Beranda / Romansa / Istri Badas VS Pelakor Keji / 6. Perempuan tak ku kenal

Share

6. Perempuan tak ku kenal

Penulis: Dentik
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-08 00:48:21

Aku cukup lama di rumah Oma. Ketika jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Aku dan Aiden berpamitan untuk pulang. Oma memberikan oseng-oseng pare dan kotak hitam. Aku tidak tau isi dari kotak hitam itu.

"Ini buat kamu ya Cantik. Dijaga baik-baik ya."

Aku mengangukkan kepala. Setelah itu mencium tangan Oma, begitupun Aiden. Kamu pun pergi meninggalkan rumah oma.

Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamar.

Lalu aku bermain game sampek isya, setelah sholat aku mandi dan turun ke bawah. Kulihat Aiden sedang telfonan. Aku langsung ke washtafel buat cuci tangan. Ternyata semua makanan sudah disiapkan. Aku duduk didepan aiden. Aiden mematikan telponnya.

“Udah?” tanyaku.

“Udah.”

“Yaudah yuk makan.. jangan lupa berdoa,” kataku sambil mengambil nasi.

“Ambilin aku juga dong,” kata Aiden.

“Ogah,” jawabku ketus.

“Kan kamu yang ajak aku makan. ”

“Ya trus? Kalo males ambil sendiri yaudah sana pergi ngapain disini.”

Aiden Cuma pasang muka masam. Lalu kita makan dengan diam, setelah selesai makan. Aku ambil piring kotor Aiden dan membawanya ke dapur untukku cuci, setelah itu aku kembali duduk di depan Aiden. Aiden sedang bermain hp. Aku lihat dari tadi ada notif panggilan berkali-kali, tapi tidak diangkat ketika dia sedang makan.

“Emm… Aiden” aku panggil dia.

“Hm,” sahut dia sambil mematikan hp nya.

“Besok aku pergi jalan-jalan ya,” ucapku.

“Kemana?”

“Gak tau, pokoknya jalan-jalan.”

“Gausah lah.”

“Aku pergi sendiri, gak usah kamu antar.”

“No.”

“Kalo adopsi kucing?”

“No.”

“Hm…aku bosen, gaada temen”

“Emang biasanya kamu ada temen?”

“Enggak. Tapi aku punya banyak kucing.”

“Temen sama kucing itu beda,” sewot suamiku super nyebelin.

“Sama aja kok.”

“Sama nya dimana?” Alisnya semakin tertaut rapat.

“Sama-sama nemenin aku.”

“Hahaaa…, tapi kan gak bisa diajak ngomong.” Deretan giginya terlihat sangat rapi. Namun, reaksinya membuatku semakin dongkol. “Bisa kok.”

“Mana bisa?” Ia semakin mengejekku.

“Bisa, kamu aja yang gak pernah ajak omong kucing.”

“Emm.. emang biasanya kamu ngomongin apa sama kucing?”

“Banyak.”

“Contohnya?” Entah kenapa, dia seakan exited dengan jawabanku.

“Emm.. biasanya aku panggil kucingku baby kalo gak gitu namanya. Contohnya nih.’baby udah makan?’ kalo kucingnya diem berarti udah, tapi kalo meong-meong berarti belom, trus biasanya kucingku masuk kekamarku sama meong-meong, berarti dia marah soalnya belom dikasih snack, biasanya aku tanya’kamu mau snack?’ kucingku pasti bilang meong sambil bikin matanya bulat gitu, jadinya lucu. Kadang kalo tengah malem aku parno habis liat video horror trus pengen poop aku ajak kucingku.” Aku berusaha meyakinkannya.

“Kamu ajak dia masuk ke WC?”

“Ho oh, kadang kalo gak aku ajak dia sendiri yang nyamperin aku trus meong-meong nyariin aku di depan pintunya.”

“Ihh jorok.. ” lelaki itu bergidik.

“Enggak lah, kalo habis dari wc aku lap tisu basah yang anti bakteri.”

“Tetep aja.”

“Enggak, aku juga rutin mandiin.”

“Hihh.”

“Tau ah.” Aku langsung membuang muka. Rasanya kesel banget.

“Hm...”

Aku langsung berdiri.

“Mau kemana?” tanya Aiden dengan mata melirik ke arahku.

“Kamar.”

