Share

Istri Bayaran Sang Opa Menawan
Istri Bayaran Sang Opa Menawan
Author: Naffa Aisha

Malam Pertama

Istri Bayaran Sang Opa Menawan

Bab 1 : Malam Pertama

"Mau tidur di atas atau di bawah?"

"Hah, apa, Kek? Aku masih ting-ting loh, Kek, dijamin masih ting-ting, sama sekali belum berpengalaman. Please, jangan unboxing aku sekarang, nunggu udah lulus kuliah dan dapat gelar sarjana saja!" Aku menyimpuhkan kedua tangan di depan wajah dengan mata merem melek, biar doi prihatin.

Pria tua itu melotot dan mendaratkan jitakan di dahiku.

Aduh, kok dijitak?! KDRT nih kakek-kakek. Aku meringis sambil memegangi dahi yang sebenarnya tak sakit benaran, tapi tetap harus berpura-pura sakit biar terkesan drasmatis.

"Siapa juga yang mau unboxing kamu, gak minat saya sama bocah bau ingus kayak kamu! Sana tidur di bawah saja, saya tidur di kasur!" Dia melempar bantal dan selimut ke wajahku lalu menguasai ranjang pengantin dengan taburan kelopak mawar itu. Yeah, ciri khas ranjang pengantin kayak di tv.

Aku melongo sambil mengusap hidung, perasaan lagi gak flu deh, masa iya ada ingus? Dahi ini berkerut menatap pria berwajah kakek-kakek yang kini berstatus suamiku itu.

"Apa lihat-lihat?! Sana bentang selimut tidur di bawah!" omelnya lagi dengan wajah judes.

Duh, nih Kakek-kakek bener-bener gak ada akhlak. Untung udah tua dia, kalau masih muda, udah kuajak duel dia.

Nggak nyangka juga, Si Doi yang udah bau tanah ini kejam bin sadis, gila aja aku yang wanita malah diusir suruh tidur di lantai. Segala omelan, umpatan dan sumpah serapah hanya bisa kupendam dalam hati. 

Sabar, Loly, dari pada kamu diunboxing, mending pelukan ama lantai. Aku menghibur diri dan berusaha tetap jadi anak baik, eh ... istri baik maksudnya. Asem dah dengan segala macam istilahnya.

Dasar Kakek tua kejam, kusumpahi cepat jadi jenazah dia, biar aku bisa segera jadi janda kaya. Duh, otak makin error saja. Kupukul kepala sendiri yang terkadang suka rada konslet, kayaknya ini karena terlalu banyak makan lauk sambel deh. Hizz ... iya, gaes, aku ini miskin, buat lauk sehari-hari, aku nanam cabe buat lauk. Menyedihkan bukan? Tapi kini Loly udah jadi istri pria kaya, hmm ... walaupun Si Dia Yang Renta. Gak apa deh, yang penting gak miskin lagi. Aku udah capek hidup miskin dan selalu dihina orang-orang, baik tetangga atau juga teman di sekolah dulu.

Yeah, saatnya tidur dan berhenti bersungut. Akan kusambut hari esok dengan status baru, Loly istri orang kaya walaupun dia seorang kakek tua.

Alhasil, malam pertama kuhabiskan dengan tidur meleseh di lantai kamar pengantin, sedangkan dia--kakek tua yang telah sah menjadi suamiku itu malah enak-enakan tidur di kasur empuk. Heran juga, jadi kakek-kakek kok galak amat! Pelit banget berbagi ranjang denganku, walau nggak ngapa-ngapain juga.

***

"Hey, bangun kamu! Mau tidur sampai jam berapa kamu? Ini sudah pukul 09.00. Heran, perempuan kok hobynya tidur aja!" 

Samar-samar terdengar suara omelan di dekatku. Kira-kira siapa, ya? Perasaan aku ini tinggal sendiri aja di rumah reok peninggalan Ibu ini.

"Loly, mau bangun sekarang atau saya siram air satu gentong?!" Suara itu kembali terdengar, kubuka mata perlahan dan tampaklah dia yang menatapku dengan wajah jutek.

