Share

pinjam motor

Author: Noor HNF
last update Last Updated: 2022-12-21 09:58:00

Biasanya selepas maghribTeh Ira selalu datang kemari. Untuk menunggu anak-anaknya pulang ngaji di TPA dekat rumah Ibu, atau hanya sekedar nebeng nonton TV atau sekedar main-main nganggur. Tumben nih, malam ini sepi gak dateng. Syukur deh, seenggaknya aku gak ngeliat tingkahnya yang nyebelin.

"Dew, Zaki mana. " kudengar suara Kang Jaya yang tiba-tiba nongol dari arah ruang tamu menuju ruang TV. Ih suami istri sama aja, masuk bukanya Salam dulu kek, main ngloyor aja. Bikin orang jantungan. Aku sama Ibu lagi nonton acara komedi kan jadi kaget.

"Eh. Ada tuh di dalem. ." jawabku kaget.

Bang Zaki keluar mendengar namanya disebut-sebut.

"Ki, pinjem motor atuh. Teteh kamu masuk angin. Mau anter berobat tapi motor Akang lampu depanya mati. " tanpa basa-basi Kang Jaya langsung berbicara pada suamiku.

"Kalo cuma masuk angin mah di kerok wae geh cageur Jay. Inum tah tolak angin ." Ibu menyambar dengan ucapan santai tanpa membetulkan posisinya yang sedang rebahan.

"Nih. Tuh motornya di garasi belakang. " Bang Zaki menyerahkan kunci motor ke Kang Jaya.

"Assalamualaikuuuuum...... " Suara salam Idan dan Iis yang melengking berbarengan pulang ngaji. Nah gitu donk. Pinter namanya.kalo masuk salam dulu.

"Nek, Emak mana.? " Tanya Iis pada Ibu. Nafasnya ngos-ngosan. Ni pasti pulang ngaji pada lari -lari deh.

"Emakmu masuk angin. Lagi berobat.Iis tidur sini aja sama nenek ya. Kan besok sekolah libur. " Ibu membetulkan posisinya. Beranjak duduk sembari menggelung rambutnya yang panjang.

Ibu sayang banget dan sabar banget ngadepin tingkah anak-anak Teh Ira. Mungkin ini juga salah satu penyebab mereka kadang bertingkah bebas gak ada aturan. Wajar juga sih, karena memang anak-anak Teh Ira, cucu Ibu yang tinggal dekat Ibu. sementara cucu ibu yang lain, anak Teh Siti kakak kedua Bang Zaki tinggal di Bogor. datang kemari hanya 2-3 kali dalam setahun. kemarin aja waktu aku sama Bang Zaki nikah Teh Siti gak pulang karena mertuanya meninggal. Hemmmh.

"Panas. " ucap Iis sambil menarik jilbab dan melemparnya diatas kursi. Aku melirik melihatnya. Ni anak kalo gak diajarin rajin dari kecil entar kebiasaan deh.

"Is, kalo pulang ngaji mah, jilbab digantung atuh biar gk kusut. Ayo ambil gantungin tuh di paku deket lemari." kataku pelan-pelan.

***

Sudah pukul delapan pagi, Bang Zaki. Masih keluar masuk rumah sambil melongok ke arah jalan dengan wajah bingung.

Aku sedang menyelesaikan cucian pakaianku.

"belum berangkat Ki,?" Tanya Bapak sambil memetulkan tali pengikat parang di genggamanya.

"Ini nunggu motor dari semalem dibawa Kang Jaya belum dibalik-balikin. Mana udah siang lagi. Kemana sih. " jawab Bang Zaki sedikit cemas dan emosi.

"Heh, si Jaya kebiasaan. Kalo pinjem apa-apa gak cepet dibalikin kalo udah selesai. " Ibu menyahut, tanganya sibuk mengaduk-aduk sayur diatas kuali.

Terkedjoet aku, kuhentikan kucekanku mendengar jawaban Bang Zaki. Aku semalam memang tidur lebih awal jadi gak tau tu motor udah dibalikin atau belum sama Kang Jaya. Emang Kang Jaya gak tau apa, kalo itu motor mau dipake ke kios pupuk. Ganggu kerjaan orang aja deh.

"Coba suruh Iis panggilin Bapaknya dulu itu, motor mau dipake kok malah dilama-lamain. " Bapak ikut mengomel.

"Is... Iis. Kesini dulu sebentar. " Teriak Bang Zaki manggil Iis.

Iis berlari menghampiri.

"Apa Om. " Tanyanya polos.

"Iis coba kerumah dulu ya, bilangin Bapak. Motornya ditunggu Om Zaki mau ke kios. . Udah siang nih cepetan ya . Nih uang buat jajan Iis sama Idan. " Bang Zaki berkata seraya tanganya mengulurkan uang limaribuan diberikanya kepada Iis.

