Share

serakah

Author: Noor HNF
last update Last Updated: 2022-12-21 09:56:51

"Ada apa teh. Pelan-pelan aja atuh gak usah teriak begitu Dewi juga denger kok ." aku membuka pintu, kulihat Teh Ira dihadapanku menguncup-nguncupkan bibirnya sambil menuntun Idan.

"Nih anak aing nangis diapain ku maneh Dewi. Katanya dimarah-marah sama kamu. Berani kamu marahin anak saya yah Dewi. Baru juga sehari disini. "Teh Ira memaki sambil berkacak pinggang.

"Lhoh, Dewi gak marah-marahin Idan kok. Nih liat WA sama efbi Dewi dihapus, terus Idan d******d game banyak banget sampe memory Dewi penuh teh.". Kujelaskan pada Teh Ira apa yang sebenarnga terjadi.

"namanya juga anak-anak Dewi. Segitunya maneh. Awas kalo anak aku nangis lagi ya. " Teh Ira mengancamku.

"Udah Ira, isin atuh ih . ." sergah Mak Zenab tetangga samping rumah ibu. "Udah, Neng Dewi masuk kamar lagi ya. Lanjutin aja kegiatanya ya. " Mak Zenab tampak membelaku.

***

"Neng, lagi apa sih. Hp mulu yang di elus-elus. Abang juga pengen dielus inih. " Tiba-tiba Bang Zaki masuk, menggodaku.

"Nih liat, kelakuan si Idan. Masa HP Eneng didownload game banyak banget Bang, terus WA sama efbi Neng tuh dihapus. Ya Neng si maklum mungkin Idan gak tau apa itu WA sama efbi. Tapi Teh Ira tuh. Marahin Eneng didepan orang-orang.kan Eneng malu. " Aku mengadu pada Bang Zaki sambil menyodorkan HP ditanganku.

"Teh Ira emang gitu Neng. Jangan diambil hati ya. Nanti Abang bilangin deh biar Idan gak lancang lagi maenin hp neng. " Bang Zaki berkata sambil menyentuh kedua tanganku.

-----

Sudah seminggu aku dirumah ini. Pagi ini Ibu dan Bapak sudah pergi ke ladang.

Bang Zaki juga sudah berangkat ke kios pupuk, ini hari pertama kiosnya buka kembali setelah menikah.

Pagi tadi aku masak nasi goreng untuk sarapan Aku, Ibu, Bapak dan Bang Zaki.

Setelah selesai berbenah rumah, aku mau masak nila acar dan capcay. Biasanya menjelang Zuhur Bang Zaki, Bapak dan Ibu pulang. Untuk istirahat sholat dan makan siang.

Kudengar suara anak-anak cekikikan dari luar, ternyata itu suara Isna dan Idan. Tentu saja bersama induknya, Teh Ira.

Rumah Teh Ira dengan rumah Ibu hanya berjarak 50 Meter. Jadi tiap hari bahkan tiap malam Teh Ira selalu kemari.

"Masak apa Dew. " Tanya Teh Ira sembari tanganya menyomot sebuah timun lalu dipotong dan dikunyahnya. 'ih jorok. Itukan timun belum dicuci. Hueek' bathinku dalam hati.

"Acar sama capcay teh. " jawabku tanpa menoleh. Aku sedang mengupas bawang.

Idan dan Isna seperti biasa, langsung masuk keruang tengah dan menyalakan TV.

Ada kacang goreng diatas meja, Teh Ira mengambilnya dan dikupasnya kacang-kacang itu lalu dikunyahnya. Aku tak menghiraukan apa yang dilakukan Teh Ira. Aku fokus masak karena waktu sebentar lagi zuhur.

Tak lama masakanku selesai. Saat Teh Ira beranjak hendak keruang TV aku baru sadar. Masya Allaah.. Itu kulit kacang teronggok begitu saja disamping pintu. Hemmmhhhh

Aku mendengus membuang nafas.