Astaga, wajahku langsung ditimpuk handuk sama nih kakek-kakek. Bener-bener galak dia, isshh! Dasar tua renta bau tanah, awas saja! Nanti kusmakdown langsung koit nih calon almarhum.

"Buruan mandi! Pukul 10.00 cucuku akan datang, kita akan ada acara sarapan pagi bersama!" ujarnya sambil duduk kembali di atas tempat tidur, dengan tablet di tangannya.

Dengan malas, aku meluruskan badan sejenak, ternyata gak ada bedanya juga kemarin ama hari ini, aku tetap aja tidurnya di lantai.

Aku memajukan bibir dan bangkit juga dari lantai, lalu melipat selimut dan meletakkan bantal di atasnya.

Kuedarkan pandangan ke sekitar, kamar milik orang kaya itu memang boros, masa kamar aja seluas ini, lalu di mana kamar mandinya? Aku celingukan.

"Kamar mandi ada di pojokan kanan, bawa pakaian ganti sekalian! Jangan sampai mata saya ternoda oleh pemandangan tak indah darimu itu!" ujarnya lagi dengan mata yang tetap fokus dengan benda pipih di tangannya itu.

Ishh ... kata-katanya makin pedas aja Si Kakek Tua berstatus suamiku ini. Sumpah, gaes, kalo gak mikir gak takut kualat, udah kujambak rambutnya yang sudah bisa dihitung pakai jari itu.

Dengan mendengus sebal, aku melangkah menuju bungkusan kresek yang isinya ada beberapa bajuku yang paling bagus dibandingkan baju buluk lainnya. Yeah, gini deh nasib orang miskin dan sebatang kara. Demi bisa meraih cita-cita, aku rela melamar jadi istri Si Kakek Galak ini. Hahhh, iya, gaes, aku yang melamar lowongan jadi istri Si Kakek sebab aku tergiur dengan gajinya yang lumayan buat bisa dijadikan ongkos kuliah. Gak apa deh jadi istri Si Tua Renta itu, yang penting aku bisa melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah.

Yeah, bagiku yang hanya punya otak pas-pasan, hanya mimpi saja mau dapat beasiswa bisa kuliah gratis. Karena kesadaranku itu, maka mengisi lowongan jadi istri Si Pria Tua kaya raya inilah jalan yang kutempuh.

***

"Xeon, kenalkan ini Lolyta, Oma barumu--istri baru Opa. Panggil dia Oma Loly dan kamu harus sopan kepadanya! Ayo, salim sama dia!" Kakek Tua itu menunjuk aku di sampingnya, padahal Si Lawan Bicara sedang membelakangi kami saat ini.

Pria berjaket hitam itu menoleh dan tatapannya langsung tertuju kepadaku.

"What? Jadi dia wanita yang mengisi lowongan jadi istri Opa?!" Dia melotot sambil menatapku dari ujung rambut sampai ujung sandal.

Tak hanya dia saja yang kaget, aku pun juga. Aku tak menyangka saja ternyata dia itu cucunya Si Kakek kaya raya ini. Dia musuh bebuyutan yang selalu membullyku di sekolah, aku membencinya sampai ke tulang sumsum. Kutatap tajam dia sambil mengangkat dagu, kini aku istri opanya, yang tentunya harus dia hormati.

"Ayo salim pada Omamu, Xeon!" perintah Si Kakek lagi, nadanya terdengar meninggi kali ini.

Dengan wajah tak ikhlas, dia--pria yang sebenarnya berwajah tampan namun sangat menyebalkan ini meraih tanganku lalu menciumnya.

"Ternyata ini kerjaan kamu, Cewek dekil, miskin dan bau amis?! Cihh ... bau comberan tangannya Si Oma ini, Opa. Suruh mandi minyak wangi dulu dia, biar bisa sejajar berdiri sama Opa!" Xeon berkata ketus, tatapannya begini bengis kepadaku.

Ya elah, kok gini amat nasibku? Niat hati pengen jadi orang kaya dengan cara instan, eh nggak tahunya malah masuk kandang para singa. Jadi serasa pengen gantung diri di pohon cabe deh ah. Hikzzz

Bersambung ....

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tcalysta
hahaha ... sumpah ngakak kakak .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status