Share

Bab 6

Penulis: Megumi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-26 19:14:47

Setelah melalui drama singkat, Raina benar-benar memulai pekerjaannya.

Sejujurnya dia masih terngiang dengan ucapan Bayu sejenak lalu, "Tidur pakai jeans pasti tidak nyaman." Kemudian memberinya pakaian ganti.

Lagipula itu sudah pagi, buat apa Bayu masih memberikan pakaian tersebut, tentu terasa ambigu, seperti Bayu memintanya kembali tidur.

Sebenarnya saat ini memang masih terlalu pagi, jam di dinding menunjukkan jam 3 subuh.

Namun Raina tak mahu membuang waktu sia-sia.

Sesuai dengan ucapannya tadi, dia harus lekas menuntaskan pekerjaan yang sangat banyak supaya tidak terlambat pergi ke sekolah.

Tetapi tidak membutuhkan waktu terlalu lama juga baginya bersih-bersih, karena apartemen Bayu teramat terawat.

Hanya dalam waktu kurang dari satu jam dia telah menyelesaikan semua pekerjaan.

Raina diam-diam mengagumi Bayu, tidak ada pembantu unitnya begitu bersih. Tentu jarang ada laki-laki seperti ini.

“Pantas saja dia memintaku memperhatikan kebersihan,” senyumnya polos.

Sejenak Raina meneliti kembali apakah masih ada tugasnya yang tertinggal, “Nyapu udah, ngepel, nyuci baju, urus jemuran, ngelap meja, lemari ….”

Bahkan dia membersihkan koleksi miniatur Bayu.

Sebenarnya tinggal satu hal lagi, yakni memasak.

Namun dia tidak menemukan bahan makanan apapun di lemari es, isi kulkas full dengan buah saja.

Kemudian Raina berinisiatif membuat memo—

"Tidak ada bahan makanan yang kutemukan, hari ini kamu makan di luar saja ya, suamiku yang ganteng."

Ditambahkannya gambar emoticon senyum, padahal dia sendiri memasang ekspresi merinding saat menorehkan tinta, agak-agak menggelikan, pastinya tentang panggilan terhadap Bayu.

Entahlah jiwa iseng tiba-tiba muncul begitu saja, menuntutnya menulis demikian.

"Astaga, yang benar saja. Apa yang aku tulis?”

“Ouch!

Srak!

Menyadari akan keisengannya yang terlalu berlebihan, ia meremas memo tersebut.

Baru hendak melempar gumpalan kertas ke tong sampah, dia tiba-tiba dikejutkan dengan bebunyian aneh.

Srag … srag… srag….

Bebunyian tersebut memenuhi seisi ruangan.

Bukan cuma itu, sebuah benda tiba-tiba bergerak mengarah ke arahnya berpijak. Raina reflek melompat naik ke atas kursi saking terkejut.

"Apaan tuh?"

Raina memperhatikan benda tersebut secara seksama dalam keheranan.

Adalah teknologi masa kini, disebut robot pembersih.

Sementara di sudut lainnya, robot berbentuk manusia yang dikira Raina sebuah patung juga turut bekerja, membersihkan kembali koleksi miniatur yang telah dibersihkannya sesaat lalu.

Sekarang Raina pun paham tentang apartemen Bayu yang sangat terawat meskipun tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga.

Raina bergeming dengan wajah ambigu, menyesali kepolosannya, percaya begitu saja pada Bayu, bahkan memuji pria itu.

Alangkah bodohnya dia.

Lalu juga teringat tentang peraturan di surat kontrak yang menyuruhnya melakukan semua pekerjaan rumah.

"Ada alat-alat secanggih ini, lalu buat apa dia memintaku mengerjakan semua pekerjaan rumah?" maki Raina kemudian.

Memahami Bayu mengerjainya, Raina menatap pintu kamar Bayu dengan tatapan membunuh.

Raina bertambah kesal terhadap laki-laki itu.

Selanjutnya dia sudah tidak peduli lagi dengan apapun.

