Share

25. Usai

Author: Hara Kiew
last update Last Updated: 2025-07-09 21:33:53
Langit malam menggantung tenang saat Alda kembali dari kamar mandi dengan wajah basah. Di ranjang, Ardian masih sibuk menatap layar laptop, tapi kepalanya langsung menoleh ketika mendengar pintu terbuka.

"Udah cuci muka?" tanyanya.

Alda mengangguk. Ia berjalan pelan, kemudian ikut naik ke atas ranjang, duduk bersandar di samping Ardian. Beberapa detik hening. Hanya suara klik mouse dan napas yang terdengar.

"Kak, aku tadi ketemu Meira," ujar Alda akhirnya. "Mantan Kakak." Ia memperjelas.

Ardian berhenti menggerakkan kursornya.

"Aku nggak sengaja ketemu dia di depan kampus. Dia ngajak ngobrol, terus ngajakin makan juga. Yaudah, aku ikut aja."

Ardian diam. Tatapannya masih tertuju ke layar, tapi ekspresinya perlahan berubah. Campuran antara siaga, penasaran, dan cemas.

"Kamu sendirian waktu ketemu sama dia?"

"Iya." Alda menggigit bibir bawahnya. "Tapi dia nggak aneh-aneh kok. Malah dia yang nyelametin aku."

Kini Ardian benar-benar menoleh. "Nyelametin?"

Alda menganggu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    40. Ungkap

    Alda tak bergerak. Tatapannya terkunci pada mata Ardian yang bicara dengan nada pelan, tapi mengandung muatan berat. Kalimat terakhir pemuda itu masih bergema kuat di telinganya."Ada banyak hal yang mau saya omongin sama kamu."Ia menunggu. Tapi Ardian justru diam. Suasana kembali hening, hanya diisi oleh desahan napas yang saling bersahutan."Kakak mau ngomong apa?" Ia akhirnya memberanikan diri bertanya.Ardian bangkit dari kursi. Berjalan pelan ke arah jendela, lalu bersandar di sana, memandangi pekat malam yang menempel di kaca. Tangannya menyilang di dada, menandakan pikirannya belum tenang."Saya bingung mulainya dari mana," ujarnya.Alda memainkan jemarinya gelisah. Ia ingin mendengar tetapi juga takut dengan apa yang akan keluar dari mulut Ardian.Pemuda itu mendekat. Ia lalu duduk di samping Alda. "Seperti yang kamu tahu, kita menikah karena sama-sama punya kepentingan pribadi. Kamu yang waktu itu butuh banyak biaya untuk kemoterapi Ella dan saya butuh status pernikahan."Al

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    39. Ego

    Keheningan menggantung lama setelah pintu kamar tertutup. Suara langkah Ardian yang menjauh masih membekas di telinga Alda, seolah lantai pun menyimpan jejak ego yang tadi sempat saling berbenturan. Alda berdiri terpaku di ruangan itu. Pandangannya menatap ke arah pintu, tapi pikirannya melayang ke banyak tempat. Ada yang sesak di dadanya, semacam nyeri tak kasat mata yang justru muncul saat seseorang tidak sedang memaki atau membentak. Ardian tidak marah. Tidak meninggikan suara. Bahkan tidak mencoba membantah keras-keras setiap argumennya. Alda menarik napas dalam-dalam. Ia ikut keluar kamar dan memilih duduk di sofa ruang tengah. Ia bukannya tak mengerti kenapa Ardian memilih pergi. Ardian hanya tak ingin perdebatan ini berbuntut panjang. Ardian ingin memberinya waktu untuk menenangkan diri agar mereka berdua bisa berbicara dengan kepala dingin. Gadis itu menggigit bibirnya sendiri. Waktu terasa melambat, seakan ikut menahan napas menunggu langkah Ardian kembali dari ‘cari

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    38. Konflik

    Tak sampai 5 menit, Alda akhirnya kembali dari kamar mandi dengan wajah masih memerah. Sisa-sisa rasa malu belum sepenuhnya lenyap. Tapi saat melangkah masuk, matanya langsung tertumbuk pada satu paperbag putih elegan di atas ranjang. “Apa lagi ini?” gumamnya pelan. Baru saja ia mendekat dan hendak membuka isinya, Ardian tiba-tiba muncul dari belakang dan menyentuh bahunya. "Itu skincare yang saya belikan. Katanya bagus," ujarnya. Alda menoleh. Tangannya lalu membuka paperbag itu. "Kak Ardian... bukannya ini merek skincare mahal?" Ardian menggaruk pelipis, seperti berusaha mencari-cari alasan. "Tadi Kakak udah beliin sepatu mahal loh, sekarang skincare lagi?" Ardian mendudukkan Alda di pinggiran ranjang. "Ini nggak seberapa kok. Lagian, ini kan cuma skincare. Saya bukan orang pelit." Alda terdiam. Ia menatap Ardian lama. "Kakak nggak minta balasan besar kan buat hadiah semahal ini?" Ardian mengangkat alisnya. "Balasan besar?" Alda mengangguk. "Jangan-jangan Kakak m

