Share

6. Perempuan tak ku kenal

Aku cukup lama di rumah oma. Ketika jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Aku dan Aiden berpamitan untuk pulang. Oma memberikan oseng-oseng pare dan kotak hitam. Aku tidak tau isi dari kotak hitam itu.

"Ini buat kamu ya Cantik. Dijaga baik-baik ya."

Aku mengangukkan kepala. Setelah itu mencium tangan Oma, begitupun Aiden. Kamu pun pergi meninggalkan rumah oma.

Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamar.

Lalu aku bermain game sampek isya, setelah sholat aku mandi dan turun ke bawah. Kulihat aiden sedang telfonan. Aku langsung ke washtafel buat cuci tangan. Ternyata semua makanan sudah disiapkan. Aku duduk didepan aiden. Aiden mematikan telponnya.

“Udah?” tanyaku.

“Udah.”

“Yaudah yuk makan.. jangan lupa berdoa,” kataku sambil mengambil nasi.

“Ambilin aku juga dong,” kata aiden.

“Ogah,” jawabku ketus.

“Kan kamu yang ajak aku makan. ”

“Ya trus? Kalo males ambil sendiri yaudah sana pergi ngapain disini.”

Aiden Cuma pasang muka masam. Lalu kita makan dengan diam, setelah selesai makan. Aku ambil piring kotor aiden dan membawanya ke dapur untuk ku cuci, setelah itu aku kembali duduk didepan aiden. Aiden sedang bermain hp. Aku lihat dari tadi ada notif panggilan berkali-kali, tapi tidak diangkat ketika dia sedang makan.

“Emm… Aiden” aku panggil dia.

“Hm,” sahut dia sambil mematikan hp nya.

“Besok aku pergi jalan-jalan ya,” ucapku.

“Kemana?”

“Gak tau, pokoknya jalan-jalan.”

“Gausah lah.”

“Aku pergi sendiri, gak usah kamu antar.”

“No.”

“Kalo adopsi kucing?”

“No.”

“Hm…aku bosen, gaada temen”

“Emang biasa kamu ada temen?”

“Enggak. Tapi aku punya banyak kucing.”

“Temen sama kucing itu beda.”

“Sama aja kok.”

“Sama nya dimana?”

“Sama-sama nemenin aku.”

“Hahaaa…, tapi kan gak bisa diajak ngomong.”

“Bisa kok.”

“Mana bisa.”

“Bisa, kamu aja yang gak pernah ajak omong kucing.”

“Emm.. emang biasanya kamu ngomongin apa sama kucing?”

“Banyak.”

“Contohnya?”

“Emm.. biasanya aku panggil kucingku baby kalo gak gitu namanya. Contohnya nih.’baby udah makan?’ kalo kucingnya diem berarti udah, tapi kalo meong-meong berarti belom, trus biasanya kucingku masuk kekamarku sama meong-meong, berarti dia marah soalnya belom dikasih snack, biasanya aku tanya’kamu mau snack?’ kucingku pasti bilang meong sambil bikin matanya bulat gitu, jadinya lucu. Kadang kalo tengah malem aku parno habis liat video horror trus pengen poop aku ajak kucingku.” Aku berusaha meyakinkannya.

“Kamu ajak dia masuk ke WC?”

“Ho oh, kadang kalo gak aku ajak dia sendiri yang nyamperin aku trus meong-meong nyariin aku di depan pintunya.”

“Ihh jorok.. ”

“Enggak lah, kalo habis dari wc aku lap tisu basah yang anti bakteri.”

“Tetep aja.”

“Enggak, aku juga rutin mandiin.”

“Hihh.”

“Tau ah.”

“Hm...”

Aku langsung berdiri.

“Mau kemana?”

“Kamar.”

“Ngapain?”

“Terserah aku lah mau ngapain.”

“Aku ikut ya”

“Ngapain ?”

“Ya ikut aja”

“No!” aku jalan menuju kamar ku.

Tiba-tiba aku ingat sesuatu. Gelangku..

Aku cari dikamar, tidak ada. Apa diabawa aiden ya? Aku keluar kamarku dan mencari aiden.

aku lihat dulu di ruang makan. Ternyata tidak ada. Apa dikamar?

Aku ketuk pintu kamarnya.. tapi tidak ada balasan. Aku cari kebawah, ke ruang tamu. Kayaknya memang disana, aku kesana.

“Aidenn.. ” sambil buka pintu, antara ruang tamu dan ruang tengah memang ada pintunya. Aiden menoleh, aku melihat ada perempuan, seumuran aku. Dia sedang menggandeng tangan Aiden, aku yang melihatnya hanya bisa mengangkat satu alis aku. Aku lihat aiden buru-buru melepas tangannya. Perempuan ini melihatku dengan tatapan sinis, aku tau.. dari gerak-gerik dan postur tubuh yang dia lakukan itu menunjukkan kalo dia tidak suka dengan kehadiranku. Tapi gak tau juga sih, menurutku gitu.. Siapa perempuan ini..