Raina bertolak menuju pintu, hendak pergi dari apartemen.

Tepatnya Raina ingin pulang ke rumahnya, tentu saja dia harus mempersiapkan diri sebelum pergi ke sekolah.

Semua peralatannya berada di rumah, dia tidak membawa apapun ke apartemen Bayu.

Raina pergi buru-buru dari unit Bayu, melupakan perihal memo yang kini menggumpal di atas meja makan.

Ketika bangun, Bayu menemukan kertas tersebut, menyimak deretan kata yang ditorehkan Raina tanpa ekspresi.

***

Di sisi lain, Raina kini berada di sekolah.

Belum ada kegiatan belajar mengajar hari itu, keadaan masih berantakan pasca pembongkaran yang nyaris terjadi.

Raina dibantu murid-muridnya merapikan kembali kelas mereka.

Lagipula tidak ada guru yang masuk, mungkin mengira sekolah mereka benar-benar telah digusur.

Satu-satunya guru yang muncul hanya Pak Budi, itupun sudah siang, di kala mereka nyaris selesai berbenah.

“Apa yang kalian lakukan?” tegur pria itu.

Raina yang sedang menyusun buku di lemari sontak berbalik menghadap Pak Budi.

“Eh, Pak Budi ….”

“Sejak kapan ke mari?”

“Lihat, kita sudah mendapatkan sekolah kita kembali!” seru Raina menggebu.

Sementara guru laki-laki itu hanya mengernyit, kemudian tertawa singkat.

“Sadar Bu Raina! Kita semua sudah siap kehilangan sekolah, seharusnya Bu Raina juga mempersiapkan diri!”

Wajah Raina yang tadinya sangat ceria perlahan mendatar.

“Tapi kita memang sudah mendapatkan sekolah kembali, Pak Budi."

"Benar! orang-orang jahat itu tidak jadi membongkar sekolah kita!" timpal seorang murid membantu Raina meyakinkan Pak Budi.

Alih-alih percaya, seperti biasanya Pak Budi justru memandang rendah Raina.

Pria itu terbahak kencang kali ini.

"Anda mau membohongi siapa, Bu Raina?"

"Anda mungkin bisa mengibuli anak-anak ini, tapi tidak denganku! Orang kecil seperti Bu Raina mana mungkin menang melawan bos besar!" ejeknya lagi merendahkan Raina.

Namun, perempuan itu tidak menanggapi apapun.

Dia sadar, apapun yang dikatakannya Pak Budi tak mungkin percaya.

Untungnya, muridnya yang lagi-lagi membelanya ....

"Bu Nana tidak bohong! Mereka memang sudah mengembalikan sekolah ini pada kita!"

"Kau—!"

Anak laki-laki itu memekik dengan garang, terkesan tidak sopan, Pak Budi terlihat tak menyukainya.

Raina buru-buru memeluk anak itu, menarik mundur tubuh mungil tersebut menghindari amukan Pak Budi yang bersiap mengayunkan tangan.

"Lihat, anak-anak yang kau perjuangkan mati-matian ini sama sekali tidak berguna!" berang pria itu.

Namun setidaknya Raina berhasil menyelamatkan anak didiknya, pak Budi telah menurunkan tangan.

“Saya mau lihat, berapa lama Anda akan bertahan," sinis Pak Budi mengalihkan topik. "Sementara guru-guru lain sudah tidak di sini lagi—"

"Maksud, Bapak?"

"Iya, guru-guru yang lain sudah resmi resign, sekarang mengajar di sekolah lain. Termasuk saya!"

“Apa?” Raina terbelalak, sangat terkejut mendengar pernyataan Pak Budi yang terlihat puas dengan ekspresi Raina pergi begitu saja.

"Kalau sudah menyerah, temui saya, Bu Raina! Nanti, saya bantu carikan pekerjaan baru untuk Bu Raina!" ejeknya sembari berlalu.

Raina tidak meladeni pria itu, dia termenung.