Kuraup saja dengan sapu dan menyeroknya ketempat sampah. Aku lagi malas berdebat membuang tenaga sia-sia.

"Bi, bibi masak ikan ya?. Idan mau ya bi.? " pintanya padaku.

"Boleh, sekalian ajak Iis ya. Bibi mau cuci piring dulu. " aku berkata sembari mengemas perkakas bekas masak.

Tempat cucian piring dirumah mertuaku ini terletak dibelakang. Harus keluar dulu dari dapur.

Aku asyik mencuci semua perkakas. Sengaja aku lamain deh, supaya gk duduk bareng Teh Ira.

Males aku.

Selesai cuci piring aku membolak balik pakaian dijemuran, supaya kering merata. Sambil memilah yang sudah kering aku angkat.

Saat aku membawa masuk kekamar pakaian yang sudah kering, Idan dan Isna nampak sudah selesai makan.

Eta siindung lagi asyik nonton serial Indiahe, sampe-sampe piring bekas anaknya makan masih acak-acakan.

Aku kaget saat membuka tudung saji untuk mengelap meja yang banyak tumpahan bumbu acar,

Aku masak acar nila 6 ekor. Sengaja aku lebihkan. Karena Ikan Nilanya gak terlalu besar. Nilanya hanya sisa 2 ekor. Tu capcay sama sekali gak disentuh.

"Idan, Iis. Kok ikan untuk Nenek sama Kakek diabisin sih, harusnya kan cukup satu satu .nanti nenek sama kakek makan apa donk? " tanyaku pada Isna dan Idan.

"Kan ikanya masih ada 2 bi, ". Jawab Idan polos. Iis hanya diam menatapku. Aku sebel liat Idan nih, badan bongsor. Makanya banyak. Tapi kelakuan masih kayak anak TK.

Hiih ni anak rakus amat sih. Dirumah gak dikasih makan apa.

"Dew, si Idan sama Isna tuh gak terlalu suka sayur. Kalo ketemu lauk yang dirasa cocok ya gitu deh. Lahap banget dia makanya. " Teh Ira berucap Enteng banget.

Suka si suka, tapi tau aturan donk. Jangan rakus kayak udah seminggu gak makan. Kalo dirumah sendiri sih gak masalah.

"Iya tapikan ini untuk makan Ibu, Bapak, Bang Zaki sama Aku teh. Harusnya cukup satu-sagu ikanya. Gimana sih. Dewi kan capek kalo harus masak lagi mana udah mepet waktunya. " ucapku kesal. Sembari mengelap meja. Sengaja aku dentingkan piring2 ini hingga terdengar suara gaduh.

"Ih Dewi, meuni peritungan maneh. Da ini si Idan sama Iis pan cucu ibu, masa makanan udah masuk ke perut diungkit. " Teh Ira ngomel kearahku.

Duuh ini Mak Lampir kalo diladenin bakalan panjang. Mana udah mau zuhur lagi. Kutinggalkan mereka kekamar.

"Ngambek wae.... Gitu ajah. " Ucap Teh Ira lirih, namun masih kudengar.

Segera aku ambil hp dan mengirim pesan ke suamiku.

[Bang, kalo pulang mampir ke Warung mak Ooy ya. Beli lauk. ". Kukirim pesan pada Bang Zaki. Kulihat dilayar atas Bang Zaki masih online.

Klunting

[Tumben beli lauk. Neng gak masak?.]

[Masaklah, lauknya diabisin sama Idan dan Iis. ]

[hemmm. Ok]

Kalian kalo punya ipar kaya gitu, enaknya diapain?

