Share

Istri Bayangan Milik Tuan Muda
Istri Bayangan Milik Tuan Muda
Author: Kareniavorg

1.Pernikahan Tak Membahagiakan

PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Citra yang saat itu baru saja kembali dari kebun. Sambil mengusap pipinya yang perih, ia menolehkan wajahnya untuk sekadar menemukan Badra, sang suami, yang menatapnya dengan murka.

"Bodoh! Aku kan sudah pernah bilang, sebelum kerja tuh masak dulu biar aku bisa makan!" bentak Badra dengan keras. Ucapan dari pria yang berumur 10 tahun lebih tua darinya itu membuatnya meringis.

Citra mengingat ketika sang ayah memintanya untuk bersedia dijodohkan pada pria itu dengan alasan agar hidupnya bahagia, namun satu tahun terakhir justru terasa seperti neraka baginya.

"Tapi aku udah masak, Kang. Lauk sama nasinya aku simpan di bawah tudung saji," jawab Citra, mencoba tetap sabar sembari menahan sakit di pipinya.

"Itu cuma tumis bayem, yang bener aja aku dikasih makan sayur doang. Emangnya suami kamu ini kambing?! Lagian, hasil kerja kamu masa gak cukup buat beli makanan enak, apa duitnya kamu abisin buat melacur bareng si mandor, ha?!"

Tuduhan dari sang suami membuat Citra merasa marah. Bisa-bisanya Badra menuduhnya melakukan perbuatan menyimpang, apalagi ketika Citra sedang mengandung bayi dalam perutnya.

"Uang hasil kerja kemarin kan habis semuanya untuk Akang belikan rokok. Jadi gak ada buat beli makanan, dan di dapur cuma ada bayam yang bisa dimasak. Tapi itu tetap enak dimakan kok, Kang.”

"Sia doang yang ngerasa enak makan lauk begituan. Aing mah enggak!" Melihat istrinya yang menjauh darinya, amarah Badra semakin membuncah. Tak mampu menahan emosi, pria itu memukul kepala Citra dengan kerasnya hingga membuat sang istri jatuh tersungkur.

"Mana duit kamu? Mendingan aku ngerokok daripada makan sampah buatan kamu itu!"

Tanpa rasa iba, Badra mengambil semua upah harian Citra yang baru dia peroleh dari memetik tomat, dan membawa uang itu pergi begitu saja, tak mempedulikan teriakan dari istrinya sendiri.

"Akaaang! Uangnya jangan diambil, kita makan sama apa kalo gak ada uangnya!" teriak Citra dengan begitu putus asa.

***

Dengan lemas, Citra berjalan masuk ke dapur sempitnya yang temaram untuk mengambil sepiring nasi dan tumis bayam yang baru saja menjadi sumber perdebatannya dengan sang suami.

Wanita itu terduduk di atas tikar sambil mulai melahap makanannya. Tiba-tiba, air mata keluar begitu saja dari manik hitamnya.

"Aku sudah mengorbankan banyak hal dalam pernikahan ini, Kang… Aku juga gak pernah mengeluh apapun, meskipun Kamu gak pernah memperlakukan aku sesuai dengan janjimu dulu. Sebenarnya kenapa Tuhan membuat hidupku sengsara seperti ini?" Citra menyeka kasar air matanya, sembari terus terisak-isak pilu.

Bahunya merosot. Tubuhnya gemetar hebat karena tangisnya yang pecah. Sakit... jelas sangat sakit. Bukan sakit di di pipi ataupun kepala yang tadi dipukul oleh Badra, bukan itu. Tapi yang sakit adalah hatinya, dan yang terluka adalah jiwanya. Berulang kali Citra menumbuk dadanya kasar, berusaha menghilangkan rasa sakit di dadanya yang kian membuatnya merasa sesak sampai terasa mencekiknya.

Cukup lama, Citra menangis pilu seperti itu. Membiarkan tangisnya menggema memenuhi seisi rumah bedeng yang sempit itu. Sampai kemudian tangis itu berhenti dan berubah menjadi erangan kesakitan, saat perutnya terasa bergejolak.

"Nak... ada apa? Maaf ibu nangisnya terlalu keras ya? Maaf...." Citra bergumam dengan suara parau yang tertahan, sembari terus mengusap perut buncitnya yang masih terus bergejolak hebat, untuk sekadar menenangkannya.

Sudah 9 bulan usia kandungannya. Citra tahu kalau ia akan melahirkan di bulan ini, tapi tak menyangka kalau akan secepat ini. Saat itu, yang ada dalam pikiran hanya ada dua pilihan, pergi ke rumah sakit dengan jarak tempuh 1 jam tanpa punya biaya persalinan, atau pergi ke sumur di belakang rumah yang jaraknya hanya 5 langkah untuk bisa mengakhiri semuanya.

Dalam keputusasaan ini, bagi Citra, pergi ke rumah sakit ataupun terjun ke dalam sumur... sama sama akan mati. Anaknya tak akan pernah lahir.

Besar keinginannya untuk melompat ke dalam sumur agar kehidupannya yang runyam ini bisa berakhir lebih awal. Citra tidak ingin bayinya merasakan penderitaan yang dia rasakan.

Di tengah-tengah pergulatan batin itu, Citra terhenyak luar biasa saat merasakan sesuatu yang mengalir keluar dari sela-sela kakinya, sampai aliran itu terasa menuju ke ujung kakinya, baru Citra mulai panik.

Darah.

Cairan merah pekat itu mulai menggenang di area kakinya, membuat Citra diliputi rasa takut luar biasa. Saat itu, yang ada dalam pikirannya adalah keluar dari rumah dan meminta tolong pada orang-orang, tapi rasa sakit yang mengerikan di perut dan area kewatiaannya, membuat Citra tak bisa berdiri sama sekali. Sehingga, yang ia lakukan saat itu hanyalah merangkak dan berusaha menggapai pintu dengan begitu putus asa.

“To.. Tolong!”

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Kareniavorg
terimakasih banyak. semoga suka dengan ceritanya yaa...
goodnovel comment avatar
Juwita Katili Ummi SultanMulya
bab awal sudah menarik,, penasaaraan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status