Ia baru saja menyelesaikan perihal kepemilikan tanah, kini muncul lagi masalah lain yang tak kalah serius.

“Bu Nana, gimana dengan nasib kami kalau semua guru pergi dari sekolah ini!” Seorang anak membuyarkan lamunan Raina.

“Benar, siapa yang mengajari kami nanti? Mana mungkin Bu Nana mengajari kami semua sekaligus?” timpal yang lainnya.

Raina menelan ludah, bingung harus bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada.

Dia sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Faizal
starting udah enak meg... semangat ya...(Baru sadar udah release yg Baru...)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 67

    Bayu tak mendapati dandanan Raina yang mirip badut pancoran seperti yang dikatakannya, tetapi perempuan itu sangat cantik—bikin pangling.Bayu menatap Raina penuh arti, membuat Raina salah tingkah.“Kamu kenapa sih ngeliatin aku begitu, beneran kayak badut pancoran ya?” selidik Raina.Namun pertanyaannya belum sempat dijawab oleh Bayu, Raina sudah kembali bersuara—“Bay, Bay, ada orang di depan,” ucapnya panik. Saking pangling dengan kecantikan Raina, Bayu lupa sedang menyetir, sehingga tak sadar kendaraannya telah keluar jalur, nyaris menabrak pengendara dari arah berlawanan.Bahkan dia tak mendengar suara klakson yang berkumandang nyaring, perlu Raina yang mengingatkannya.Usai diperingatkan Raina, Bayu pun segera menginjak rem yang diiringi teriakan Raina.Raina berteriak panik karena posisi mobil mereka dengan kendaraan roda dua di depan sudah terlalu dekat, tabrakan nyaris tak terhindari.Namun ia tak mendengar suara benturan setelah kendaraan mereka benar-benar berhenti sempurn

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 66

    Raina pun tiba-tiba teringat kejadian kemarin, tentang pertemuannya dengan Bayu di Corporindoo, Bayu berada di ruangan pribadi direktur utama ….Kemudian juga tentang bagaimana para karyawan di sana dalam memperlakukan Bayu, orang-orang itu sangat menghormati Bayu.Raina pun semakin antusias dengan pernyataan Bayu bahwa dirinya merupakan pemilik Corporindoo.“Tapi masa sih, dia CEO Corporindoo?” ragunya. “Kayaknya ga mungkin, keturunan sultan pemilik Corporindoo mau tinggal di rumah gubukku selama ini.”Pada waktu bersamaan dimana Raina kembali dirundung keraguan, Bayu bersuara menyadarkannya dari lamunan.“Ayo turun!” seru pria itu.Raina menyudahi perenungannya, manut pada ajakan Bayu untuk segera turun dari mobil.Sebab dia tak ingin membuang-buang waktu supaya tidak terlambat masuk kantor.Pasangan itu kemudian memasuki mall, langkah mereka langsung tertuju ke sebuah toko kosmetik brand ternama. “Silakan, boleh … mau nyari apa, Mbak?” sambut hangat seorang SPG.Raina tampak kago

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 65

    Masalahnya Anna bahkan telah melihat sosok Bayu— dia mengintip ke arah mobil Bayu setelah klakson kencang yang dibunyikan Bayu.“Itu siapa, Rain? Pacar kamu ya?” goda perempuan itu seketika.“Apaan, bukanlah!” lurus Raina segera.“Ah, masa? Pacar kamu kali? Ngaku aja!” cecar Anna tak percaya.Perempuan itu bahkan menggoda Raina lebih lagi—“Oh, aku tau, jadi kamu sibuk karena mau kencan sama pacar kamu, kan? Cie, Raina!”“Ish, apaan sih … udah dibilangin dia bukan pacarku! Mana ada kencan-kencan.”“Terus siapa dong?”“Bukan siapa-siapa! Iya udah ya, aku balik dulu, bye!” pamit Raina buru-buru, tepatnya menghindari Anna.Dia bahkan menghindari Bayu, supaya Anna tidak semakin salah paham.Raina melewati mobil Bayu begitu saja, seakan mereka tak saling mengenal.“Hei, apa maksudmu?” pekik Bayu yang sudah pasti mendapat kejutan atas sikapnya.Raina mengabaikan panggilan Bayu, terus melangkah dengan cepat.Tak peduli bagaimana ia harus menghadapi Bayu nantinya, yang terpenting Anna tidak m