******

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?   bab 24 status baru Teh Ira

    "Bang, besok Ibu mau ke Bogor, katanya kerumah adiknya Bapak." Ucapku pada Bang Zaki memberitahu."Oh, kerumah Bik Amnah. Iya tadi Bapak kasih tau ke Abang sewaktu pulang dari Mushola. ""Bang, besok Neng boleh ikut ke kios gak? Kan Bapak sama Ibu besok gak ada. Neng ikut Abang ya." Pintaku pada Bang Zaki. Selama menikah, aku memang belum pernah ikut ke kios suamiku, aku lebih senang dirumah apalagi kalau ada Ibu. Tapi kali ini Ibu gak ada, dari pada nanti ada gara-gara sama Teh Ira lagi, lebih baik aku ikut Bang Zaki. "Hp siapa .?" Tanya Bang Zaki menunjuk Hp yang kugenggam. "Oh, ini HP Teh Ira. Mau Neng kasihkan besok. Kan Ibu mau ke Bogor. Biarlah Teh Ira bersenang hati dulu. " Jawabku seraya meletakan Hp diatas meja riasku. ***Pagi jam 06.00 tadi, Ibu dan Bapak sudah pergi dijemput travel. Idan dan Iis pulang kerumah setelah Bapak dan Ibu pergi tadi. Sekarang tinggal aku dan Bang Zaki dirumah, akupun segera siap-siap ke dapur untuk masak sarapan. "Neng, gak usah masak. Nant

  • Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?   bab 23 POV Ira lagi

    POV IraKang Jaya terus menyeret ku untuk pulang kerumah. Aku malu ,dilihat para tetangga disepanjang jalan dari rumah Ibu. Sial si Dewi itu, dasar Ipar kurang ajar. Kenapa gak kasih tau aku kalau untuk registrasi kartu itu harus pakai KK , kalau tau begitu kan aku siapkan dari awal. Kalau kaya gini kan aku jadi ketauan kalau aku baru saja korupsi uang kondangan. Ah dasar, awas kamu ya Dew, tunggu pembalasanku. Lagian, aku kan gak salah . Kemarin aku minta uang baik-baik pada Kang Jaya, dia gak kasih. Ya terpaksa aku harus korupsi. Huh dasar suami pelit.Sampai rumah, Kang Jaya terus memarahiku, mungkin rasa lapar karena belum makan membuat emosinya semakin naik. "Jangan salahkan Ira Kang, apa Akang selama Ini kasih Ira uang selain Uang belanja.?" Ucapku pada Kang Jaya dengan nada penuh emosi. Aku meremas ujung bajuku dengan rasa geram. Selama ini, Kang Jaya memang pelit padaku, hanya menjatah 25.000/ Hari. Mana cukuplah."Kamu kenapa jadi nuntut begini Ra. ? Dulu Akang mempercaya

  • Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?   bab 22 kabar dari bogor

    "korupsi bagaimana .?"Tanya Bang Zaki padaku, nampak serius sekali wajah suamiku ini. "Jadi ceritanya Kang Jaya ngasih uang limapuluh ribu untuk kondangan kerumah pak Ustadz, eh uang nya dituker sama uang duapuluh ribuan. Nah uang dari Kang Jaya itulah yang dipake buat beli kartu sama paket data tadi. "Jelasku panjang lebar pada Bang Zaki.Bang Zaki tak menanggapai, hanya menarik nafas dan membuangnya kasar. "Neng kasihan deh Bang, sama Teh Ira. "Ujarku.Bang Zaki masih tetap tak menanggapi. Entah kenapalah suamiku ini.?Kudengar Ibu mengetuk pintu, segera aku membukanya. "Nih Dew, HP nya. "Kata ibu seraya menyerahkan hp padaku. Kemudian Ibu melangkah kembali keruang TV."Udah bu ngobrolnya ?"Tanyaku pada Ibu, kemudian mengikuti Ibu duduk diruang TV kubiarkan Bang Zaki menyelesaikan pekerjaannya dikamar. "Udah . Teteh Siti cuma kangen aja, padahal baru beberapa hari kemarin ketemu. " Ucap Ibu, tanganya memencet tombol remote TV dan menggantinya dengan acara lain, sinetron kesayang

  • Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?   bab 21

    "assalamualaikum, " Bang Zaki masuk dan mengucapkan salam." Waalaikumussalam." Jawabku dan Ibu berbarengan.Aku segera menyambut kepulangan suamiku. Sementara Bapak masuk dari pintu belakang dan langsung menuju ke kamar mandi."Mau mandi, atau makan dulu Bang. ?" Tanyaku pada Bang Zaki. "Mandi dulu aja Neng, lengket nih badan rasanya. Udah mau Maghrib juga. '' jawab Bang Zaki seraya mengibas-ngibaskan bajunya. "Eh, Idan dan Iis. Udah sore masih disini. Mau minep tempat Nenek?" Tanya suamiku pada kedua ponakanya. "Iya, Idan sama Iis malam ini tidur sama Nenek dulu ya. Udah sana siap-siap ambil wudhu abis ini kemushola bareng Kakek ya. Tunggu Kakek , masih mandi. " Ucap Ibu pada Idan dan Iis, kemudian Ibu berlalu untuk menyiapkan sarung dan baju Koko Bapak. Idan dan Iis menunggu bapak diruang TV ***Setelah sholat Maghrib, seperti biasa Bapak selalu melambatkan untuk pulang kerumah. Sekedar ngobrol dengan jamaa'ah lainya atau kadang memperlama bacaan dzikir. Bang Zaki pun belum

  • Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?   bab 20 hadeeeh Iraaaa

    Jam dinding sudah menunjukan pukul 17.15. Sebentar lagi Bang Zaki dan Bapak pulang. Kubiarkan Teh Ira yang masih menangis , didepan meja makan. Lebih baik aku siap-siap menyambut Bang Zaki. Aku segera mengganti pakaian dengan home dress yang biasa ku kenakan sehari-hari. Idan dan Iis masih bermain diruang TV. Terdengar suara Kang Jaya dari luar. "Idan, Iis , mana Emak kamu?. Kondangan kok lama banget. Bapak laper ini belum makan. " Tanya Kang Jaya pada kedua anaknya. Dari nada bicaranya, sepertinya Kang Jaya kesal sama Teh Ira. "Emak nangis Pak, didapur. " Jawab Iis. Kang Jaya langsung menemui Teh Ira yang kini tangisnya mulai pelan.''Heh. Kenapa kamu nangis disini? Pergi kondangan bukanya masak dulu, malah ninggalin lauk sisa tadi pagi. Mau dikasih makan apa suami kamu ini Ra?'' Tanya Kang Jaya pada Teh Ira dengan nada kesal yang tak menghiraukan tangisnya. Tanganya meraih gelas diatas rak kecil,menuangkannya air putih dan meminumnya hingga tandas. Yang ditanya tak menjawab

  • Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?   bab 19 korupsi

    Sepulang dari rumah pak Ustadz , Teh Ira memintaku untuk menemani beli kartu dan paket data. "Dew, nanti mampir ke konter ya. Anterin Teteh beli kartu sama paket data . " Ajaknya seraya mendekat kepadaku. "Boleh aja nanti Dewi temenin ya. " Ucapku datar. "Tapi nanti ajarin Teteh main fesbuk ya sesuai janji kamu kemarin. " Ucap Teh Ira lagi,menagih janjinya padaku. "Ashiaaaap. " Seruku menirukan gaya Atta Halilintar. "Beli di konter depan aja Teh. " Lanjutku. "Wak Enin sama Wak Zenab duluan aja ya. Dewi mau Anter Teh Ira beli kartu dikonter depan. "Ucapku pada Wak Enin dan Wak Zenab."Ohh yaa sok atuh, kalau begitu Uwak duluan ya Dew. "Ucap Wak Zenab berpamit padaku dan Teh Ira. "Iya Wak. ''Setelah Wak Zenab dan Wak Enin berlalu, aku dan Teh Ira belok ke konter yang dituju. "Kang, kalo kartu perdana sama berikut paket datanya ada. ? " Tanyaku pada Kang Agus si empunya konter. "Ada Dew. Mau kartu apa ?" "Teh, mau kartu apa?" Tanyaku lirih membisik pada Teh Ira.''Yang kaya pun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status