“Ya ?” jawab Aiden dengan cemas.

“Enggak nanti aja, lanjutin.” aku langsung balik menutup pintu.

Aku menunggu Aiden di ruang tengah. Beberapa menit kemudia Aiden menghampiriku, aku lihat muka nya masih menunjukkan bahwa dia cemas.

“Ada apa?”

“Aku nyari kotak hitam tadi yang dikasih oma. Kamu yang bawa?”

“Iya, bentar aku ambilin.” Dia pergi menuju kamarnya. Aku tetap stay duduk di sofa. Lalu Aiden kembali sambil membawa kotak gelangku.

“Nih..”

Thanks.” Aku berdiri hendak ke kolam renang. Tiba-tiba teringat sesuatu. ”Aiden besok aku tetep pergi, beli kulkas kecil mau aku taruh di kamarku.”

“Aku antar, jam berapa?”

“Gak usah. Aku bisa pergi sendiri.”

“Enggak, aku antar.”

“Emm okey jam 9.”

“Okey.” aku langsung menuju kolam renang, dan duduk di kursi santai pinggir kolam. Aku panggil white.

“White..”

“Errmm…” itu suara white.

“come on white.”maaf banget kalo Bahasa inggrisku jelek. White menghampiri ku dan aku mengelus-elus kepalanya. Lalu dia tiduran dipangkuanku, hanya kepalanya saja. Tiba-tiba aku mendapatkan sinyal, ini pasti titik penjagaku. Ohh ya aku punya penjaga juga, salah satunya ini si titik. Bentuknya seperti kuntilanak tapi lebih manusiawi, dia cantik. Tapi sedikit agresif, beberapa waktu lalu dia pamit ke aku kalau dia ada tugas lain. Aku mengizinkannya, sebenernya tanpa dia bilang ke aku itu pun gamasalah. Tapi white merasa terancam dengan kehadiran si titik ini.

“white . tenang.. please, itu teman aku” white masih tetap waspada. Aku mengelus-ngelus kepalanya.

“its okay baby. Don’t worry” akhirnya white lebih tenang.

“Assalamualaikum.” sapa ku ke titik

“Asalaikumsalam.” jawab titik

“gimana?”tanyaku

“Sudah selesai. Dapat salam dari ratu," kata titik

“Waalaikumsalam.”

“Gelang nya sudah kembali.”

“Kamu tau?”

“Iya, raden ayu pake pas SMP dulu.”

“Emm..” jawabku sambil mikir. Tapi iya sih. Anehnya kok tiba-tiba bisa di oma.

Lalu titik menghilang. Dia berkeliling melihat rumah Aiden, aku tau dia mencari tempat yang pas untuk dia beristirahat. Aku liatin gelang ini. Dan kotak ini aneh banget, keliatan udah tua banget kotaknya, anehnya tiba-tiba ada namaku.

Enak nya aku pake apa enggak ya? Pikiran ini berputar berkali-kali sambil aku melihat bintang-bintang dilangit. Ahh.. mending aku tanya ayah aja.

‘Ayah.. ini gelangku yang dulu kan?’ aku kirim + pap an gelang.

‘Iya. Ketemu dimana?’

‘Rumah oma Aiden. Mending aku pake apa enggak?’

‘Terserah kamu, gak dipake juga gapapa, pake aja kalo merasa perlu’

‘Okey. Ayah vc ya?’

‘Iya.’

Aku langsung vc ayah.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

“Yah liaten.” Aku arah in kamera ke white

“Hmm.. punyamu belom balik?”

“Belom, Cuma titik yang balik.”

“Gimana? Betah disana?”

“Emm.. ya betah sih.”

“Makan yang bener, masih minum obat?”

“Iya”

“Yaudah, jaga diri baik-baik ya. Ayah ada tamu. Kapan-kapan telpon lagi.”

“Okey”

Sambungan telepon pun mati. Aku pun kembali ke dalam rumah. Aku liat Aiden sedang minum kopi. Aku langsung menuju kamar.

Ngapain ya enaknya? Make up-make up an lagi aja, udah lama gak live streaming.

 Aku memilih-milih baju di lemari. Semua bajunya terlalu…. Glamor. Udah deh pake seenaknya. Aku memilih dress dengan singlet tipis, tapi aku kasih cardigan biar bisa buat story. Aku pengen make up kayak jukyung di wb. aku menyalakan live i* ku di ponsel satunya. Aku punya dua. Ini yang biasa aku pake emang buat privasi, tapi kalo yang satunya ini memang buat update-update story. Sekali buka banyak banget notifnya. Emang udah lama aku gak buka akun medsosku yang ini. Aku langsung live streaming.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status