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    37. Salting

    "Ini hadiah kamu."Alda yang semula sibuk dengan drakor di laptopnya spontan menoleh ketika Ardian menghampiri. Pemuda itu baru saja pulang dari kantor."Apa nih?" Fokusnya langsung pindah ke sebuah paper bag berlogo butik mahal yang dibawa Ardian."Liat aja."Alda buru-buru bangkit dari sofa dan menerima paper bag tersebut. Dengan antusias, ia menggeledah isinya. "Saya nggak tau kamu sukanya apa. Yaudah, saya beliin itu aja," ujar Ardian ketika Alda sudah mengeluarkan isi paper bag tersebut.Ketika kotak di dalam paper bag itu dibuka, mata Alda membulat. Di dalamnya ada sepasang sepatu berwarna soft pink yang sangat menawan.Alda menatap Ardian. “Serius ini buat aku?”“Bukan, buat tetangga sebelah,” sahut Ardian menyebalkan. Tangannya sibuk melepas dasi dari lehernya.Alda mencebik. "Serius dong, Kak!"Ardian menoleh. Sifat jahilnya kambuh lagi. "Lah saya serius kok. Makanya saya nikahin kamu."Alda berdecak. "Kak Ardian nggak asik!"Pemuda itu terkekeh. Menjahili Alda memang selalu

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    36. Gosip kantor

    Ardian duduk di salah satu sofa butik, tubuhnya sedikit bersandar, tangannya bersilang di dada. Wajahnya datar. Rautnya seakan mengatakan 'tolong cepetin dikit!'Di hadapannya, Erna—sekretaris yang biasanya cepat, tegas, dan seefisien spreadsheet Excel kali ini berubah total. Alih-alih segera membantu Ardian memilih, ia malah berdiri di depan rak sepatu, matanya berbinar seperti pelanggan pertama saat sale akhir tahun.“Menurut Bapak, lebih bagus yang ada pitanya atau yang polos gini?” tanyanya sambil mengangkat sepatu berpita, sementara yang polos sudah terpasang di kakinya.Ardian mengangkat bahu. "Saya nggak tahu," balasnya datar.Erna menahan helaan napas. Bosnya memang tipe manusia yang sulit sekali diajak bicara. Memang salah dia meminta pendapat kepada Ardian.Erna bergumam sangat pelan, “Kalau sepatu ini dipakai kencan sama Mas Dipta bagus nggak, ya?”Tapi telinga Ardian sangatlah tajam. Dengan jelas ia bisa menangkap gumaman wanita itu.“Erna.” Ardian menatap wanita itu denga

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    35. Clue

    Ardian dan Alda sudah kembali ke rumah sejak kemarin. Ardian kembali tenggelam dalam urusan kantor, sementara Alda fokus menjalani perkuliahan. Meski begitu, pengawasan terhadap Alda diperketat. Dua pengawal berjaga bergantian, memantau dari jarak yang tak mencolok. Tetap dalam radar, tapi tidak mengganggu privasinya. Siang itu, Ardian tengah menelaah laporan keuangan ketika ponselnya bergetar. Reza menelepon.“Pak, ada informasi tambahan. Salah satu pemilik unit di lantai 16 memasang kamera pribadi di depan pintu yang menghadap ke lorong dekat tangga darurat. Dari rekaman, ada seseorang yang mencurigakan pada hari yang sama dengan kejadian pengiriman ular. Videonya sudah saya kirimkan ke Bapak.” Ardian langsung membuka file video yang dikirimkan Reza. Rekaman malam itu cukup gelap, tapi tetap terbaca. Dari tangga darurat, muncul sosok berpakaian gelap. Jaket tebal dengan hoodie menutupi kepala. Tubuhnya mungil, dan gerakannya cekatan. Nyaris tanpa suara. “Pelaku?” tanya Ardian, m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status