“Ngapain?”

“Terserah aku lah mau ngapain.”

“Aku ikut ya?”

 permintaan itu membuatku risih. “Ngapain?”

“Ya ikut aja”

“No!” aku jalan menuju kamar ku.

Tiba-tiba aku ingat sesuatu. Gelangku..

Aku cari dikamar, tidak ada. Apa diabawa aiden ya? Aku keluar kamarku dan mencari Aiden.

Aku lihat dulu di ruang makan. Ternyata tidak ada. Apa dikamar?

Aku ketuk pintu kamarnya.. tapi tidak ada balasan. Aku cari kebawah, ke ruang tamu. Kayaknya memang disana, aku kesana.

“Aidenn.. ” sambil buka pintu, antara ruang tamu dan ruang tengah memang ada pintunya. Aiden menoleh, aku melihat ada perempuan, seumuranku. Dia sedang menggandeng tangan Aiden, aku yang melihatnya hanya bisa mengangkat satu alis aku. Aku lihat aiden buru-buru melepas tangannya. Perempuan ini melihatku dengan tatapan sinis, aku tau.. dari gerak-gerik dan postur tubuh yang dia lakukan itu menunjukkan kalo dia tidak suka dengan kehadiranku. Tapi gak tau juga sih, menurutku gitu.. Siapa perempuan ini..

“Ya ?” jawab Aiden dengan cemas.

“Enggak nanti aja, lanjutin.” aku langsung balik menutup pintu.

___

Aku menunggu Aiden di ruang tengah. Beberapa menit kemudia Aiden menghampiriku, aku lihat muka nya masih menunjukkan bahwa dia cemas.

“Ada apa?”

“Aku nyari kotak hitam tadi yang dikasih oma. Kamu yang bawa?”

“Iya, bentar aku ambilin.” Dia pergi menuju kamarnya. Aku tetap duduk di sofa. Lalu Aiden kembali sambil membawa kotak gelangku.

“Nih..”

Thanks.” Aku berdiri hendak ke kolam renang. Tiba-tiba teringat sesuatu. ”Aiden besok aku tetep pergi, beli kulkas kecil mau aku taruh di kamarku.”

“Aku antar, jam berapa?”

“Gak usah. Aku bisa pergi sendiri.”

“Enggak, aku antar.”

“Emm okey jam 9.”

“Okey.” aku langsung menuju kolam renang, dan duduk di kursi santai pinggir kolam. Aku panggil white.

“White..”

“Errmm…” itu suara white.

“Come on white.” Maaf banget kalo Bahasa inggrisku jelek. White menghampiri ku dan aku mengelus-elus kepalanya. Lalu dia tiduran dipangkuanku, hanya kepalanya saja. Tiba-tiba aku mendapatkan sinyal, ini pasti titik penjagaku. Ohh ya aku punya penjaga juga, salah satunya ini si titik. Bentuknya seperti kuntilanak tapi lebih manusiawi, dia cantik. Tapi sedikit agresif, beberapa waktu lalu dia pamit ke aku kalau dia ada tugas lain. Aku mengizinkannya, sebenernya tanpa dia bilang ke aku itu pun gamasalah. Tapi white merasa terancam dengan kehadiran si titik ini.

“white . tenang.. please, itu teman aku.” white masih tetap waspada. Aku mengelus-ngelus kepalanya.

“It's okay Baby. Don’t worry.” Akhirnya white lebih tenang.

“Assalamualaikum.” sapa ku ke Titik

“Walaikumsalam.” jawab titik

“Gimana?”tanyaku

“Sudah selesai. Dapat salam dari ratu," kata titik

“Waalaikumsalam.”

“Gelang nya sudah kembali.”

“Kamu tau?”

“Iya, Raden Ayu pake pas SMP dulu.”

“Emm..” jawabku sambil mikir. Tapi iya sih. Anehnya kok tiba-tiba bisa di Oma. Kok bisa ya?

Lalu titik menghilang. Dia berkeliling melihat rumah Aiden, aku tau dia mencari tempat yang pas untuk dia beristirahat. Aku liatin gelang ini. Dan kotak ini aneh banget, keliatan udah tua banget kotaknya, anehnya tiba-tiba ada namaku.

