Home / Romansa / Istri 5 milyar / 7 - Perdebatan

Share

7 - Perdebatan

Author: Pena_Receh01
last update Last Updated: 2021-04-29 07:49:51

Setelah membungkam Sere, Faresta dengan wajah tanpa dosa langsung melajukan mobilnya. Gadis itu merengut karena pria disampingnya mengancamnya lagi jika bersuara, sialan bukan! netra Sere memandangi jalanan lewat kaca, senyuman terukir melihat kedua anak tengah bercanda dengan dibelakang diawas orangtuanya. Sehabis sampai, Faresta memarkirkan mobil lalu turun, membuka pintu agar gadisnya ikut keluar.

"Kita di mana?" tanya Sere menatap masion megah, tidak berkedip sedikitpun membuat Faresta tersenyum tanpa sadar.

Faresta menggenggam jemari Sere, lalu melangkah membuat Sere berdecak sebal karena tak ditanggapi. "Masionku," ucapnya membuat Sere membulatkan matanya tidak percaya.

Pintu utama terbuka, Faresta langsung masuk menyeret Sere yang mematung karena terkejut melihat benda itu dibuka dan menampakan dalamnya.

"Kalian sudah menyelesaikan apa yang kuperintahkan?" tanya Faresta berhenti di menatap para pelayan, yang menunduk tidak melihat wajah kami.

"Sudah Tuan," sahut mereka serentak, Faresta mengangguk lalu melangkah pergi, tetapi menggenggam jemari Sere agar mengikutinya.

"Tuan, kita mau ke mana?" tanya Sere tidak memberontak sedari tadi karena tubuhnya sangat letih.

Faresta hanya melirik sekilas ke Sere, lalu melangkah lagi tanpa menjawab pertanyaan gadis itu.  Membuka pintu kamar lekas masuk, menanggalkan pakaiannya menyisakan celana dalam membuat Sere menjerit dan menutup mata dengan kedua telapak tangan.

"Tuan, apa yang kau lakukan!" pekik Sere membuat Faresta hanya menyeringai.

"Jangan norak! ayooo cepat bantu aku membersihkan tubuh," perintah Faresta menarik lengan Sere agar mengikutinya.

"Apa - apaan sih Tuan, saya tunggu diluar saja," tolak Sere berusaha melepaskan cekalan tangan Faresta.

"Aku memintamu membantuku membersihkan tubuh, bukan menunggu," ejek  Faresta menatap Sere.

"Aku gak mau! emang kamu anak kecil mandi harus dimandiin."

Faresta menyeringai. "Aku akan berusaha menjadi anak kecil untukmu, dan anak kecil ini bisa membuat kamu hamil juga," ujarnya tanpa disaring.

Sere membulatkan matanya mendengar ucapan frontal Faresta, ia tanpa sadar mencubit pinggang pria itu.

"Heee, jaga bicaramu!" sentak Sere tanpa sadar.

"Yang mana yang harus dijaga Nona, bahkan dirimu akan kubuat hamil," ejek Faresta menatap remeh ke arah Sere.

"Sialan kau!" maki Sere memukul dada Faresta.

"Jangan dipukul sayang, tapi dibelai. Ayo ikut, jangan selalu membantah!" geram Faresta tertahan ia menarik lengan Sere agar berjongkok, lalu dirinya masuk ke bathtub untuk berendam.

"Aku gak mau," ucap Sere kekeh pada pendiriannya.

"Bersihkan tubuhku, atau kubuat kamu tidak bisa berjalan besok pagi!" ancam Faresta dengan suara serak dan berat membuat Sere membulatkan matanya, dengan reflek cepat - cepat menggosok tanpa sengaja menyenggol kejantanan milik pria itu. 

"Kamu ingin kumakan sekarang haaa! gosok yang benar," sentak Faresta frustasi karena tiba - tiba saja dirinya bergairah.

"Sialan! padahal cuma kesenggol," geram Faresta dalam hati, ia memejamkan matanya. 

Sere menunduk kepalanya takut, ia tanpa sadar memegang pakaiannya dan diremas.