Cucianku sudah beres. Kurendam sebentar dengan pewangi sebelum dijemur. Kuhampiri Bang Zaki aku kepo deh soal motornya yang belum dibalikin.

" Bang, emang motor belum dibalikin? " Tanyaku. Heran deh. Kebiasaan kalo pinjem apa-apa selalu ngalen. Alias gak cepet dibalikin.

"Kebiasaan Kang Jaya nih, gak tau orang mau kerja apa. " kulihat ada raut kesal diwajah Bang Zaki.

Iis berlari menghampiri aku dan suamiku.

"Om, kata Emak. Motornya lagi dibawa Bapak keluar. Tapi katanya sebentar lagi pulang. " Iis laporan sambil memainkan ujung bajunya yang berpita.

"Keluar kemana? " Tanya Bang Zaki, badanya yang semula menyender dikursi, tiba-tiba maju kearah Iis.

"Iis gak tau om. " jawabnya polos.

Mataku melotot mendengar laporan dari Iis. Ih pagi-pagi udah bikin orang jengkol deh, eh jengkel. Kezzzzeeeel deh

******

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?   bab 24 status baru Teh Ira

    "Bang, besok Ibu mau ke Bogor, katanya kerumah adiknya Bapak." Ucapku pada Bang Zaki memberitahu."Oh, kerumah Bik Amnah. Iya tadi Bapak kasih tau ke Abang sewaktu pulang dari Mushola. ""Bang, besok Neng boleh ikut ke kios gak? Kan Bapak sama Ibu besok gak ada. Neng ikut Abang ya." Pintaku pada Bang Zaki. Selama menikah, aku memang belum pernah ikut ke kios suamiku, aku lebih senang dirumah apalagi kalau ada Ibu. Tapi kali ini Ibu gak ada, dari pada nanti ada gara-gara sama Teh Ira lagi, lebih baik aku ikut Bang Zaki. "Hp siapa .?" Tanya Bang Zaki menunjuk Hp yang kugenggam. "Oh, ini HP Teh Ira. Mau Neng kasihkan besok. Kan Ibu mau ke Bogor. Biarlah Teh Ira bersenang hati dulu. " Jawabku seraya meletakan Hp diatas meja riasku. ***Pagi jam 06.00 tadi, Ibu dan Bapak sudah pergi dijemput travel. Idan dan Iis pulang kerumah setelah Bapak dan Ibu pergi tadi. Sekarang tinggal aku dan Bang Zaki dirumah, akupun segera siap-siap ke dapur untuk masak sarapan. "Neng, gak usah masak. Nant

  • Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?   bab 23 POV Ira lagi

    POV IraKang Jaya terus menyeret ku untuk pulang kerumah. Aku malu ,dilihat para tetangga disepanjang jalan dari rumah Ibu. Sial si Dewi itu, dasar Ipar kurang ajar. Kenapa gak kasih tau aku kalau untuk registrasi kartu itu harus pakai KK , kalau tau begitu kan aku siapkan dari awal. Kalau kaya gini kan aku jadi ketauan kalau aku baru saja korupsi uang kondangan. Ah dasar, awas kamu ya Dew, tunggu pembalasanku. Lagian, aku kan gak salah . Kemarin aku minta uang baik-baik pada Kang Jaya, dia gak kasih. Ya terpaksa aku harus korupsi. Huh dasar suami pelit.Sampai rumah, Kang Jaya terus memarahiku, mungkin rasa lapar karena belum makan membuat emosinya semakin naik. "Jangan salahkan Ira Kang, apa Akang selama Ini kasih Ira uang selain Uang belanja.?" Ucapku pada Kang Jaya dengan nada penuh emosi. Aku meremas ujung bajuku dengan rasa geram. Selama ini, Kang Jaya memang pelit padaku, hanya menjatah 25.000/ Hari. Mana cukuplah."Kamu kenapa jadi nuntut begini Ra. ? Dulu Akang mempercaya

  • Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?   bab 22 kabar dari bogor

    "korupsi bagaimana .?"Tanya Bang Zaki padaku, nampak serius sekali wajah suamiku ini. "Jadi ceritanya Kang Jaya ngasih uang limapuluh ribu untuk kondangan kerumah pak Ustadz, eh uang nya dituker sama uang duapuluh ribuan. Nah uang dari Kang Jaya itulah yang dipake buat beli kartu sama paket data tadi. "Jelasku panjang lebar pada Bang Zaki.Bang Zaki tak menanggapai, hanya menarik nafas dan membuangnya kasar. "Neng kasihan deh Bang, sama Teh Ira. "Ujarku.Bang Zaki masih tetap tak menanggapi. Entah kenapalah suamiku ini.?Kudengar Ibu mengetuk pintu, segera aku membukanya. "Nih Dew, HP nya. "Kata ibu seraya menyerahkan hp padaku. Kemudian Ibu melangkah kembali keruang TV."Udah bu ngobrolnya ?"Tanyaku pada Ibu, kemudian mengikuti Ibu duduk diruang TV kubiarkan Bang Zaki menyelesaikan pekerjaannya dikamar. "Udah . Teteh Siti cuma kangen aja, padahal baru beberapa hari kemarin ketemu. " Ucap Ibu, tanganya memencet tombol remote TV dan menggantinya dengan acara lain, sinetron kesayang

  • Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?   bab 21

    "assalamualaikum, " Bang Zaki masuk dan mengucapkan salam." Waalaikumussalam." Jawabku dan Ibu berbarengan.Aku segera menyambut kepulangan suamiku. Sementara Bapak masuk dari pintu belakang dan langsung menuju ke kamar mandi."Mau mandi, atau makan dulu Bang. ?" Tanyaku pada Bang Zaki. "Mandi dulu aja Neng, lengket nih badan rasanya. Udah mau Maghrib juga. '' jawab Bang Zaki seraya mengibas-ngibaskan bajunya. "Eh, Idan dan Iis. Udah sore masih disini. Mau minep tempat Nenek?" Tanya suamiku pada kedua ponakanya. "Iya, Idan sama Iis malam ini tidur sama Nenek dulu ya. Udah sana siap-siap ambil wudhu abis ini kemushola bareng Kakek ya. Tunggu Kakek , masih mandi. " Ucap Ibu pada Idan dan Iis, kemudian Ibu berlalu untuk menyiapkan sarung dan baju Koko Bapak. Idan dan Iis menunggu bapak diruang TV ***Setelah sholat Maghrib, seperti biasa Bapak selalu melambatkan untuk pulang kerumah. Sekedar ngobrol dengan jamaa'ah lainya atau kadang memperlama bacaan dzikir. Bang Zaki pun belum

  • Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?   bab 20 hadeeeh Iraaaa

    Jam dinding sudah menunjukan pukul 17.15. Sebentar lagi Bang Zaki dan Bapak pulang. Kubiarkan Teh Ira yang masih menangis , didepan meja makan. Lebih baik aku siap-siap menyambut Bang Zaki. Aku segera mengganti pakaian dengan home dress yang biasa ku kenakan sehari-hari. Idan dan Iis masih bermain diruang TV. Terdengar suara Kang Jaya dari luar. "Idan, Iis , mana Emak kamu?. Kondangan kok lama banget. Bapak laper ini belum makan. " Tanya Kang Jaya pada kedua anaknya. Dari nada bicaranya, sepertinya Kang Jaya kesal sama Teh Ira. "Emak nangis Pak, didapur. " Jawab Iis. Kang Jaya langsung menemui Teh Ira yang kini tangisnya mulai pelan.''Heh. Kenapa kamu nangis disini? Pergi kondangan bukanya masak dulu, malah ninggalin lauk sisa tadi pagi. Mau dikasih makan apa suami kamu ini Ra?'' Tanya Kang Jaya pada Teh Ira dengan nada kesal yang tak menghiraukan tangisnya. Tanganya meraih gelas diatas rak kecil,menuangkannya air putih dan meminumnya hingga tandas. Yang ditanya tak menjawab

  • Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?   bab 19 korupsi

    Sepulang dari rumah pak Ustadz , Teh Ira memintaku untuk menemani beli kartu dan paket data. "Dew, nanti mampir ke konter ya. Anterin Teteh beli kartu sama paket data . " Ajaknya seraya mendekat kepadaku. "Boleh aja nanti Dewi temenin ya. " Ucapku datar. "Tapi nanti ajarin Teteh main fesbuk ya sesuai janji kamu kemarin. " Ucap Teh Ira lagi,menagih janjinya padaku. "Ashiaaaap. " Seruku menirukan gaya Atta Halilintar. "Beli di konter depan aja Teh. " Lanjutku. "Wak Enin sama Wak Zenab duluan aja ya. Dewi mau Anter Teh Ira beli kartu dikonter depan. "Ucapku pada Wak Enin dan Wak Zenab."Ohh yaa sok atuh, kalau begitu Uwak duluan ya Dew. "Ucap Wak Zenab berpamit padaku dan Teh Ira. "Iya Wak. ''Setelah Wak Zenab dan Wak Enin berlalu, aku dan Teh Ira belok ke konter yang dituju. "Kang, kalo kartu perdana sama berikut paket datanya ada. ? " Tanyaku pada Kang Agus si empunya konter. "Ada Dew. Mau kartu apa ?" "Teh, mau kartu apa?" Tanyaku lirih membisik pada Teh Ira.''Yang kaya pun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status