Enak nya aku pake apa enggak ya? Pikiran ini berputar berkali-kali sambil aku melihat bintang-bintang dilangit. Ahh.. mending aku tanya ayah aja.

‘Ayah.. ini gelangku yang dulu kan?’ aku kirim + pap an gelang.

‘Iya. Ketemu dimana?’

‘Rumah Oma Aiden. Mending aku pake apa enggak?’

‘Terserah kamu, gak dipake juga gapapa, pake aja kalo merasa perlu’

‘Okey. Ayah vc ya?’

‘Iya.’

Aku langsung vc ayah.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

“Yah liaten.” Aku arah in kamera ke white

“Hmm.. punyamu belom balik?”

“Belom, Cuma titik yang balik.”

“Gimana? Betah disana?”

“Emm.. ya betah sih.”

“Makan yang bener, masih minum obat?”

“Iya”

“Yaudah, jaga diri baik-baik ya. Ayah ada tamu. Kapan-kapan telpon lagi.”

“Okey”

Sambungan telepon pun mati. Aku pun kembali ke dalam rumah. Aku liat Aiden sedang minum kopi. Aku langsung menuju kamar.

Ngapain ya enaknya? Make up-make up an lagi aja, udah lama gak live streaming.

 Aku memilih-milih baju di lemari. Semua bajunya terlalu…. Glamor. Udah deh pake seenaknya. Aku memilih dress dengan singlet tipis, tapi aku kasih cardigan biar bisa buat story. Aku pengen make up kayak jukyung di wb. aku menyalakan live i* ku di ponsel satunya. Aku punya dua. Ini yang biasa aku pake emang buat privasi, tapi kalo yang satunya ini memang buat update-update story. Sekali buka banyak banget notifnya. Emang udah lama aku gak buka akun medsosku yang ini. Aku langsung live streaming.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   END

    Dokter itu tertawa lembut, seolah ingin menenangkan kami. "Dea, hasil tes menunjukkan bahwa kamu hamil. Kamu berada dalam kondisi yang sangat baik, meskipun sempat mengalami mual dan kelelahan. Namun, jangan khawatir. Kondisi ini sangat normal, terutama jika ada perubahan fisik atau emosional."Aku terdiam, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Hamil? Aku hamil? Pikiranku terasa berputar. Tidak ada yang pernah menyebutkan ini sebelumnya, dan tentu saja, aku tidak pernah memikirkan hal ini."Aiden." aku berbisik, suaraku gemetar. "Aku hamil?"Aiden menggenggam tanganku lebih erat. "Iya, Sayang. Kamu hamil. Ini berita yang luar biasa, kamu jangan cemas. Kita akan menghadapinya bersama-sama."Aku terdiam, merasakan campuran perasaan yang sangat dalam. Di satu sisi, ada kebahagiaan yang tak terlukiskan, namun di sisi lain, aku merasa cemas. Bagaimana kami akan menjalani semua ini? Apa arti semua ini untuk kami? Dan yang terpenting, apakah kami siap dengan segala perubah

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   139

    Dengan langkah yang berat, Aiden menarikku pergi dari pinggir sungai yang seakan berusaha menahan kami. Aku bisa merasakan kekuatan Alam Pusaka yang menahan kami, seolah tempat ini tidak ingin kami pergi begitu saja. Suasana yang tadinya penuh keindahan kini terasa penuh dengan ancaman yang tak terduga. Namun aku percaya pada suamiku, dan aku tahu, ia tidak akan membiarkan aku terluka.Akhirnya, setelah perjuangan panjang, kami tiba di batas Alam Pusaka, tempat yang menjadi pemisah antara dua dunia. Keindahan yang dulu kurasakan kini perlahan memudar, digantikan oleh rasa lega yang datang saat kami kembali ke dunia manusia.Tiba-tiba, aku merasakan tubuhku sedikit lebih baik. Rasa mual yang semula mengguncang perlahan mulai hilang, dan aku bisa merasakan kembali kekuatan dalam tubuhku. Aiden melepaskan pelukannya, meskipun aku bisa merasakan ketegangan yang masih ada di tubuhnya."Kita sudah kembali," katanya dengan suara yang lebih tenang, namun masih terdengar kelelahan. "Tapi aku r