"Keluar sana, biar aku saja sendiri. Kerja segitu aja gak becus!" hardik Faresta memerintahkan Sere untuk pergi keluar.

"Iya Tuan," sahut Sere bangkit lalu melangkah pergi tapi terhenti oleh suara Faresta.

"Jangan lupa bersihkan dirimu, minta antarkan pelayan ke kamar mandi yang lain," ujar Faresta dibalas anggukan oleh Sere, lekas  Sere berjalan pergi tak lupa menutup pintu kembali.

"Astaga, jantungku hampir mau lepas," gumam Sere mengelus dadanya, lalu cepat memanggil pelayan saat ia melihat seorang perempuan tengah berjalan ke arahnya.

"Kamu, ke sini," pinta Sere dibalas anggukan perempuan itu.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya pelayan yang bernama tag Bulan.

"Bulan, tolong antarkan saya ke kamar mandi yang lain. Ini perintah Tuanmu," ujar Sere dibalas anggukan oleh Bulan.

"Ayooo Nona, saya antarkan sambil saya siapkan air hangatnya dulu," ucap Bulan hanya Sere balas anggukan sungguh tubuhnya letih sekali.

Bulan membuka pintu kamar tamu, ia meminta Sere untuk menunggu sebentar karena dia mau nyiapkan air hangat. Sere sempat menolak, karena bisa melakukannya sendiri. Tapi melihat wajah memohon Bulan, agar dirinya saja yang mengerjakan supaya  tak dipecat oleh Faresta.

"Sudah selesai, Nona." Bulan memberitahu, Sere mengangguk lalu masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. 

Bulan tengah menyiapkan pakaian untuk Sere, ia masih menunggu Nonanya selesai membersihkan diri. Dua puluh tiga belas menit akhrinya Sere selesai membersihkan diri, dia keluar terkejut karena masih ada Bulan di kamar.

"Ada apa?" tanya Sere mendekati Bulan yang berdiri di samping pintu kamar mandi.

"Saya menunggu Nona, ini pakaiannya," ucap Bulan menyodorkan dress berwarna hijau lalu diterima Sere, ia langsung masuk lagi untuk memakai pakaian.

"Kamu kenapa masih di sini?" tanya Sere menatap heran ke arah Bulan.

"Saya bantu merapikan rambut, Nona," jelas Bulan membuat Sere menghela napas.

"Aku bisa sendiri lho, kamu bisa melakukan pekerjaan yang lain," ucap Sere melangkah ke meja rias lalu duduk di kursi diikuti Bulan.

"Ini sudah jadi tugas saya, Nona," terang Bulan meraih sisir lalu menyisiri rambut Sere dengan telaten.

"Rambut Nona sangat halus," puji Bulan membuat Sere menerbitkan senyuman di bibir.

"Terimakasih," sahut Sere pelan menaburkan bedak lalu memoles bibirnya dengan lipt.

"Sudah beres Nona, anda terlihat cantik." Bulan meletakan sisir lalu menatap sebentar ke arah wajah Sere dipantulan cermin.

"Katanya aku cantik, tapi kenapa kamu selalu tidak menatap wajahku lama?" tanya Sere penasaran, memutar tubuhnya agar menatap Bulan yang menunduk.

"Saya tidak berani menatap paras Nona dengan waktu lama Nona, memang disini peraturannya begitu, tidak boleh menatap majikan terlalu lama," jelas Bulan dibalas anggukan Sere.

"Ayoo Nona kita turun, jam sudah menunjuk waktu makan malam," ajak Bulan dibalas anggukan Sere, gadis itu mengikuti langkah Bulan.

Sere melangkah dengan cepat karena dia memakai sepatu, matanya menangkap Faresta tengah duduk di kursi dengan menatapnya tajam. 

"Nona, silakan duduk," ucap Bulan menarik kursi yang berhadapan dengan Faresta.

"Biarkan Sere duduk disampingku," kata Faresta dengan nada dingin, Bulan cepat - cepat menarik kursi disamping Faresta.

