Share

94. Hancur

Author: Hara Kiew
last update Huling Na-update: 2025-08-13 22:47:46

Meira berdiri terpaku di depan ruangan Alda. Kenyataan bahwa Alda telah tiada membuat hatinya seperti dicabik-cabik.

“Alda nggak mungkin meninggal.” Gadis itu menggeleng berulang kali mencoba menyangkal semua kenyataan yang tak mungkin lagi diubah.

“Dia pasti masih hidup.”

Gadis itu langsung berlari ke arah brankar Alda dan memeluk tubuh kaku itu seerat yang ia bisa.

“Bilang kalo ini bohong, Da. Bilang ke kita semua kalo kamu masih hidup!!” Meira mengguncang tubuh Alda dengan keras berharap ada sahutan dari gadis itu.

“CLARISSA!”

Netta yang baru saja tiba di ambang pintu langsung berlari memeluk tubuh Alda. Perempuan itu menangis histeris meluapkan segala penyesalan yang terlalu besar ia rasakan.

Ia belum siap kehilangan. Terlebih Alda dan dirinya belum berbaikan.

“Kita belum damai, Dek. Kenapa kamu malah pergi?” Tangis Netta pecah. Perempuan itu mengguncang-guncang tubuh Alda sama seperti yang dilakukan Meira.

“Kamu baru aja ketemu. Kenapa sekarang pergi lagi?” Netta benar-b
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    96. Kembali

    Sudah sekitar dua puluh lima menit Alda dinyatakan meninggal. Namun, orang-orang yang belum mau merelakannya masih tak ingin melepas pelukannya pada tubuh gadis itu.Di ruangan Alda, tampak ketiga sahabatnya kini tengah memeluknya di sisi kanan. Bahu mereka berguncang, air mata membasahi baju pasien yang menutupi tubuh gadis itu. Tak jauh beda dengan Ella, Netta, dan Meira yang memeluknya erat di sisi kiri. Jemari mereka menggenggam bagian tubuh Alda seolah berharap panas tubuhnya akan kembali mengalir. Semua orang benar-benar dibuat terpuruk dengan kepergian gadis itu.“Bangun Alda, kami semua belum siap kehilangan.” Vivi memeluk Alda erat berharap sahabatnya itu akan bangun. Meski ia katakan tempo hari akan ikhlas, namun ternyata sakit ini tak bisa hilang saat kenyataan itu benar-benar datang.“Kita semua pengen kuliah bareng lo lagi, Da.” Lalu disusul oleh kalimat Chaca. Gadis itu terisak hebat. Tubuhnya hampir roboh kalau saja Amel tak menopangnya. “Lo bilang kita harus lulus bare

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    95. Telah pergi

    "Kenapa Alda juga ninggalin aku, Bun?"Ardian menangis di antara kebisuan Erlin. Nyatanya takdir ini tak pernah berpihak padanya. Berkali-kali ia patah karenanya. Dan saat sudah bangkit, satu keadaan kembali menghempasnya hingga ke titik paling bawah. Faktanya, ia terus kehilangan untuk yang kesekian kalinya.Ardian mencintai dan menyayangi Alda, namun nyatanya gadis itu lebih disayang oleh Rabb-nya. Kini, Alda pergi untuk selamanya, meninggalkan tangis kepedihan di hati orang-orang yang mencintainya. Juga penyesalan terbesar bagi mereka yang pernah menyia-nyiakannya.Erlin menarik napas. Wanita itu memeluk putranya coba memberi kekuatan. Jika ditanya, ia juga sama sedihnya seperti Ardian. “Bunda tau kamu sayang sama Alda. Bunda tau kamu nggak bisa kehilangan dia. Bunda juga merasakan hal yang sama. Tapi, bagaimana pun kita nggak rela, tetap saja kita nggak akan bisa melawan takdir.”“Pelan-pelan saja, coba ikhlaskan Alda. Istri kamu juga nggak akan pergi dengan tenang kalo kamu ngga