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   138

    Selama di Alam Pusaka. Aku bisa melihat keindahan yang tidak bisa kulihat selama di dunia manusia. Meskipun aku tidak bisa melihat Aiden secara jelas, setidaknya aku bisa melihatnya dalam bentuk bayangan. "Aku senang sekali melihatmu berlari dan menari seperti ini, Sayang. Ada perasaan sedih juga karena biasanya aku yang membantumu melakukan aktivitas sehari-hari. Di sini, kamu bisa melakukannya sendiri," ucap suamiku lembut, suaranya mengalir seperti aliran sungai yang jernih di depan kami, menenangkan sekaligus menghangatkan.Kami duduk di pinggir sungai yang indah, airnya yang jernih mengalir begitu tenang. Suasana ini begitu damai, dan aku merasa seolah dunia ini hanya milik kami berdua. Di sini, aku tidak merasa terbebani oleh keterbatasan penglihatanku. Alam Pusaka, dengan segala keajaibannya, memberiku kebebasan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku bisa merasakan udara yang lebih segar, aroma bunga yang jarang ditemukan di dunia manusia, dan setiap detik terasa begitu b

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   137

    Pagi itu, di ruang tamu yang hangat, suasana terasa berbeda. Aiden, suamiku duduk di depan keluarga besarnya, seakan hendak mengungkapkan sesuatu yang penting. Aku berada di sampingnya dengan tenang, meski tampak sedikit cemas. Keluarga sudah berkumpul, mendengar dengan penuh perhatian."Aiden, kamu tampaknya tidak seperti biasanya," kata Oma menyelidik situasi. "Ada apa? Kamu biasanya lebih ceria kalau bicara soal perusahaan."Aiden menarik napas dalam-dalam. "Aku dan Dea akan pergi berbulan madu," ucapnya dengan nada yang mantap, tetapi ada keraguan yang samar terbersit. Semalam kami sudah mengobrol, dan ia sempat mengungkapkan keresahan. Takut kalau tempat itu akan menstimulus traumaku. Namun, aku meyakinkannya. karena di sana aku bisa melihat pemandangan banyak hal karena diselimuti alam gaib. "Ke mana?" tanya Mama Rita, tertarik. "Ada tujuan spesial, Nak?""Alam Pusaka," jawab suamiku, membuat suasana hening seketika. Dea menundukkan kepala, berusaha menahan perasaan yang datang

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   136

    Malam itu, suasana ruang makan sudah penuh kehangatan. Aroma makanan khas keluarga memenuhi udara, membuat perutku yang tadinya gelisah kini mulai terasa lapar. Semua orang sudah duduk di tempatnya masing-masing, berbincang dengan riang. Aku dan Aiden datang terakhir, menambahkan kursi di sisi meja untuk kami berdua. Mama Rita langsung tersenyum hangat melihat kami. “Akhirnya kalian datang. Kami sudah hampir mulai, loh.” Aiden membantu menarik kursiku dengan lembut, memastikan aku duduk dengan nyaman sebelum ia duduk di sebelahku. “Maaf, kami agak terlambat,” katanya dengan nada santai. “Dea tadi masih butuh waktu untuk bersiap.” Andre yang duduk di ujung meja, bercanda sambil tertawa kecil. “Ah, Aiden. Kamu makin romantis saja.” Semua orang di meja tertawa, kecuali aku yang hanya bisa tersenyum gugup. Rasanya sulit menyesuaikan diri dengan perhatian sebanyak ini. Namun, Aiden, yang sejak tadi menggenggam tanganku di bawah meja, memberiku rasa percaya diri. Setelah semua mak

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   135

    Aku terdiam sejenak, merasakan pipiku mulai memanas mendengar ajakan Aiden. Suaranya begitu lembut dan menggoda, tetapi ada sesuatu di dalamnya yang membuat jantungku berdebar lebih cepat.“Aiden,” panggilku pelan, berusaha menyembunyikan rasa gugupku. “Kamu tahu aku tidak terlalu suka dengan ide itu. Lagipula, aku belum terbiasa dengan semua ini.”Aiden tertawa kecil, lalu duduk di sampingku. “Sayang, aku tidak memaksamu. Aku hanya ingin membuatmu nyaman. Setelah semua yang kita lalui, aku merasa kita pantas menikmati momen yang tenang bersama.”Aku merasakan tangannya menggenggam jemariku dengan lembut, seakan memberikan kehangatan yang menenangkan. “Kita tidak harus buru-buru, Dea. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku ada di sini, sepenuhnya untukmu.”Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk merespons. “Kamu terlalu manis, Aiden. Kamu bisa gendong aku?”Aiden terdiam sejenak, lalu aku mendengar tawanya yang lembut dan penuh kehangatan. “Tentu saja, Sayang

