun Ira. Malu diliat orang".Kang Jaya membuang muka, kearah tembok. Muak kali liat kelakuan bininya yang kaya anak kecil minta permen."Teh, Dewi mah maen fesbuk juga bukan buat narsis teh. Buat usaha. Dewi kan jualan bantuin Bang Zaki, Dewi promosikan dagangan obat dan pupuk Bang Zaki lewat efbi. " kujelaskan pelan-pelan sama Teh Ira.Sebenernya kasian juga sih sama Teh Ira ini. Diantara ketiga anak Ibu, cuma dia inilah yang paling elit. Alias ekonomi sulit. Suaminya cuma jadi buruh tani yang upahnya didapat hari ini, ya habis hari ini juga buat beli keperluan sehari-hari.Teh Siti, anak ibu yang Di Bogor suaminya kaya. Karena punya bisnis pakan ternak.Sedangkan aku dan Bang Zaki. Bang Zaki punya kios obat dan pupuk. Hasilnya cukup untuk makan dan bisa nabung."Tapi kata si Lilis kemarin kamu aplot ikan nila acar. Iya kan.? " katanya sambil memandang kearahku.Lah suka suka donk. Mau upload apa juga. Iya, itu nila acar yang aku uplod sebelum diabisin sama anak mu sarboah. Tiba-tiba jadi dongkol lagi nih kalo inget nila acar ."lah. Emang apa masalahnya kalo Dewi upload nila acar. ?" tanyaku memicingkan alis.''Ya bererti kamu mah eksis juga kan. " jawabnya.Ih, ni orang apaan sih. ? Teh Lilis juga ngapain lagi ngasih liat ke Teh Ira soal fesbuk. Dasar tetangga aneh. Teh Ira kan orangnya culametan met met. Mau aja apa yang diliat."Udah -udah. Diem atuh ah berisik. " ucap ibu melerai sambil mengibaskan kedua tanganya. Pertanda kami suruh berhenti ngomong.''Jay, kamu pulang aja deh ya mendingan. Biar Ibu yang nasehatin Ira. " suruh ibu pada Kang Jaya. Kang Jaya nurut. Keluar lalu pulang."Ira, coba kamu liat. Suami kamu itu kerjanya apa? . Udah bisa beli beras sama lauk aja alhamdulillaah Ira. Jangan tuntut suami untuk sesuatu yang dia gak mampu. Jangan jadi istri durhaka. Hidup apa adanya aja. Syukuri apa yang suami kamu kasih. Kamu juga kayaknya gak perlu-perlu banget Hp canghih itu kan. Kan masih ada Hp yang kamu punya, penting bisa buat telpon buat sms. Ya kan. " ibu panjang lebar nasehatin teh Ira. Aku menyimak aja. "Tapi kan beli hp itu nggak harus kes bu. Bisa kok kredit ,tuh kaya si Lilis. " ucapnya ketus."Ra, udah deh jangan nyusahin diri sendiri. Iya kalo mampu bayar kreditan. Kalo enggak? . Lilis kan punya penghasilan sendiri. Lha kamu?". Terang ibu. Teh lilis itu tetangga sebelah rumah Teh Ira yang kerjanya jualan sayur keliling."Yaudah nanti Ira kerja juga biar bisa beli Hp. " teh ira bersungut-sungut.Maksain banget sih nih orang."Emang kamu mau kerja apa ra? Hah?. Beli sesuatu itu yang kamu butuhin jangan ikutin nafsu jangan ikutin orang. ". Ibu menerangkan lagi."Udah, kamu pulang aja sana. Masak kek nyuci kek. nanti ibu mau kepasar. Beli kacang tanah untuk bikin peyek. Semalam Siti telpon. Katanya mau dateng dua hari lagi. " ibu memberi tahu kami.Teh Siti anak kedua ibu yang tinggal di Bogor. Waktu aku dan Bang Zaki nikah, Teh Siti gak dateng karena mertuanya meninggal.Aku kaget denger ucapan Ibu. Wah, kira-kira Teh Siti reseh kaya Teh Ira gak ya?. Jadi deg degkan deh.Ipar kismin aja ngeselin kaya gini, Teh Siti kan katanya kaya. Suaminya bisnis pakan ternak. Tiba-tiba aku jadi takut.Alih-alih dapat pembelaan dari Ibu, Teh Ira malah dapet ceramah Mamah dedeh, eh Ibu Dedeh mertuaku heheh.Teh Ira menangkupkan kedua tanganya dilutut dan nyender ditembok. Memandang kosong kedepan.Aku masuk kamar aja deh. Kutinggalkan Teh Ira dengan tertawa geli"naon maneh Seuri-seuri. " dia berucap sambil melotot ke arahku."apa.. Gk papa. " jawabku meledek. Dan masuk kekamar.Hahahhahaha seketika aku ngakak so hard dikamar.