Sere tadinya mau membantah, tapi melihat paras Bulan yang memucat ia tak ingin membuat masalah. Akhirnya menjatuhkan bokong di kursi lalu Bulan pamit untuk melakukan pekerjaannya lagi.

Faresta diambilkan makanan oleh pelayan, begitu juga Sere. Mereka tinggal menunjuk - nunjuk apa yang diinginkan, makan malam sangat hening membuat Sere bingung, dia terbiasa mengisi perut sambil berbincang.

"Kamu tidur di kamarku," ucap Faresta selesai membersihkan bibirnya dengan tisu.

"Tidak mau, memang kamar cuma ada satu," bantah Sere dihadiahi tatapan tajam Faresta.

"Baru aja beberapa jam, kamu sudah mulai membantah ya," ujar Faresta.

"Aku membantah jika kamu memerintahkan yang aneh - aneh," bela Sere pada dirinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri 5 milyar   30 - lima puluh juta

    30 - lima puluh jutaSere terbangun saat jarum jam sudah pas menunjuk angka sepuluh. Matanya mengerjap menyesuaikan penglihatan karena cahaya masuk, gorden dibuka oleh Faresta. Pria itu baru saja pulang dari joging, dan melihat istrinya masih terlelap."Eunghhhhh," lenguhan Sere terdengar membuat Faresta menoleh memandang istrinya."Sudah bangun ratu tidur? Ayo cepat mandi dan sarapan," ujar Faresta mendekat dan duduk di hadapan Sere yang mengucek matanya."Ishhh, kamu menganggu saja. Tubuhku sangat pegal itu karenamu!" geram Sere memandang kesal ke arah Faresta."Sudah jangan menggerutu, mau kutambahkan lgi rasa pegalnya!" ancam Faresta membuat Sere membulatkan matanya lalu mendengkus."Kamu memang iblis berwujud manusia!" maki Sere menarik selimut lalu melangkah perlahan menuju kamar mandi, Faresta tersenyum jahat melihat gaya berjalan istrinya.&nbs

  • Istri 5 milyar   29 - Obat yang ditukar

    29 - Obat yang ditukar"Maaf Yah, tadi Sere tidur," balasnya pelan."Enak ya, tidur-tidur. Mana uang yang mau kamu transfer?" tanya Al dengan nada sedikit keras menahan amarah."Nanti Yah." Sere bingung harus menjawab apa."Nanti-nanti, pokoknya besok uang itu harus ada direkening Ayah!" geram Al lalu mematikan sambungan telepon secara sepihak."Apa yang harus kulakukan," gumam Sere memijit keningnya.***Matahari berganti bulan, Sere memandang langit malam yang terang hari ini. Ia memejamkan mata menikmati semilir angin berembus, lalu melihat bumantara lagi. Memikir ucapan sang Ayah yang menginginkan besok uang itu harus ada di rekeningnya membuat dirinya pusing.Sebuah lengan kekar melingkar di pinggang rampingnya, membikin terlonjak dan suara kekehan terdengar dari belakang."Kamu mengejutkanku, Tuann," geram Sere tetap pada posisi yang sama."Apakah kamu lupa, kamu mengganti panggilanku dengan sebutan apa?" tany

  • Istri 5 milyar   28 - Mencuri

    28 - Mencuri!Dari balik pohon Kanara berdiri, memandang bangunan megah yang dulu menjadi tempatnya berteduh. Tangan terkepal saat melihat sebuah mobil keluar, tetapi ia masih ragu untuk menampakkan diri saat mengingat kejadian di mansion Faresta. Ia melangkah mendekat lalu masuk ke sana, tanpa dihalangi oleh orang - orang karena mereka belum tau jika dia hendak diceraikan."Nyonya baru pulang?" sapa pelayan saat melihat Kanara berjalan menaiki tangga menuju kamarnya."Hmmmm." Kanara hanya berdehem dan menoleh sekilas tanpa berhenti melangkah, perlahan ia membuka pintu lalu masuk sedangkan pelayan yang bertanya tadi sudah pergi.Dirinya mengembuskan napas lega saat sampai kamar, dihempaskan tubuh ke kasur yang sangat empuk. Memejamkan mata lalu bangkit lagi, melangkah menuju lemari mengambil beberapa perhiasan miliknya. Hari ini dia nekad ke sini karena uang telah habis tak tersisa, dengan penuh harapan benda mahal ini belum diambil ternyata b

