Share

Istri Baru Untuk Suamiku
Istri Baru Untuk Suamiku
Penulis: Aldra_12

Habis sudah kesenangan

Dentuman musik terdengar menggema di ruangan dengan cahaya meremang. Botol minuman tampak berserakan di meja bersama piring dengan sisa camilan maupun buah.

Seorang gadis berpakaian seksi tampak menari di tengah ruangan, meliukkan tubuh indahnya mengikuti musik yang berdentum keras.

Seorang pria juga tampak bersama gadis itu, menari seraya memegangi pinggang ramping gadis itu dari belakang, bahkan sesekali mengusap hingga ke bagian perut dan paha. Dada pria itu menempel pada punggung gadis yang pakaiannya sedikit terbuka di bagian belakang, sesekali mencium pundak dan leher dengan tubuh bergerak mengikuti irama musik.

“Setelah ini, apa yang ingin kamu lakukan, hm?” tanya Pria itu sedikit keras karena suaranya tersamarkan dengan dentuman musik yang menggema.

Gadis itu berhenti menari, menyelipkan rambut ke telinga seolah ingin mendengar apa yang dikatakan oleh pria yang bersamanya.

“Hah? Apa yang kamu katakan?” tanya balik gadis itu setengah berteriak.

“Apa yang mau kamu lakukan setelah ini? Apa kita perlu memesan kamar?” Pria itu menjawab dengan pertanyaan dan suara yang keras.

Gadis itu tersenyum miring, lantas membalikkan badan dan berhadapan dengan pria tadi. Dia merangkulkan kedua lengan ke leher pria itu, lantas mendekatkan wajah mereka hingga jarak hanya sejengkal.

Gadis itu tanpa sungkan menyambar bibir pria itu, melumat dan menyesap berulang kali yang tentunya mendapatkan balasan dari lawannya. Gadis itu melepas pagutan bibir, menatap sang pria dengan senyum manis yang membuat pria mana pun akan tergila-gila padanya.

“Aku hanya ingin bersenang-senang, malam ini sampai pagi. Tapi ….” Belum juga gadis itu melanjutkan ucapan, ponsel yang berada di saku belakang rok mininya bergetar.

“Siapa sih yang menghubungi?” Gadis itu menggerutu, lantas mengambil ponsel yang tak berhenti bergetar.

“Tunggu sebentar!” ujar gadis itu pada sang pria.

Pria itu hanya mengangguk, kemudian memilih kembali ke sofa menunggu gadis yang bersamanya selesai menjawab panggilan.

Gadis itu sedikit merapat ke dinding, kemudian menjawab panggilan dari temannya.

“Halo, Rosie! Ada apa?” tanya gadis itu dengan ponsel menempel di telinga kanan, sedangkan telinga kiri ditutup menggunakan tangan satunya agar bisa mendengar dengan jelas.

“Selena, pergi dari sana sekarang!” Suara gadis yang dipanggil Rosie itu terdengar panik.

Selena—gadis yang menari bersama pria itu menggosok telinga kanan setelah menjauhkan ponsel dari telinga, merasa jika temannya berteriak begitu kencang. Dia lantas kembali menempelkan ponsel ke telinga, kemudian menanggapi ucapan temannya yang panik.

“Tenang, Rosie. Ada apa, hm?” tanya gadis bernama Selena itu santai.

“Alex menuju ke ruanganmu, dia naik menggunakan lift. Pergi dari sana, atau habis sudah kesenanganmu!” teriak Rosie dari seberang panggilan dengan suara melengking begitu keras.

“Apa?” Gadis bernama Selena itu berteriak dengan bola mata membulat. Seketika dia seperti orang yang hampir ketahuan sedang ingin mencuri. Selena mau berlari ke mana tapi tak tahu karena bingung, hingga membuatnya malah berjalan ke kanan dan kiri tapi urung.

“Ada apa?” Pria yang bersama Selena mematikan musik, lantas menatap gadis yang bersamanya itu sedang kebingungan.

Selena menghampiri pria tadi, lantas mendaratkan sebuah kecupan di bibir dengan tangan menyambar jaket yang berada di sandaran sofa.

“Baby, aku harus pergi. Kita ketemu besok lagi, oke!”

“Tapi ….” Pria itu ingin mencegah, tapi urung karena gadis yang belum selesai bersenang-senang dengannya itu malah kabur duluan. “Sialan! Padahal aku sudah berfantasi dengan tubuhnya!” gerutu pria itu sambil mengguyar kasar rambut ke belakang, menatap punggung Selena yang lari kalang kabut seperti dikejar setan.

