Kaylee berlalu menyambar tasnya yang teronggok di meja. Wajahnya dipenuhi kecemasan akan keadaan sang tunangan yang saat ini sedang kritis.
"Mau kemana kamu?" tanya seorang pria yang melihat wanita itu sudah bersiap-siap hendak pergi."T-tuan Smith!" ucapnya terkejut.Pria yang menjadi bosnya itu menatapnya tajam. "Mau kemana? Ini masih jam kerja! Layani pelanggan diluar. Aku membayarmu untuk bekerja, bukan untuk bersantai di sini!" sinisnya dengan dingin."T-tuan aku mohon izinkan aku pulang. Ada hal penting yang harus aku urus!"Kaylee mengiba dengan raut wajah sendu. Ia sudah memiliki feeling jika bosnya itu pasti tidak akan mengizinkan. Maka dari itu ia berniat untuk pulang tanpa izin, tapi Tuan Smith malah mengetahui tindakannya."Kamu pikir, ini club' milikmu! Kembali bekerja, jangan membuatku marah!"Kaylee menghela napas berat. Bagaimana caranya ia bisa segera pergi ke Rumah sakit. Bayangan Axel tergolek lemah terus memenuhi pandangannya saat ini."Tuan, aku mohon sebentar saja! Aku berjanji akan segera kembali!" pinta Kaylee masih mengiba."Sudah kubilang tidak, ya' tidak! Diluar, tamu sangat banyak. Bagaimana bisa kamu mau pergi, sementara club' sedang ramai. Di mana otakmu!"Bentakan itu terdengar menggema. Para pelayan lainnya nampak tidak peduli dan tak ingin ikut campur. Sudah menjadi hal umum jika Tuan Smith akan marah-marah seperti itu. Mengingat peraturan di club tempatnya bekerja sangat ketat.Melirik benda yang melingkari pergelangan tangannya, Kaylee menjawab, "Maaf Tuan, untuk kali ini aku benar-benar harus pergi. Dengan atau tanpa izin Tuan Smith!"Kaylee berlalu begitu saja membuat Tuan Smith terkejut. Pria itu tampak sangat marah karena ucapannya sudah di abaikan oleh Kaylee."Kaylee, berhenti! Sekali saja kamu keluar dari club' ini, kupastikan kamu akan menyesal."Pria itu terus berteriak, namun Kaylee menulikan telinganya. Tak ada yang lebih penting baginya, selain keselamatan Axel, pria yang ia cintai.******Dengan langkah cepat, Kaylee berlari melalui lorong rumah sakit, hatinya penuh kegelisahan. Tujuannya agar segera sampai menuju kamar Axel, tunangannya, yang sedang berjuang melawan kanker darah yang mengancam nyawanya."Ya Tuhan, lindungi Axel!" lirih Kaylee terus mempercepat langkahnya.Sedikit terhuyung dan hampir saja terjatuh, ia akhirnya sampai di depan kamar Axel di rawat. Menatap sendu di kaca, bagaimana para perawat dan Dokter itu begitu panik dan sibuk mengurus tunangannya.Air mata kembali mengalir di pelupuk mata. Rasa sesak kian menggelayuti jiwanya. Perasaan takut kehilangan seketika hadir dalam dirinya. Tak henti-hentinya Kaylee berdoa untuk keselamatan pria yang ia cintai."Ya Tuhan tolong jangan buat Axel terus menderita seperti ini. Jika boleh meminta sesuatu, lebih aku yang ada di sana!"Kaylee tergugu--menangis tak tega melihat kondisi Axel. Beberapa alat medis terpasang di tubuhnya. Sedangkan pria tampan dengan wajah teduh itu enggan membuka matanya.Pintu terbuka, dengan langkah cepat, Kaylee menghampiri Dokter yang baru saja keluar dari kamar rawat Axel. Wajahnya penuh kecemasan."Dokter, bagaimana keadaan Axel? Apa semuanya baik-baik saja?" tanyanya tak sabar hingga air mata terus mengalir dari pelupuk matanya.Dokter menatap Kaylee dengan serius. "Keadaannya sangat kritis. Operasi harus segera dilakukan hari ini juga, untuk menyelamatkan nyawanya!"Kaylee terkejut mendengar jawaban Dokter tersebut. Tatapannya terpaku pada Dokter, kekhawatiran dan ketakutan melukis wajahnya cantiknya."T-tapi, bukankah operasinya akan dilakukan satu minggu lagi, Dok!" tanyanya Kaylee masih sangat syok.Sebelumnya Dokter sudah mengatakan jika satu Minggu lagi adalah jadwal operasi AxelNamun, keadaan Axel yang tiba-tiba memburuk, membuatnya harus segera dioperasi hari itu juga."Keadaan