******"Bang, besok Ibu mau ke Bogor, katanya kerumah adiknya Bapak." Ucapku pada Bang Zaki memberitahu."Oh, kerumah Bik Amnah. Iya tadi Bapak kasih tau ke Abang sewaktu pulang dari Mushola. ""Bang, besok Neng boleh ikut ke kios gak? Kan Bapak sama Ibu besok gak ada. Neng ikut Abang ya." Pintaku pada Bang Zaki. Selama menikah, aku memang belum pernah ikut ke kios suamiku, aku lebih senang dirumah apalagi kalau ada Ibu. Tapi kali ini Ibu gak ada, dari pada nanti ada gara-gara sama Teh Ira lagi, lebih baik aku ikut Bang Zaki. "Hp siapa .?" Tanya Bang Zaki menunjuk Hp yang kugenggam. "Oh, ini HP Teh Ira. Mau Neng kasihkan besok. Kan Ibu mau ke Bogor. Biarlah Teh Ira bersenang hati dulu. " Jawabku seraya meletakan Hp diatas meja riasku. ***Pagi jam 06.00 tadi, Ibu dan Bapak sudah pergi dijemput travel. Idan dan Iis pulang kerumah setelah Bapak dan Ibu pergi tadi. Sekarang tinggal aku dan Bang Zaki dirumah, akupun segera siap-siap ke dapur untuk masak sarapan. "Neng, gak usah masak. Nant
POV IraKang Jaya terus menyeret ku untuk pulang kerumah. Aku malu ,dilihat para tetangga disepanjang jalan dari rumah Ibu. Sial si Dewi itu, dasar Ipar kurang ajar. Kenapa gak kasih tau aku kalau untuk registrasi kartu itu harus pakai KK , kalau tau begitu kan aku siapkan dari awal. Kalau kaya gini kan aku jadi ketauan kalau aku baru saja korupsi uang kondangan. Ah dasar, awas kamu ya Dew, tunggu pembalasanku. Lagian, aku kan gak salah . Kemarin aku minta uang baik-baik pada Kang Jaya, dia gak kasih. Ya terpaksa aku harus korupsi. Huh dasar suami pelit.Sampai rumah, Kang Jaya terus memarahiku, mungkin rasa lapar karena belum makan membuat emosinya semakin naik. "Jangan salahkan Ira Kang, apa Akang selama Ini kasih Ira uang selain Uang belanja.?" Ucapku pada Kang Jaya dengan nada penuh emosi. Aku meremas ujung bajuku dengan rasa geram. Selama ini, Kang Jaya memang pelit padaku, hanya menjatah 25.000/ Hari. Mana cukuplah."Kamu kenapa jadi nuntut begini Ra. ? Dulu Akang mempercaya
"korupsi bagaimana .?"Tanya Bang Zaki padaku, nampak serius sekali wajah suamiku ini. "Jadi ceritanya Kang Jaya ngasih uang limapuluh ribu untuk kondangan kerumah pak Ustadz, eh uang nya dituker sama uang duapuluh ribuan. Nah uang dari Kang Jaya itulah yang dipake buat beli kartu sama paket data tadi. "Jelasku panjang lebar pada Bang Zaki.Bang Zaki tak menanggapai, hanya menarik nafas dan membuangnya kasar. "Neng kasihan deh Bang, sama Teh Ira. "Ujarku.Bang Zaki masih tetap tak menanggapi. Entah kenapalah suamiku ini.?Kudengar Ibu mengetuk pintu, segera aku membukanya. "Nih Dew, HP nya. "Kata ibu seraya menyerahkan hp padaku. Kemudian Ibu melangkah kembali keruang TV."Udah bu ngobrolnya ?"Tanyaku pada Ibu, kemudian mengikuti Ibu duduk diruang TV kubiarkan Bang Zaki menyelesaikan pekerjaannya dikamar. "Udah . Teteh Siti cuma kangen aja, padahal baru beberapa hari kemarin ketemu. " Ucap Ibu, tanganya memencet tombol remote TV dan menggantinya dengan acara lain, sinetron kesayang
