Home / Romansa / Is Beating / 10 Perawatan

Share

10 Perawatan

Author: Ratu sambi
last update Last Updated: 2021-05-04 09:57:54

"Aku mohon."

Suara Alluna yang terdengar bergetar dan serak ketakutan itu selalu terngiang-ngiang di telinganya, dan saat itu Andrew langsung menginjak pedal gas agar mobilnya semakin melaju dengan kencang.

Akhirnya dia sampai di halaman rumah sakit, setelah memakirkan mobilnya, Andrew melangkah keluar dan menuju ke pintu masuk.

Andrew selalu berusaha untuk tetap tenang walaupun sebenarnya ada rasa gelisah semanjak dia mendengar suara Alluna mengangis ketika menghubunginya.

Pandangannya menyapu setiap ruangan lobi rumah sakit untuk mencari keberadaan Alluna, perempuan itu sedang duduk tertunduk sambil sesekali mengusap air matanya.

Saat Andrew melangkah mendekat dia melihat seorang suster mendatanginya dengan sebuah map di tangannya.

"Nona, anda harus menandatanganinya saat ini Dokter sudah bersiap siap hanya tinggal menunggu tanda tangan dari Anda, Dokter bilang sudah tak ada waktu lagi untuk menunggu!"


Map itu telah beralih tangan ke Alluna dia menatapnya sesaat dengan pena berada di genggaman satu tangannya lagi.


"Tanda tangani itu, sekarang!" suara Andrew terdengar menggema di rongga telinga Alluna, seketika hatinya terasa sangat lega dengan kedatangan Andrew di sana.


Senyum tipis menghiasi bibir Alluna, dengan mata sedikit basah sisa tangisnya. Dia pun langsung menandatangani berkas itu dan memberikannya pada perawat setelahnya.


"Terimakasih Nona, kami akan segera mengoperasi Ibu Anda."


"Iya" Alluna lalu menoleh ke Andrew yang berdiri di sampingnya.

"Terimakasih."


Andrew menunduk menatap Alluna yang lebih pendek darinya.

"Your welcome... dan sekarang kau harus mulai bersiap siap melakukan tugasmu."


"S.sekarang?" Alluna terkejut karena menurutnya itu terlalu cepat.


"Kita tak memiliki banyak waktu! ikutlah denganku, kau harus melakukan beberapa macam perawatan."


"Oh, perawatan?? Perawatan apa?" Alluna dengan mata sembab dan masih sedikit basah mulai terlihat bingung menatap Andrew dengan penuh tanda tanya.


"Ikut saja denganku Nona manis, kau akan tahu nanti."


Sesaat Alluna sempat ketakutan dengan Andrew terlebih lagi saat mengingat laki laki itu pernah marah marah di toko beberapa waktu lalu, namun ketika melihat dia tersenyum dan mulai berperilaku hangat seakan membuat penilaian Alluna terhadap laki laki itu mulai berubah sedikit demi sedikit.


"Kau masih akan tetap berdiri di sana? atau ikut denganku sekarang?" Andrew mengangkat kedua alisnya bersamaan.


Alluna pun segera mempercepat langkah menyusul Andrew.


Andrew terdiam saat melihat Alluna membuka pintu mobil bagian belakang. Sementara dirinya telah membuka pintu bagian depan, dia sengaja membukanya untuk Alluna.

"Di sini Nona, kau harus duduk di depan" Andrew telah membuka pintu untuknya.


"O.oh maaf"


"Tidak perlu minta maaf, kau tidak melakukan kesalahan... hanya saja aku bukan supir yang mengharuskanmu duduk di belakang" Andrew meletakkan tangannya di bagian atas pintu mobil untuk melindungi kepala Alluna agar tak terbentur.

"Hati hati" ucapnya dengan penuh senyum.


Alluna dibuat merona dengan perlakuan Andrew yang sangat lembut dan baik perilakunya sangat berbeda dengan beberapa hari yang lalu.

"Mmmm, An.andrew?"


"Ya?" sahut Andrew setelah berhasil masuk dan menutup pintu kini dia sedang memakai sabuk pengamannya.


"Mmm, biakah kau jangan memanggilku, Nona manis? Aku... aku meras tidak nyaman dengan panggilan itu" Alluna menyentuh daun telinganya karena gugup.


"Begitukah?? baiklah aku tidak akan memanggilmu dengan Nona Manis lagi. Tapi... sayangnya kau belum memberi tahu siapa namamu."