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 64

    Selain dengkuran yang berhenti, Bayu juga tampak mengubah posisi. Dari terlentang menjadi menyamping— menghadap ke arah pintu pula.Namun matanya tetap terpejam rapat.Bayu pun tidak bersuara, tidak menegur Raina yang mencoba melarikan diri.Raina menyimpulkan Bayu masih terjaga, ia menghela napas lega.Kemudian segera melanjutkan niatnya, membuka lebar pintu secara perlahan, dan keluar secepat mungkin dari kamar tersebut sebelum Bayu benar-benar memergokinya.Dia berhasil melarikan diri dari Bayu.Namun Raina baru benar-benar merasa tenang setelah cukup lama Bayu tak menyusulnya di kamar sebelah.“Kayaknya dia memang ga tau aku keluar, dia benar-benar manusia yang unik,” cengir Raina.Antara lega tapi juga keheranan. Merasa lucu sekaligus kagum, bisa-bisanya Bayu begitu mudah terlelap.Sangat berbeda jauh dengannya yang membutuhkan waktu cukup lama untuk tertidur,— terlalu banyak yang terpikirkan.Selang sejenak pikiran Raina pun telah berseliweran, isi otaknya sangat penuh.Dari men

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 63

    Rombongan nenek tak lagi terlihat jejaknya, Raina masih terbengong di tempatnya berdiri sejak awal, dengan wajah yang terasa hangat akibat ucapan Nyonya besar Edgardo yang meminta cucu.Gadis polos itu merasa sangat malu mendengar kalimat yang dirasa tabu baginya.Lagipula balik lagi pada— hubungannya dengan Bayu— hanya sebuah hubungan semu yang memiliki batas waktu, tidak mungkin mencetak cucu untuk keluarga Edgardo.“Kamu ngapain masih di situ!” tegur Bayu tiba-tiba. Pria itu sudah masuk ke dalam rumah sebelumnya, dia keluar lagi saat menyadari Raina masih berada di luar.Raina sontak menoleh ke arah asal suara, dan mendapatkan Bayu sedang berdiri tegak di ambang pintu.Dia keheranan melihat Bayu yang begitu santai.Raina lalu menghampiri Bayu dengan segera, dan menyampaikan rasa penasarannya tentang sikap pria itu.“Kamu masih bisa tenang setelah nenekmu ngomong kayak tadi?” “Emangnya nenek ngomong apa?”Raina menghela tak percaya bahwa Bayu tak mungkin tidak mendengar ucapan nen

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 62

    Deg!Mata Raina perlahan melebar sempurna, wajah pun menjadi pucat, merasakan hangatnya sentuhan sang nenek seakan membakar menembus kulit tangannya yang dingin menusuk tulang.Sementara dia belum menyerah, berusaha menarik tangannya untuk membatalkan pemberian hadiah pada sang nenek.Hanya saja usahanya tak membuahkan hasil, sebab juga tidak berani terlalu bertenaga, takut menyinggung perasaan Nyonya besar Edgardo.Gagal dengan usahanya, Raina melirik Bayu—mencari bantuan.Namun Bayu pun tak terlihat ingin membantunya kali ini. Pria di hadapannya itu hanya membalas menatapnya dengan tatapan penuh arti dalam geming.Atau mungkin Bayu juga tidak dapat berbuat banyak karena kesalahan yang dia lakukan terlalu besar?Entahlah, Raina mulai gelisah, dan ketakutan. Semakin yakin dirinya sedang dalam masalah besar!Terutama sang nenek tiba-tiba merebut gantungan kunci dari tangannya.“Tamatlah riwayatku!” batin Raina memalingkan wajah.Dia tak memiliki keberanian untuk beradu tatap dengan Ny