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   134

    "Titik!" pekikku tak sadar. Makhluk halus yang hendak pergi itu langsung berbalik ke arahku."Raden Ayu!" kagetnya. Dia kemudian berteriak. "Woy! Dalbo! Raden Ayu bisa melihatku!"Dalam hitungan sekejap sosok yang panggil pun datang. "Benar Raden bisa melihat kami?""Benar, Dalbo. Bagaimana kabar kalian.""Kami semua baik, Raden Ayu," jawab Dalbo. "Yang dikatakan Kanjeng Ratu benar-benar terjadi," ujar Titik. Aku bisa melihat bagaimana ekspresinya. Namun tiba-tiba seseorang keluar dari kamar mandi."Aiden?""Iya, Sayang?" ia mendekat ke arahku. "Kenapa masih memanggilku dengan nama? Panggil Sayang dong." Kemudian hendak menciumku, tetapi segera kutahan."Apa kamu tidak malu dilihat mereka?" cegahku karena Dalbo dan Titik terperangah melihat kami."Mereka?""Titik dan Dalbo. Mereka sedang di sini kan? Bahkan mereka terkejut melihat kamu mau menciumku."Aiden bergeming. "Kamu bisa melihat mereka? Bukannya Ayah bilang kalau kamu bahkan tidak bisa melihat apapun termasuk dunia gaib?""Se

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   133

    Aku menenggak salivaku dengan paksa. Saling mencintai? Waktu seakan berhenti saat tebakan tersebut terlontar padaku. Sedangkan Aiden tampak enteng menjawab pertanyaan tersebut."Aku memang cinta sama De, Oma. Tapi belum tentu dengan Dea." Pria itu melepaskan keluhan hatinya yang kukira tak akan dibahas lagi.Ruangan mendadak hening setelah pengakuan Aiden. Nahasnya aku pun gugup, "A-aku..." Kalimat itu menggantung, rasa bingung menderai kepalaku."Kalau begitu, kamu harus berjuang lebih cerdas lagi Aiden," sahut Oma. "Begitu ya, Oma?""Iya dong, Aiden. Zaman sekarang kerja keras doang kan nggak cukup," kekeh Oma."Siap, Oma!" ucap Aiden yang langsung berdiri. Entah apa yang dia lakukan, tetapi semua orang tergelak karea dia. Saat gemuruh tawa mulai mereda, Oma bertanya padaku dengan lembut."Dea," panggilnya lembut penuh kasih."Iya, Oma?""Apa kamu nyaman bersama Aiden?" Aku terdiam sesaat. Pertanyaan tersebut terasa tak membebankan dibandingkan sebelumnya. "Nyaman, Oma.""Syukurla

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   132

    "Gausah pegang-pegang istriku. Pegang istrimu sendiri sana!" nyolot Aiden. "Yaelah. Jabat tangan doang," balas Andre. Sayangnya aku cukup terkejut saat orang lain memanggil namaku. "Hai, Dea. Sudah lama tidak bertemu." Kali ini suaranya terdengar lembut. Itu adalah Ghiselle. Perempuan yang sebelumnya memusuhi dengan terang-terangan. Namun, hari ini aku merasakan frekuensi yang cukup nyaman daripada pertemuan terakhir kami."Iya. Ghiselle." Baru saja menjawab, "Iya Dea. Ak-" ucapan wanita itu terputus karena Mama Rita memanggil kami untuk segera bergabung ke ruang makan."Ayo, De," ajak Aiden kembali membawaku berjalan tanpa tongkat. Langkah kakinya yang lebar sudah ia kontrol mengikuti langkah kakiku. Aku bisa merasakan perubahannya yang sebelumnya kikuk menjadi sangat santai hari ini. Sepertinya ia sudah sangat cocok menjadi relawan untuk orang tuna netra sepertiku. Dia bahkan bisa mengingat detail kecil keperluan sehari-hari. Banyak hal yang ia rubah agar menjadi tempat inklusi ba

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status