"Oh iya, aku lupa... maaf" Alluna tertawa ringan dan mampu menarik perhatian Andrew.



Laki laki itu terus menatapnya ketika Alluna tertawa sampai terlihat barisan giginya yang rapih dan putih bersih.

"Kau bisa memanggilku, Alluna... Alluna Zaphire" ucapnya memperkenalkan diri.


Andrew melepaskan sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya kemudian mendorong punggungnya maju mendekati Alluna membuat perempuan itu terkejut dan menarik diri menjauh secepatnya.


Andrew menahan senyum karena sepertinya dia tahu kenapa Alluna menjauh darinya, dia lalu menarik sabuk pengaman di samping Alluna dan mengaitkannya sambil berucap dengan lembut.

"Baiklah... Alluna, aku hanya membantumu memasang sabuk pengaman" ucapnya seolah bisa membaca pikiran Alluna, dia kemudian menjauh setelah berhasil memasang sabuk pengaman dan menyalakan mesin mobilnya.


Sementara itu Alluna sempat jantungan ketika berfikir Andrew akan berbuat sesuatu padanya, akan tetapi setelah mengingat bahwa Andrew pernah mengaku kalau dia Gay dan tak akan pernah menyentuhnya membuat Alluna lega dan tak berfikir macam macam.


                           ****************

Andrew menghentikan mobilnya di depan sebuah gedung dengan berbagai gaun yang terlihat dari luar berjejer tertata dengan sangat rapih di balik kaca.


Alluna membuang pandangannya keluar melihat kesekitar memastikan.

"Mmm, ini... di mana?"


"Turunlah kau akan tahu" Andrew melangkah turun lebih dulu dan berjalan ke sisi lain membantu Alluna untuk membuka pintunya.

"Silakan, Alluna"


"Terimakasih"


"Ikutlah denganku" Andrew mengulurkan tangannya berharap Alluna akan menyambutnya dengan senang hati seperti kebanyakan perempuan lainnya.

Kketika Andrew bahkan tak bersikap manis seperti apa yang dia lakukan kepada Alluna saat ini, mereka semua seakan berlari dan berlomba lomba untuk bermanja menarik perhatian Andrew agar terpikat dengannya.


Namun yang terjadi padanya saat ini sungguh berbeda, Alluna terdiam canggung menatap ke arah tangan Andrew yang seolah seperti sedang sangat menunggu dirinya untuk menyambut tangannya.


Melihat Alluna gugup, Andrew pun meraih tangan Alluna dan menggenggamnya.

"Tenang saja, bukankah sudah aku katakan aku tidak mungkin akan menyentuhmu melebihi ini... aku hanya bersikap baik dan manis karena sekarang kita adalah partner, kau mengerti... jadi jangan berfikir aneh aneh" Andrew berusaha meyakinkah Alluna kalau dirinya tak akan menggoda atau memanfaatkan situsai.


"I.iya aku mengerti" jawabnya gugub.


Mereka bergandengan tangan beriringan masuk ke dalam gedung itu, ternyata di lantai bawah adalah tempat perawatan kecantikan sementara di lantai atas ada butique dengan berbagai gaun mewah di sana.


"Tuan Andrew, selamat datang" ucap seorang pelayan menyambut mereka.


"Oh, apa Kakakku sudah datang?" mendengar nama Kakaknya di sebut Bella langsung keluar dari ruang kerjanya.

Pandangannya langsung menyelidik ke arah Andrew dan Alluna yang berada di sana.

"Wwoooww... kalian sudah langsung sedekat ini??" Bella dibuat senang bisa melihat Kakaknya menggandeng seorang perempuan meskipun dia tahu itu hanya sementara.


Alluna merona dan langsung melepaskan tangan Andrew, membuat laki laki itu mengalihkan pandangan ke tangannya. Seperti tak terima Alluna dengan tiba tiba melepaskan tangannya.


"Jadi, ini calon Istri yang akan kau kenalkan pada Ayahmu nanti?" Bella sengaja menggoda mereka.


"Jangan banyak omong kosong! lakukan apa yang menjadi tugasmu... aku harus pergi, nanti kalau sudah selesai kabari aku. Aku akan menjemputnya" Andrew melirik ke Alluna yang masih terlihat sangat gugup.


"Baiklah hati hati di jalan" ucap Bella.


Andrew pun pergi meninggalkan Alluna bersama Adiknya, Bella.


Bella beridi memandangi penampilan Alluna dan memutari perempuan itu, mengamati postur tubuh dan setiap bagian dari wajahnya.