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 61

    Jangankan Raina, Bayu pun terlonjak kaget mendengar pekik nenek yang kencang itu.Sebab keberadaan nenek benar-benar tak diketahui oleh mereka.Raina merasakan jantungnya berdebar-debar, ternyata apa yang dikatakan Bayu benar, sang nenek sangat galak.Wajah wanita usia lanjut yang masih sangat energik itu begitu garang, menatapnya dengan tatapan mengerikan.Membuat Raina seketika menundukkan kepala.Beruntung Bayu cukup pengertian, pria itu memberinya ketenangan yang berarti.Bayu masih mendekapnya hingga detik ini, bahkan lebih erat lagi, seperti mengetahui dirinya sedang ketakutan menghadapi sang nenek.Sejenak Bayu juga membantunya melewati saat-saat menegangkan tersebut, dengan mengalihkan perhatian sang nenek.“Nenek kok tidak bilang-bilang mau kemari? Kalau begini ‘kan kami jadi tidak ada persiapan apa-apa buat menyambut Nenek.”Sambil berkata, Bayu berjalan menghampiri Nyonya Edgardo.Sungkem pada sang nenek, menciumi kening, pipi kanan dan pipi kiri sesepuh tersebut. Menggamba

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 60

    Bayu mengerutkan kening, menatap serius objek di depan sana— wajahnya itu terlihat tegang.Hal ini menarik perhatian Raina yang kebetulan meliriknya.Namun ia tidak langsung menanyakan apa yang terjadi terhadap Bayu, melainkan ikut menoleh ke arah yang ditatap Bayu.Raina pun menemukan keberadaan mobil-mobil mewah itu, terparkir di sepanjang jalanan.“Ada acara apa nih, tumben banyak mobil di daerah sini,” ujar Raina.Dia malah tidak berburuk sangka seperti Bayu yang langsung menebak mobil-mobil tersebut sebenarnya berada di rumah mereka.Sebab hanya Bayu yang mengenali kendaraan-kendaraan itu.Bayu tak menanggapi ucapan Raina, terus memasang wajah serius, Raina justru mengira Bayu merasa terganggu dengan keberadaan mobil-mobil itu.“Atau parkir di dekat sini aja, kita jalan kaki ke rumah,” anjur Raina lebih lanjut. Masih menambahkan saran lain, “Nanti setelah mobil-mobil itu pergi baru majuin mobilmu.”Sementara Bayu tak terlihat mengindahkan ucapan Raina, ia melewati tempat parkir y

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 59

    Bukan hanya membelikan makanan untuk pria paruh baya tersebut, Bayu juga menawarkan diri mengantarnya pulang.Rumah pak kumis ternyata cukup prihatin— anak dan ayah itu hanya tinggal di rumah kardus.Tak tanggung-tanggung, Bayu bahkan membeli satu unit rumah untuk mereka.Masih memberikan bantuan lainnya, seperti kebutuhan sehari-hari (sembako), dan terakhir mewujudkan impian pak kumis yang ingin membuka usaha jual siomay demi keberlangsungan hidup.Raina bertambah mengagumi Bayu atas sikap baiknya itu.“Terima kasih ya, kamu udah mau nolongin bapak itu,” ucap Raina ketika mereka dalam perjalanan pulang.Bayu tergelak kecil.“Kenapa kamu harus berterima kasih?”“Aku benar-benar terharu. Kamu bahkan rela menghabiskan tabungan untuk membelikan mereka rumah. Kamu pasti menghabiskan seluruh tabunganmu selama ini, kan?” tebak Raina tanpa mengharapkan jawaban.Bayu mengeluarkan banyak uang untuk membeli rumah, menurut Raina pria itu pasti menghabiskan seluruh tabungan, atau setidaknya lebih

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status