pasien tidak bisa lagi menunggu. Kalau tidak, nyawa yang akan menjadi taruhannya! Jika anda setuju, silakan urus administrasinya!" jawab Dokter itu berlalu meninggalkan Kaylee yang terpaku ditempatnya.Tubuh wanita cantik itu luruh ke bawah. Ia memeluk lututnya sembari menenggelamkan kepalanya. Hatinya begitu sesak, ketika penderitaannya tak kunjung berakhir.Ia beranjak dan kembali menatap Axel di kaca jendela. Pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu harus tergolek lemah di atas brankar karena penyakit yang menggerogoti tubuhnya."Biaya operasinya sebesar 500 juta!"Kaylee memejamkan matanya ketika ucapan perawat kembali terngiang di telinganya. Ia pikir, ia masih mempunyai waktu satu Minggu untuk mencari biayanya. Tetapi, tiba-tiba saja Dokter mengatakan kalau operasinya harus segera di lakukan.Bagaimana Kaylee bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam kurun waktu yang cepat? Ia dan Axel tidak memiliki orang tua karena keduanya hidup di panti asuhan sejak kecil. Tidak ada seorangpun yang Axel miliki, selain dirinya."Aku akan membayarmu! Kamu tinggal katakan berapa nominalnya!"Ucapan Kenzo tadi di club' membuat Kaylee tersadar. Seketika harapan terpancar dari wajahnya."Tuan Kenzo, dia pasti bisa membantuku!"Tiba-tiba Kaylee menghentikan langkahnya dan terlihat ragu. "Haruskah aku menjual kehormatanku? Tuan Kenzo pasti memintaku untuk tidur dengannya!"Ia menundukkan kepalanya. Pilihannya begitu sangat sulit. Namun, keadaan yang terdesak memaksanya untuk berkorban lebih jauh."Aku tidak peduli jika jalannya harus seperti itu. Yang terpenting Axel bisa segera di operasi!"Kaylee berlalu meninggalkan kamar rawat Axel. Ia berniat kembali ke club' tempatnya bekerja. Tidak memiliki pilihan lain, Kaylee berniat menerima tawaran Kenzo asal pria itu mau membayarnya.Cukup lama di perjalanan, wanita yang memakai rok hitam dan kemeja putih itu segera masuk ke dalam."Semoga Tuan Kenzo masih di sini!"Kaylee mengedarkan pandangannya mencari sosok pria tampan yang tadi menawarkan untuk tidur dengannya. Namun, sepanjang mata memandang, Kaylee tidak menemukannya.Ia menghampiri temannya yang sibuk melayani pelanggannya. "Vi, apa Tuan Kenzo sudah pulang!"Wanita yang memakai seragam seperti dirinya itu menoleh, "Dia baru saja masuk ke dalam kamar. Mungkin sedang istirahat!""Kamar nomor berapa?" desak Kaylee tak sabar hingga Vivi mengernyit heran."Tadi kulihat kamar nomor 5! Memangnya ada ap ....."Belum sempat Vivi melanjutkan pertanyaannya, Kaylee sudah meninggalkannya dengan langkah tergesa-gesa.Wanita itu menyusuri deretan pintu kamar tempat para pelanggan club yang ingin melakukan lebih dengan para wanita."Kamar nomor 5. Ya, ini kamarnya!" Kaylee menarik napasnya dalam-dalam dan segera mengetuk pintu.Cukup lama menunggu, tak ada tanda-tanda pintu dibuka. Kaylee kembali mengetuknya namun, tetap saja pintu seolah enggan untuk dibuka."Ya Tuhan, kenapa Tuan Kenzo tidak membuka pintunya?"Tak mau menunggu lama lagi, sekuat tenaga Kaylee mendorong pintu kamar dengan kasar hingga pintu yang tidak di kunci itu terbuka lebar."Tuan Kenzo!"Seketika mata Kaylee terbelalak saat pemandangan di depannya membuat matanya ternodai. Ia langsung memalingkan wajahnya ke arah lain."Apa yang kamu lakukan, hah?"Bentakan Kenzo membuat Kaylee terlonjak. Dengan perlahan, ia menolehkan wajahnya kembali ke depan, menatap Kenzo yang saat ini sedang bertelanjang dada di atas ranjang, dengan seorang wanita di sebelahnya."Tuan, aku .... aku, aku mau ....""Tuan, aku ... aku mau ...." Kaylee berkali-kali meremas jemarinya karena gugup. Mencoba untuk meyakinkan dirinya, ia menatap Kenzo yang sedang menyandarkan kepalanya di ranjang. Pria itu bahkan terus memperhatikan Kaylee yang hanya berdiam diri memantung dengan