  • Istri 5 milyar   27 - Panggilan baru

    27 - Panggilan baru"Kenapa kamu diam saja Sere, kamukan sudah janji sama Ibu tadi mana," tegur Desti menatap tajam anaknya bak elang memandang mangsa."Ibuuuuu, astaga sudah jam segini. Pasti kamu harus ke kantor, ayoo cepat!" ujar Sere mengalihkan topik ia pamit dengan cepat dan mendorong Faresta agar berjalan."Heyyy, sudah dorongnya. Kita udah sampe ke parkiran," tutur Faresta terkekeh geli lalu berbalik memandang istrinya."Kenapa menatapku seperti itu!" ketus Sere mengalihkan matanya ke samping tidak ingin bertabrakan dengan manik Faresta."Ayo cepat! masuk mobil. Kamu akan aku antarkan ke rumah," kata Faresta lalu masuk tanpa membukakan pintu untuk Sere."Menyebalkan sekali," gerutu Sere lalu membuka pintu dan menutupnya lagi terdengar suara benda itu dikunci membuat Sere memandang suaminya."Kenapa pake segala dikunci," seru Sere spontan Faresta yang menyalakan mobil menoleh memandang istrinya."Memangnya kenapa,

  • Istri 5 milyar   26 - Tamparan

    26 - TamparanSere bangun pagi - pagi ia lekas membersihkan diri lalu pergi ke kantin untuk mengisi perut yang bergejolak minta diisi sedari tadi."Ahhh, kenyangnya." Sere mengelap bibirnya lalu cepat membayar."Mendingan aku belikan Ibu buah saja, pasti dia senang." Senyuman itu selalu terbingkai semenjak berbincang dengan Desti, dengan riang ia melangkah pergi menyebrang jalan untuk membeli buah - buahan."Aishhh, beruntung aku masih memiliki uang," ujar Sere memandang dompetnya, ia lekas memilih buah dan membelinya.Setelah membeli buah, Sere langsung ke rumah sakit dan cepat ke ruangan Ibunya. Saat membuka pintu pendengarannya menangkap suara tamparan membuat melebarkan akses masuk lalu matanya membulat saat melihat sang Ibu tengah memegang pipi."Apa yang kamu lakukan!" Teriak Sere penuh kebenciaan, ia mendekat dan mendekapan Ibunya."Dia pantas menerimanya, karena tak menuruti keinginanku," seru Al bersidekap dengan

  • Istri 5 milyar   25 - Jalang!

    25 - Jalang!"Sudahlah, Tuan. Kalau kamu ingin pergi, pergi saja," usir Sere dengan nada kesal, ia mengerucutkan bibirnya sambil menghentakan kaki.Faresta mengulas senyum tipis melihat tingkah istrinya, lalu menoleh memandang ibu mertua yang menggelengkan kepala."Ibuu, aku pamit dulu ya," ucap Faresta dibalas anggukan Desti."Hati - hati, Nak." Faresta mengangguk sebagai jawaban lalu melangkah keluar menghilang dari balik pintu."Sereee," panggil Desti membuat wanita itu menoleh memandang Ibunya."Kenapa kamu memanggil suamimu Tuan, kamu jadi seperti bawahannya," seru Desti memandang anaknya bingung."Lalu aku harus memanggil apa, Buu," balas Sere menghempaskan bokongnya di kursi.Aku memang bawahannya, aku akan ditendang jika sudah selesai melakukan tugasku," lanjut Sere dalam hati tanpa sadar meremas baju yang ia pakai.Desti menepuk bahu Sere, membuat perempuan itu mendongak memandang Ibunya. "Ada apa Bu?" tanyanya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status