"Banyak yang harus di poles, tapi kau terlihat cantik natural dengan rahang tipis serta dagu lancip, jadi aku hanya perlu memoles wajahmu sedikit tapi untuk penampilanmu... sepertinya banyak yang harus aku ubah."


Alluna tak mengerti dengan apa yang Bella ucapkan yang dia tahu hanyalah dia tak pernah pergi ke tempat tempat perawatan seperti itu.

Tempat itu sangat luas dengan berbagai macam alat canggih yang sama sekali Alluna tak tahu apa kegunaan dari masing masing alat tersebut.



Ini pertama kali baginya dia masuk ke tempat perawatan semewah itu.


"Kau nanti akan menyukainya" ucap Bella membuyarkan lamunan Alluna.


"Apa?"


"Maksudku kau akan menyukai perawatan yang akan memanjakan dirimu nanti, Baiklah kau bisa duduk di sini!" Bella menyiapkan kursi untuknya di depan cermin.

"Kita akan mulai dari merawat rambutmu, dan untuk yang lainnya akan menyusul."


Alluna hanya diam dan mengikuti arahan Bella.


Semua pegawai di sana nampak sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing dan 2 lainnya sedang merawat rambut Alluna.


Sementara Bella sibuk membaca majalah dan sesekali nampak melirik mencuri pandang ke Alluna.

"Bella!" dia sangat penasaran dengan perempuan itu, dan akhirnya Bella memberanikan diri untuk terlebih dulu berkenalan dengan menyebut namanya.


"Oh, kau bisa memanggilku Alluna" dia menjawab sembari membalas uluran tangan Bella.


"Ooo... oke, apa Kakakku membuatmu takut?" Bella mulai tertarik berbincang dengannya dan memilih meletakkan mejalah di atas meja.


"Tidak, tapi aku sempat kesal karena masalah sebotol minuman waktu di toko."


"Oh! Gara gara dompetnya yang tertinggal itu, kah? Hahaha...." percakapan mereka mulai terasa hangat.


Bella merasa bahwa Alluna sempat membuatnya kesal karena menolak uang darinya namun ketika berbincang lebih dalam lagi dengannya dia merasakan hal yang berbeda.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Is Beating   86 Final

    “Ini masih siang Andrew!” “Aku tidak peduli, aku terlalu lama menahan semua ini! Apa kau tidak sadar itu?” Andrew membungkuk meraih kaki Alluna, menggendong perempuan itu masuk ke dalam kamar. “Aku belum mandi, aku harus membersihkan tubuhku dulu” Alluna terus berucap untuk mengulur waktu namun Andrew kali ini tak melepaskannya. “Tidak perlu, aku menyukai bau wangi parfum yang bercampur keringatmu. Mulai sekarang aku tidak akan membiarkan kau keluar dari kamar sampai aku benar-benar puas!” Pipi Alluna merona panas dia membiarkan tubuhnya terbaring di ranjang sementara Andrew telah memaku tubuhnya dengan kedua tangan agar tak bisa bergerak ke mana pun. Andrew telah berhasil melepaskan satu persatu kancing kemejanya dan membuangnya ke lantai begitu saja, kini dia telah bertelanjang dada kemudian membungkuk lagi di atas tubuh Alluna.Perlahan Andrew menyingkirkan

  • Is Beating   85 Menghapus Bekas Lelaki Lain

    “Siapa?”Andrew bertanya sembari melangkah keluar dari kamar, seketika tubuhnya terpaku saat melihat sosok perempuan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya berdiri di depan pintu rumahnya. Andrew membuang pandangannya kearah lain kemudian memilih pergi menuju pantry. Melihat sikap Andrew, Alluna pun mencoba untuk mengalihkan perhatian Belinda.“Umm... silakan masuk Ibu” Alluna menggandeng lengan Belinda mengajak perempuan itu masuk ke dalam.Setelah sampai di pantry Alluna menarik kursi mempersilakan Belinda agar duduk di sana. Dia juga menyiapkan minuman untuk perempuan paruh baya itu.Alluna Kekemudian meminta Andrew untuk duduk di seberang meja berdampingan dengannya. Andrew tampak canggung tapi di bawah meja Alluna menggenggam erat tangannya untuk menenangkan lelaki itu.Dia pun menoleh menatap wajah Istrinya, melihat senyum di bibir Alluna mampu membuat hatinya menjadi tenang. “Mm, maaf ka