keadaan yang kacau. "Tuan, aku, aku mau menerima tawarnamu tadi. Aku mau, mau tidur denganmu asal anda membayarku!" Akhirnya perkataan itu keluar dari bibir Kaylee. Ia masih meremas jemarinya dengan gugup. Tubuhnya bergetar, takut dengan apa yang baru saja ia ucapkan. Cukup lama terdiam, tawa Kenzo membuatnya mendongak. Pria Itu menatap sinis dirinya dan melemparkan tatapan mengejek. "Kamu pikir, tawaran itu masih berlaku sekarang?" jawabnya dengan wajah dingin dan mencemooh. Kaylee meneteskan air matanya ketika ucapan Kenzo membuatnya khawatir. Jika Kenzo menolaknya, kemana lagi ia harus mencari uang sebanyak itu untuk biaya operasi Axel. "Tapi, Tuan bukankah anda tadi ...." "Itu tadi, tidak sekarang. Aku sudah tidak
Limousine berwarna hitam itu sudah menunggu di depan club malam. Satu orang bodyguard membukakan pintu dan Kenzo masuk ke dalamnya. Sedangkan, Kaylee masih terpaku di tempat karena bingung harus melakukan apa!"Kenapa masih berdiri, masuklah!" titah Kenzo menoleh pada Kaylee."Kita mau kemana, Tuan!" tanyanya ragu dan ketakutan."Nanti kamu akan tahu. Sekarang masuk dan jangan membuang-buang waktuku!" geramnya dengan kesal."Silakan, Nona!" ucap salah satu Bodyguard yang masih membuka pintu Limousine.Karena tidak mau membuat Kenzo marah, akhirnya kaylee masuk dan pintu di tutup. Limousine itu meluncur dengan cepat di jalanan yang lengang.Sepanjang perjalanan, Kenzo hanya diam tanpa menoleh sedikitpun. Sedangkan, Kaylee menatap keluar jendela dengan pikiran yang tak menentu.Ia pasrah, jika kehormatannya harus ia serahkan pada Kenzo. Yang jelas, ia harus mendapatkan uang malam ini juga, tak mau keadaan Axel bertambah parah karena terlalu lama menunggu.******Setelah menempuh perjalan
"Pembayaran biaya operasi atas nama Tuan Axel Anderson sudah lunas. Terima kasih!" ucap seorang petugas administrasi di Rumah sakit tempat Axel dirawat.Dengan perasaan lega Kaylee berusaha menarik nafas ketika beban berat yang ia tanggung akhirnya usai. Air mata kembali menetes, berharap Axel segera sembuh dan pengorbanannya tidak sia-sia.Kaylee melangkahkan kakinya menuju kamar rawat Axel, diikuti oleh dua orang bodyguard suruhan Kenzo yang setia mengawal dari belakang. Langkahnya tetap tegar meskipun situasi yang dihadapinya penuh dengan ketidakpastian.Ia hanya bisa menatap di kaca, bagaimana para perawat itu mempersiapkan alat-alat medis untuk memindahkan Axel ke ruang operasi. Matanya yang teduh masih setia terpejam. "Axel!"Kaylee beranjak saat brankar yang membawa tubuh Axel keluar dari kamar rawat dan didorong oleh para tenaga medis. Ia memegang tangan Axel dengan penuh kesedihan."Axel, kamu harus sembuh! Aku akan sel
"Jadi, hari ini aku akan menikah?" Kaylee kembali mengulang pertanyaannya."Iya Nona! Memangnya Nona tidak ingat?"Tiba-tiba saja Madam Marina terkekeh sendiri membuat Kaylee semakin heran dibuatnya."Biasa, kalau mau pengantin baru memang begitu, Nona! Mungkin yang dipikirkan adalah malam pertama, sampai lupa dengan hal lainnya!""Malam pertama!"Ingatan Kaylee kembali pada perjanjiannya dengan Kenzo. Di mana ia akan menikah dengan Kenzo dan menjalani perjanjian yang sudah di sepakati. Madam Marina menghentikan tawa kecilnya dan kembali dengan wajah serius, "Maafkan saya, Nona! Mari kita mulai jangan sampai Tuan Kenzo marah karena terlalu lama menunggu!"Madam Marina menyuruh Kaylee membersihkan diri di kamar mandi dan setelah itu memakai gaun yang sudah ia bawa.Kaylee menatap pantulan dirinya di depan cermin. Tubuhnya yang ramping berbalut gaun putih nan mewah terlihat sangat sempurna. Namun, wajahnya tidak