"assalamualaikum, " Bang Zaki masuk dan mengucapkan salam." Waalaikumussalam." Jawabku dan Ibu berbarengan.Aku segera menyambut kepulangan suamiku. Sementara Bapak masuk dari pintu belakang dan langsung menuju ke kamar mandi."Mau mandi, atau makan dulu Bang. ?" Tanyaku pada Bang Zaki. "Mandi dulu aja Neng, lengket nih badan rasanya. Udah mau Maghrib juga. '' jawab Bang Zaki seraya mengibas-ngibaskan bajunya. "Eh, Idan dan Iis. Udah sore masih disini. Mau minep tempat Nenek?" Tanya suamiku pada kedua ponakanya. "Iya, Idan sama Iis malam ini tidur sama Nenek dulu ya. Udah sana siap-siap ambil wudhu abis ini kemushola bareng Kakek ya. Tunggu Kakek , masih mandi. " Ucap Ibu pada Idan dan Iis, kemudian Ibu berlalu untuk menyiapkan sarung dan baju Koko Bapak. Idan dan Iis menunggu bapak diruang TV ***Setelah sholat Maghrib, seperti biasa Bapak selalu melambatkan untuk pulang kerumah. Sekedar ngobrol dengan jamaa'ah lainya atau kadang memperlama bacaan dzikir. Bang Zaki pun belum
Jam dinding sudah menunjukan pukul 17.15. Sebentar lagi Bang Zaki dan Bapak pulang. Kubiarkan Teh Ira yang masih menangis , didepan meja makan. Lebih baik aku siap-siap menyambut Bang Zaki. Aku segera mengganti pakaian dengan home dress yang biasa ku kenakan sehari-hari. Idan dan Iis masih bermain diruang TV. Terdengar suara Kang Jaya dari luar. "Idan, Iis , mana Emak kamu?. Kondangan kok lama banget. Bapak laper ini belum makan. " Tanya Kang Jaya pada kedua anaknya. Dari nada bicaranya, sepertinya Kang Jaya kesal sama Teh Ira. "Emak nangis Pak, didapur. " Jawab Iis. Kang Jaya langsung menemui Teh Ira yang kini tangisnya mulai pelan.''Heh. Kenapa kamu nangis disini? Pergi kondangan bukanya masak dulu, malah ninggalin lauk sisa tadi pagi. Mau dikasih makan apa suami kamu ini Ra?'' Tanya Kang Jaya pada Teh Ira dengan nada kesal yang tak menghiraukan tangisnya. Tanganya meraih gelas diatas rak kecil,menuangkannya air putih dan meminumnya hingga tandas. Yang ditanya tak menjawab
Sepulang dari rumah pak Ustadz , Teh Ira memintaku untuk menemani beli kartu dan paket data. "Dew, nanti mampir ke konter ya. Anterin Teteh beli kartu sama paket data . " Ajaknya seraya mendekat kepadaku. "Boleh aja nanti Dewi temenin ya. " Ucapku datar. "Tapi nanti ajarin Teteh main fesbuk ya sesuai janji kamu kemarin. " Ucap Teh Ira lagi,menagih janjinya padaku. "Ashiaaaap. " Seruku menirukan gaya Atta Halilintar. "Beli di konter depan aja Teh. " Lanjutku. "Wak Enin sama Wak Zenab duluan aja ya. Dewi mau Anter Teh Ira beli kartu dikonter depan. "Ucapku pada Wak Enin dan Wak Zenab."Ohh yaa sok atuh, kalau begitu Uwak duluan ya Dew. "Ucap Wak Zenab berpamit padaku dan Teh Ira. "Iya Wak. ''Setelah Wak Zenab dan Wak Enin berlalu, aku dan Teh Ira belok ke konter yang dituju. "Kang, kalo kartu perdana sama berikut paket datanya ada. ? " Tanyaku pada Kang Agus si empunya konter. "Ada Dew. Mau kartu apa ?" "Teh, mau kartu apa?" Tanyaku lirih membisik pada Teh Ira.''Yang kaya pun