Share

Xeon VS Loly

Author: Naffa Aisha
last update Last Updated: 2023-01-10 16:07:38

Istri Bayaran Sang Opa Menawan

Bab 5 : Xeon VS Loly

 

Setelah mengelilingi mall sampai berjam-jam dan membeli barang-barang keperluanku, Opa Jhon mengajak pulang. 

 

Baguslah, kakiku juga sudah pegal rasanya. Si kakek tua ini enak, kerjanya hanya duduk manis saja menungguku belanja ini dan itu. 

 

Aku meletakkan semua paper bag ke kursi belakang. Lalu aku duduk di kursi sampingnya, masih seperti posisi tadi saat pergi. Mobil Opa Jhon yang dikemudikan oleh supirnya pun meluncur keluar dari area mall dan membelah jalanan. 

 

Aku menyandarkan punggung di kursi dan menghela napas dengan kasar. 

 

Meski pun belanja di mall dengan sepuasnya, tapi tetap saja ini melelahkan. Aku bahkan hampir kehabisan energi. Huh. 

 

Aku mencoba untuk memejamkan mata dan tertidur sampai ke rumah nanti. 

 

“Loly! Bangun! Apa kamu mau tidur di sini sampai nanti malam?” 

 

Terdengar suara tegas seorang lelaki. Aku membuka mata dan Opa Jhon telah melebarkan matanya. Ah, rasanya baru sebentar aku terlelap, mengapa sudah sampai rumah saja? 

 

“Kita udah sampai?” tanyaku sambil mengucek mata dan memindai sekitar. 

 

Benar, ternyata kami memang sudah sampai di depan rumah. Opa Jhon tak menyahut, hanya mendengus kesal saja lalu kemudian turun dari mobil. Aku mengikutinya keluar dari mobil dan mengambil barang-barang yang telah dibeli tadi dan membawanya masuk ke dalam rumah. Opa Jhon juga membantu membawakan beberapa paper bag. 

 

Aku berjalan di belakang Opa Jhon. Pria itu membuka daun pintu. Tampaklah langsung keempat cucunya Opa Jhon sedang duduk santai menunggu kami pulang. Xeon, Morgan, Exel dan Angel menatapku dengan tatapan tajam dan tak suka. Terlebih lagi aku membawa banyak barang belanjaan seperti ini. Tatapan mereka tertuju pada paper bag yang kutenteng ini. 

 

Wajah Xeon tampak sekali tak senangnya melihat diriku yang sedang berbahagia ini. Seolah-olah bahagiaku adalah derita dan bencana bagi dirinya. 

 

Dasar manusia sirik! Apa pun yang kulakukan pastilah tidak akan ada yang kamu sukai, sebab kita adalah musuh bebuyutan. Kamu tenang aja, aku gak akan lupa dengan siapa dirimu dan apa hubungan kita yang sebenarnya. Kamu hanyalah sebagai cucu ketika di hadapan suamiku, sementara itu ketika dia tidak ada, kita tidak lebih hanyalah dua manusia yang saling membenci karena kita adalah musuh. Gerutuku dalam hati. 

 

Aku mencoba menyapa mereka bertiga dengan senyuman yang manis agar Opa Jhon selalu mengira bahwa aku terus bersikap baik pada semua cucunya meskipun mereka semua tak senang melihatku.

 

“Sini Oma biar aku bantuin bawa belanjaannya. Pasti Oma Loly capek 'kan? Sini aku bantu bawa ke atas, ya,” tawarnya dengan nada sindiran. 

 

Hah! Modus! 

 

Melihat Xeon menawarkan diri untuk membantu, Opa Jhon berlalu begitu saja dan memberikan barang yang dibawanya kepada Xeon. Musuhku itu menyeringai di hadapanku. Aku mencium gelagat dari Xeon itu hanya kepura-puraan saja membawakan barang belanjaan milikku. 

 

Xeon adalah musuhku sejak sekolah menengah atas, jadi sangat mustahil jika dia tiba-tiba berubah menjadi baik. 

 

Aku berjalan lebih dulu menaiki anak tangga. Kemudian disusul oleh Xeon. Namun, perasaanku tidak enak dan tiba-tiba .... 

 

Brakkkk! 

 

Aku menoleh ke belakang, ternyata .... 

 

Semua barang belanjaan dalam paper bag yang dibawa oleh Xeon jatuh berserakan di tangga sampai ke lantai. Sepertinya dia memang sengaja menjatuhkan dan mencari masalah denganku. 