  • Is Beating   84 Tamu Tak Diundang

    Alluna menutup pintu kamar mandi kemudian setelahnya dia bersandar dibalik pintu dengan raut wajah memerah. Dadanya bergerak cepat bersamaan dengan nafasnya yang terengah-engah. Alluna tak bisa menyembunyikan rasa malunya karena tadi saat di depan Andrew dia secara terang-terangan bahkan tanpa rasa malu dia memamerkan dan mengakui kalau dia sendiri yang telah memesan alat-alat itu. "Ya ampun, bagaimana ini... mau ditaruh di mana mukaku saat keluar nanti!" Alluna benar-benar sangat malu entah bagaimana lagi nanti ketika dia keluar dari kamar mandi harus menghadapi Andrew.Saat ini dia berusaha untuk menenangkan diri karena tadi sesaat ketika sedang berhadapan dengan Andrew dadanya berdebar tak karuan. “Aduh bagaimana ini? Bagaimana aku menghadapinya nanti? Ya ampun lagi pula kenapa juga aku menantang Andrew untuk memakai alat itu?” Alluna berjalan mondar-mandir layaknya orang kebingungan karena kesalahannya sendiri.

  • Is Beating   83 Permintaan Yang Mengejutkan Dari Alluna

    Allunan tak menduga kalau dia akhirnya akan bisa kembali bersama dengan Andrew. Awal mula juga dia membantu Andrew hanya karena ingin ibu angkatnya sembuh dari penyakit dia tak berpikir sampai sejauh ini hingga akhirnya bisa bersanding hidup dengan lelaki yang mampu membuatnya jatuh cinta.Kalau dipikir-pikir dari awal, membayangkan untuk menyukai Andrew yang notabennya adalah seorang gay itu tidaklah mungkin namun ketika akhirnya dia bisa meyakinkan kalau lelaki itu juga menyukainya itu seperti sebuah mimpi bagi Alluna.Banyak kesedihan yang Alluna lalui untuk bisa bersama dengan Andrew, begitu juga dengan lelaki itu. Banyak kepedihan yang harus dia lewati mulai dari kehilangan seseorang yang dulu pernah dia cintai kemudian bertemu dengan sosok perempuan yang dulu juga pernah menyakitinya serta harus melewati sisa hidup di ambang kematian, selama beberapa tahun dan kini ketika perempuan itu kembali Andrew membuktikan kalau kek

  • Is Beating   82 Menikahlah Denganku

    Saat lampu padam dan semua ruangan menjadi gelap gulita Alluna terlihat panik, dia sempat beranjak dari kursi dan ingin berlari keluar namun saat mengingat ucapan Andrew agar tak pergi kemana-mana membuat Alluna mengurungkan niatnya.Dia terlihat sangat gelisah dan gusar berharap Andrew akan datang saat itu juga."Andrew?” seru Alluna Namun lelaki itu tak mendengar panggilannya.Lama Alluna menunggu Andrew pun tak kunjung terlihat.Suasana semakin sepi, membuat bulu kuduknya merinding ketakutan.“Ke mana perginya dia?” gumam Alluna sembari membuang pandangan ke sana ke mari yang tak nampak apa pun karena gelap.Dari arah belakang Alluna merasa seperti ada sesuatu yang datang dan mendekat, perlahan Alluna menoleh ke belakang penuh waspada.Bersamaan dengan itu lampu menyala, Alluna di kejutkan dengan Andrew yang tengah berdiri di belakangnya dengan membawa sebuah kue, ada beberapa lil

  • Is Beating   81 Restu Dari Tuan James

    Ruangan itu adalah ruangan beberapa tahun yang lalu di mana Tuan James menghina Alluna, tepat di ruang tengah rumah keluarga Mayer, Tuan James menawarkan sejumlah uang kepada Alluna agar perempuan itu pergi meninggalkan putranya.Namun kali ini sepertinya suasana terlihat berbeda dari raut wajah Tuan James yang tak terlihat garang seperti biasanya membuat Alluna tak merasa takut seperti dulu ketika mereka bertatap muka.Seorang Bodyguard terlihat masuk ke dalam ruangan itu dengan membawa sebuah map berwarna hitam di tangannya melangkah mendekati Tuan James."Silakan Tuan James” ucapnya sembari memberikan map itu.Setelah mapnya berpindah tangan, Tuan James kemudian meletakkannya di atas meja mendorongnya perlahan kearah Alluna.Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang kejadian ini mengingatkan Alluna pada momen beberapa tahun yang lalu. Ketika Tuan James menawari dirinya beasiswa untuk sekola

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status