Share

Bab 7

“Tenanglah, nanti akan ada guru baru yang mengajari kalian,” sahut Raina pada akhirnya.

Dia tak ingin membuat murid-murid kesayangannya itu khawatir.

“Benarkah?”

“Tentu saja, Bu Nana akan cari guru pengganti untuk kalian,” jawabnya lagi.

“Baguslah. Horeee!”

Anak-anak yang polos itu tampak tenang kembali. Raina lalu meminta mereka melanjutkan kegiatan merapikan kelas yang tinggal sedikit lagi.

Padahal semua sungguh tidak sedang baik-baik saja.

Raina berpikir keras apa yang harus dilakukannya sekarang. “Ke mana aku harus mencari guru pengganti untuk mereka?" lirihnya tanpa sadar.

Lalu, bagiamana caranya dia membayar gaji guru-guru tersebut, sementara pihak yayasan juga kabarnya telah lepas tangan?

Dia juga tidak bisa mengandalkan uang SPP anak-anak, mereka semua berasal dari keluarga kurang mampu. Selama ini mereka hanya membayar sebisanya saja.

"Apa aku harus meminta bantuan pria menyebalkan itu lagi...?"

Raina menggelengkan kepala, tak setuju.

Jadi di sinilah dia saat ini--melangkah lesu pulang ke rumahnya, sambil memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Dia sangat bingung.

Sempat memikirkan opsi mengajar seorang diri dengan jadwal bergilir, tapi tentu saja mustahil.

Ada 6 kelas yang harus ditangani, dengan mata pelajaran yang berbeda-beda baik jenis dan tingkat, sampai malam pun tidak mungkin selesai.

“Argh! Atau aku beneran harus menyerah saja?” keluh Raina Frustasi.

“Apanya yang menyerah? Jangan jadi manusia lemah!” sahut seseorang mengejutkan dirinya.

Raina mengenali suara itu, adalah milik Bayu.

Masalahnya Bayu berada di dalam rumahnya saat ini! Sedang berbaring di sofa.

“Kamu—, gimana caranya bisa masuk ke rumahku?” selidik Raina keheranan.

Dia juga mengingat-ingat telah mengunci pintu tadi pagi.

Bahkan sesaat lalu pintu sungguh terkunci, dia perlu membukanya dengan anak kunci miliknya.

Apa yang tidak mungkin bagi Bayu, pria itu sangat misterius.

“Kamu benar-benar kaya hantu ya,” imbuh Raina memperlihatkan ekspresi kesal.

Tentu saja Raina merasa kesal, Bayu seenaknya saja membobol rumahnya.

Belum lagi suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja, menjadikannya semakin sensitif.

“Lebih baik kamu cepat pergi dari rumahku, atau aku akan meneriakimu maling!” ancam Raina.

Bayu tergelak kecil merespon kegalakannya, “Kamu lupa kita sudah menikah? Teriak saja, aku tidak takut!”

Raina tertegun, dia memang hampir melupakan soal itu.

Terdiam seribu bahasa, Raina kehilangan kata-kata dalam menanggapi Bayu.

Kemudian lebih kepada mengalihkan topik, “Seharusnya kamu tidak perlu membuntutiku juga kan, aku tak mungkin kabur darimu.”

“Siapa bilang aku membuntutimu.”

“Terus kalau tidak kenapa kamu ada di rumahku?”

“Karena mulai sekarang aku akan tinggal di sini!”

“Apa?” Mata Raina melotot sempurna.

Raina tentu sangat mendapat kejutan, tak menyangka sama sekali Bayu akan berkata demikian.

Ia mendekat ke arah Bayu, kemudian melanjutkan aksi protes ….

“Mana bisa seperti itu, kamu tidak boleh tinggal di rumahku!” tolaknya. 

“Kenapa tidak boleh? Kita 'kan suami istri.”

“Tetap saja tidak boleh!” ucap Rania cepat.

Tepatnya, dia tak ingin orang-orang di sekitarnya mengetahui tentang pernikahan semu mereka. 

“Cepat kita pulang ke apartemen sekarang juga, tidak boleh tinggal di sini!”

Raina berusaha mendirikan posisi Bayu yang masih tampak santai berbaring di sofa. 

Demi mengeluarkan Bayu dari rumahnya, Raina sampai lupa dengan sikapnya.

Hingga tiba-tiba ia terpeleset, dan terjatuh ke dalam pelukan Bayu.

Berada dalam posisi yang sangat intim, mereka justru terlihat romantis.

Menyadari apa yang terjadi, wajah Raina terasa hangat. Ia lekas beranjak beberapa detik kemudian.

Tetapi lagi-lagi ia melakukan sebuah kesalahan. 

Dia kembali terpeleset, kali ini kejadian lebih fatal menimpanya. Bibirnya menyosor bibir Bayu!

"Mmmph...."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status