Selena langsung memakai jaketnya sambil berjalan dengan setengah berlari, menyibakkan rambut panjangnya hingga tergerai ke belakang, kemudian mengambil langkah seribu untuk segera meninggalkan ruangan tempatnya bersenang-senang tadi.

“Mati aku!” Selena pergi dengan wajah panik.

Selena hendak berjalan ke arah lift, tapi urung saat mengingat jika temannya berkata kalau pria bernama Alex naik menggunakan lift. Akhirnya Selena pergi ke pintu darurat, melihat banyaknya anak tangga yang harus dilewati agar bisa sampai di lantai satu.

“Agh!!! Kenapa nasibku sangat sial!” umpat Selena kesal sendiri.

Dia melepas kedua highheels, kemudian mulai menuruni anak tangga yang berjumlah ratusan mungkin ribuan. Bagaimana tidak? Dia berada di lantai tujuh, tentu saja akan banyak anak tangga yang harus dipijak agar dirinya bisa sampai ke lantai dasar.

“Kenapa dia selalu membawa kesialan untukku?” Selena menggerutu sambil terus menuruni anak tangga dengan setengah berlari.

Di lantai bawah, tepatnya di depan pintu darurat lantai satu. Seorang pria bertubuh tegap dan tinggi, terlihat bersedekap dada menatap seorang gadis yang berdiri di depannya. Pria itu tak menunjukkan ekspresi wajah apa pun, begitu datar seperti televisi flat yang tak memiliki sebuah cekungan atau cembungan.

“Aku sudah melakukan apa yang kamu minta, apa aku boleh pergi?” tanya gadis itu antara takut dan kagum dengan pria di hadapannya.

“Kamu sudah pastikan dia turun lewat tangga darurat?” tanya pria bernama Alex itu dengan suara datar.

“Sudah,” jawab gadis bernama Rosie itu dengan senyum lebar. “Bukankah kamu tadi dengar, kalau aku berkata jika kamu naik menggunakan lift. Aku yakin seyakin-yakinnya jika Selena akan turun lewat tangga darurat,” imbuh gadis itu meyakinkan, ingin hendak lepas dari pria sedingin es dan sekaku papan triplek.

Alex menggerakkan telapak tangan di udara sebagai isyarat mengusir, tak peduli lagi dengan gadis itu karena tujuan utamanya ke sana adalah gadis bernama Selena.

Rosie tersenyum lebar, hingga kemudian mengambil langkah seribu untuk kabur dari hadapan pria bernama Alex. Pria tampan yang memiliki rahang kuat, dengan mata sedikit sipit tapi tak menghalangi tatapan tajamnya.

Alex menunggu beberapa saat, hingga kemudian memandang arloji yang melingkar di pergelangan tangan, lantas mulai berhitung, memperkirakan kapan gadis bernama Selena itu akan sampai.

“Lima, empat, tiga, dua, satu.” Benar saja, pada hitungan terakhir, pintu darurat yang berada di depan Alex terbuka.

Selena dengan napas tersengal keluar dari sana, membungkuk dan mengambil udara sebanyak-banyaknya untuk mengisi stok napas di paru-paru karena hampir habis sebab dirinya harus melewati ribuan anak tangga.

“Sialan!” umpat Selena kesal dengan napas masih terengah.

“Apa yang sialan?”

Suara yang dikenal mengejutkan Selena, gadis itu tak sadar jika ada seseorang yang berdiri di depannya. Seseorang yang sejak tadi dihindarinya, hingga rela turun lewat tangga darurat.

Selena mencoba mendongak dengan badan masih membungkuk, kesialan memang sedang datang mengerjainya, niat hati menghindar malah kini tertangkap. Membuatnya geram, karena sadar jika temannya bersekongkol dengan pria bernama Alex untuk menangkapnya.

“Mau ke mana lagi kamu, hah? Jangan harap bisa kabur lagi!” Alex meraih pergelangan tangan Selena, sebelum kemudian mengangkat tubuh gadis itu lantas memanggulnya di pundak.

Selena yang masih dalam kondisi syok, lantas berteriak dengan keras karena terkejut.

“Alex! Sialan! Turunkan!” teriak Selena berulang, memberontak agar bisa turun dari pundak pria bertubuh kekar itu. Bahkan sampai memukul punggung lebar pria yang memanggulnya seenak hati.

“Mengumpatlah sesukamu! Tapi aku takkan melepasmu!” balas pria berwajah datar itu santai, lantas mengayunkan kaki dengan santai menuju area parkir.

“Alex sialan! Rosie pengkhianat!” teriak Selena yang kesal.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yhadi Wahyudi II
bagus banget novelnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status