Kini, Kenzo dan Kaylee sudah berada di kamar hotel setelah pulang dari gereja tempat mereka mengikat janji suci. Tidak ada pesta apapun. Karena pernikahan ini hanya sebuah kesepakatan. Kaylee sendiri tidak berharap lebih. Yang ia inginkan hanya waktu cepat berlalu, agar ia bisa terbebas dari Kenzo.Melihat wanita yang ia nikahi hanya diam saja di atas ranjang, Kenzo mendekat. "Aku mau mandi! Saat aku keluar nanti, aku mau kamu sudah mengganti gaun dengan lingerie itu!" ucapnya berlalu begitu saja membuat Kaylee terperanjat. Setelah Kenzo pergi ke kamar mandi, Kaylee menoleh dan pandangannya tertuju pada lingerie merah yang tergeletak di atas ranjang tak jauh darinya."Haruskah aku memakai ini?" gumamnya benar-benar merasa gugup dan sedih karena sebentar lagi kesuciannya akan ia serahkan pada Kenzo.Dengan pelan, ia meraih lingerie tersebut. Jantungnya berdegup kencang. Kaylee beranjak dari tempat tidur, dan terlihat ragu karena takut Kenzo akan melihat saat ia mengganti gaunnya.Mend
"Aaargghhh!"Kenzo menghentikan gerakannya sebentar, menatap Kaylee yang kini menangis di bawah tubuhnya. Perlahan, ia mulai bergerak kembali hingga teriakan Kaylee mereda.Ia menyeringai saat wanita itu kini hanya bisa memejamkan mata dan pasrah oleh keadaan. Tidak bertanya untuk siapa uang yang ia berikan. Karena baginya itu tidak penting. Yang jelas, Kenzo bahagia karena Kaylee mau menerima tawarannya. "T-tuan, ini rasanya sangat sakit sekali, Tuan!" racau Kaylee mencengkeram pundak Kenzo dengan kuat.Kenzo tak menjawab perkataan wanita itu, ia sibuk dengan gairahnya yang sudah semakin memuncak! Bahkan cakaran Kaylee dipundaknya, seolah tak ia rasakan karena yang ia alami saat ini terlalu nikmat untuk di ungkapkan dengan kata-kata."Shit!" Kenzo mengumpat ketika semakin lama tubuh Kaylee, semakin membuatnya kecanduan.Cukup lama bergerak dan menjadi pemimpin, Kenzo akhirnya bisa mencapai pelepasannya. Pria itu terkulai lemas di atas tubuh Kaylee. Sedangkan Kaylee, hanya bisa menang
Dengan hati yang hancur, Kaylee meremas selimut di sekeliling tubuhnya, mencoba keras untuk menahan tangisnya agar tidak terdengar oleh Kenzo. Kenzo bergerak dengan santainya, tidak peduli dengan perasaan Kaylee. Kenzo segera mengenakan pakaiannya tanpa sepatah kata pun, seolah-olah melupakan keberadaan Kaylee begitu saja. Ia telah membayar Kaylee, jadi mau tidak mau Kaylee harus menuruti perintahnya."Jangan menangis! Bukannya ini yang kamu mau?""Kamu sudah mendapatkan uangmu, maka biarkan aku mendapatkan hakku! Aku menyentuhmu setelah menikah, walaupun pernikahan ini hanya sebuah kesepakatan!" ucap Kenzo yang tahu jika wanita itu menangis karena bahunya berguncang.Kaylee mengusap kasar air matanya, kemudian bangkit sembari mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia berbicara pada Kenzo. "Tuan, aku mohon izinkan aku ke rumah sakit sebentar saja! Anggap saja kalau aku hanya ingin mengucapkan selamat perpisahan pada Axel!"Dengan berat hati Kaylee berbicara seperti itu. Ia berhar
Kaylee menatap wajah teduh pria tampan di depannya. Ia terus memegang tangan Axel, seperti tidak ingin melepaskannya."Bagaimana kabarmu?" tanya Kaylee sambil menggenggam erat tangan pria yang masih setia memejamkan matanya."Mungkin setelah ini aku tidak bisa menemanimu lagi," ucap Kaylee dengan suara lemah, mengungkapkan rasa sakit dan keputusasaan yang terlalu berat untuk diucapkan.Air mata mulai mengalir di pipinya. Dia berusaha menahan rasa sakit dan kehilangan yang melanda dirinya. Namun, dia tahu dia harus tetap kuat untuk Axel. Walaupun Kaylee tahu, saat ini dia sudah tidak pantas untuk Axel. Tetapi harapan itu tetap ada, meskipun hanya setetes air."Sekali lagi maafkan aku, Axel! Setelah sembuh nanti, aku harap kamu bisa menjalani hidup ini dengan baik tanpa aku!"Dengan susah payah, Kaylee menyeka air matanya dan berusaha untuk tetap tersenyum, walaupun dia tahu Axel tidak bisa melihatnya. Tetapi, Kaylee yakin pria itu bisa men