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    94. Hancur

    Meira berdiri terpaku di depan ruangan Alda. Kenyataan bahwa Alda telah tiada membuat hatinya seperti dicabik-cabik. “Alda nggak mungkin meninggal.” Gadis itu menggeleng berulang kali mencoba menyangkal semua kenyataan yang tak mungkin lagi diubah. “Dia pasti masih hidup.” Gadis itu langsung berlari ke arah brankar Alda dan memeluk tubuh kaku itu seerat yang ia bisa. “Bilang kalo ini bohong, Da. Bilang ke kita semua kalo kamu masih hidup!!” Meira mengguncang tubuh Alda dengan keras berharap ada sahutan dari gadis itu. “CLARISSA!” Netta yang baru saja tiba di ambang pintu langsung berlari memeluk tubuh Alda. Perempuan itu menangis histeris meluapkan segala penyesalan yang terlalu besar ia rasakan. Ia belum siap kehilangan. Terlebih Alda dan dirinya belum berbaikan. “Kita belum damai, Dek. Kenapa kamu malah pergi?” Tangis Netta pecah. Perempuan itu mengguncang-guncang tubuh Alda sama seperti yang dilakukan Meira. “Kamu baru aja ketemu. Kenapa sekarang pergi lagi?” Nett

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    94. Hancur

    Meira berdiri terpaku di depan ruangan Alda. Kenyataan bahwa Alda telah tiada membuat hatinya seperti dicabik-cabik. “Alda nggak mungkin meninggal.” Gadis itu menggeleng berulang kali mencoba menyangkal semua kenyataan yang tak mungkin lagi diubah. “Dia pasti masih hidup.” Gadis itu langsung berlari ke arah brankar Alda dan memeluk tubuh kaku itu seerat yang ia bisa. “Bilang kalo ini bohong, Da. Bilang ke kita semua kalo kamu masih hidup!!” Meira mengguncang tubuh Alda dengan keras berharap ada sahutan dari gadis itu. “CLARISSA!” Netta yang baru saja tiba di ambang pintu langsung berlari memeluk tubuh Alda. Perempuan itu menangis histeris meluapkan segala penyesalan yang terlalu besar ia rasakan. Ia belum siap kehilangan. Terlebih Alda dan dirinya belum berbaikan. “Kita belum damai, Dek. Kenapa kamu malah pergi?” Tangis Netta pecah. Perempuan itu mengguncang-guncang tubuh Alda sama seperti yang dilakukan Meira. “Kamu baru aja ketemu. Kenapa sekarang pergi lagi?” Netta benar-b

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    93. Berpulang

    “Ikhlaskan istri kamu sayang, bunda nggak tega liat dia terus-terusan kayak gitu. Mungkin, dengan cara kita mengikhlaskan dia, sakitnya baru akan hilang.” Erlin menepuk pelan pundak Ardian. Pemuda itu kini duduk di sampingnya dengan kepala tertunduk lesu. Di dalam ruangan, Alda lagi-lagi mengejang. Dari segi mana pun benar-benar seperti tidak ada lagi harapan. Ardian mengangkat kepalanya. “Nggak akan pernah sampai kapan pun, Bun. Kecuali... aku juga ikut sama Alda kalau seandainya dia benar-benar pergi.” Jawaban itu membuat Erlin terdiam. Sementara itu, di dalam ruangan Alda. Di pojok sana, Diana menangis pilu. Wanita itu tadi memaksa menerobos masuk saat Alda dikabarkan kembali mengejang. Dari tempatnya, Diana dapat melihat putrinya sudah sangat kesulitan bernapas. Kini, rasanya usaha dokter sia-sia belaka. Dokter tersebut masih akan berusaha menyelamatkan Alda andaikata Diana tidak langsung menarik lengannya. “Berhenti Dok, kasian anak saya. Jangan siksa dia lagi. Sa

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    92. Rindu

    Masuk kamarnya dan Alda, Ardian langsung menutup pintu. Pemuda itu duduk di sofa dengan tatapan kosong. Di kamar ini, ada banyak sekali kenangan mereka bersama. Setiap pagi selalu ada Alda yang berisik karena bukunya ditaruh entah di mana. Tapi sekarang, yang ada hanya sepi. Jujur saja, Ardian merindukan semuanya. Bagi Ardian, Alda adalah segalanya. Dia adalah sosok ceria yang membuatnya merasakan bagaimana rasanya dicintai dengan tulus. "Aku sayang kamu, Zia Miralda." Begitu pengakuannya selalu pada sang istri. "Seperti yang Kakak tau, aku juga sayang Kakak. Pake banget." "Aku juga sayang kamu pake banget." "Seberapa besar?" "Nggak bisa diukur." Ardian menunduk dalam. Tanpa kehadiran Alda, kamar ini rasanya sangat sunyi. Suasana yang biasanya rusuh karena ulah Alda mendadak sepi. "Aku janji, Kakak adalah laki-laki pertama dan terakhir di hidup aku." "Meski bukan kamu yang pertama, tapi aku janji akan menjadikan kamu perempuan terakhir di hidup aku." Ardian terse

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status