 

Terlihat Angel sedang tertawa terbahak-bahak sedangkan Morgan hanya diam mengamati saja. Hatiku terasa memanas. Jengkel dan kesal. Rasanya aku ingin marah pada Xeon dan Angel. Berani sekali mereka mempermainkan aku seperti ini. 

 

Aku mengembuskan napas dengan kasar. Lalu berjalan menuruni beberapa anak tangga di mana tempat Xeon berdiri. Lalu kemudian aku mendorongnya sampai terpeleset dari anak tangga. 

 

“Hei! Kalian tidak bisa semena-mena sama aku di rumah ini. Saat ini statusku adalah istrinya opa kalian. Itu berarti aku adalah nyonya besar di rumah ini! Jadi, kamu Xeon, tidak bisa berbuat sesuka hatimu lagi padaku.” Aku berkata sambil menunjuk laki-laki yang berwujud manusia tapi berhati busuk itu. 

 

“Gak usah belagu deh kamu. Emang kamu pikir kamu berhak atas rumah ini?” 

 

Tampak rahangnya Xeon mengeras. Giginya gemeretak. Wajahnya merah padam. Lalu kulihat tangannya sedang mengepal kuat. Kemudian, dia melayangkan tangannya hendak menampar diriku. Namun, tiba-tiba Opa Jhon datang dan menghentikan aksi Xeon yang hampir memukulku. Tangannya kini tertahan di udara. 

 

“Xeon! Apa-apaan kamu, hah!” bentak Opa Jhon pada cucunya itu. 

 

Xeon menurunkan tangannya saat Opa Jhon telah berada di sampingku. 

 

“Kenapa kalian ribut begini?” tanya Opa Jhon mengintrogasi kami. 

 

“Opa tanyakan saja pada istri baru Opa itu apa yang dia lakukan.” Xeon menjawab seolah-olah akulah yang mulai membuat pertengkaran ini. 

 

Picik sekali dia! 

 

“Enak aja kamu, ya. Seolah-olah akulah yang salah dan kamu korbannya. Jika kamu tidak menjatuhkan barang belanjaanku dengan sengaja, mungkin aku tidak akan marah. Terlebih lagi Angel juga tadi tertawa. Aku yakin ada sesuatu di antara kalian yang sedang kalian rencanakan untukku.” Aku membela diri. 

 

“Xeon! Mulai saat ini, hargai dan hormati Oma Loly di rumah ini dan bersikap baik padanya jika tak ingin namamu dicoret dari dalam daftar warisan!” ancam Opa Jhon pada cucunya yang songong itu. 

 

Xeon tak membantah apa pun, dia hanya berdecak kesal saja lalu turun dan duduk kembali di sofa ruang tamu. 

 

Kemudian Opa Jhon memanggilkan dua orang asisten rumah tangganya untuk membantuku membawakan barang-barang belanjaan ini. 

 

Hatiku bertepuk tangan dengan meriah dan bersorak gembira karena merasa menang dari musuhku yang picik itu. Aku menyunggingkan senyuman pada Xeon dengan makna sedang mengejek dirinya yang kalah saat ini. 

 

Hahaha. Mampus. Memang enak diancam gitu? Masih mau main-main denganku lagi? Hah, aku pemegang kendalinya saat ini. 

 

Aku bergelayut manja di lengan Opa Jhon sambil melirik Xeon dan menyeringai puas. 

 

“Ayo Mas Jhon Sayang kita masuk ke dalam kamar. Aku udah capek banget nih,” kataku dengan manja. 

 

“Ayo!” jawabnya lirih.

 

Opa Jhon menggandeng tanganku dan kami berjalan bersama menaiki tangga sampai ke kamar atas. Dua wanita yang bekerja di sini ikut masuk ke kamar juga. 

 

“Taruh situ saja ya, Bik, biar nanti saya yang rapiin sendiri,” titahku. Mereka pun mengangguk lalu meletakkan di dekat pintu. 

 

Setelah dua wanita bertubuh gempal itu keluar dan menutup pintu, tangan tak kekar Opa Jhon menepis tanganku yang masih bergelayut dengan kasar. Dia menatapku dengan sinis dan risih. 

 

Opa Jhon si pemilik wajah jutek itu kembali menampilkan ekspresi juteknya kepadaku ketika berada di dalam kamar ini. 

 

“Loly, kita hanya boleh bermesraan seperti tadi ketika berada di depan cucu-cucu saya saja. Ngerti kamu?!” Dia mengomeliku dengan wajah perang.

 

Aku mendengus kesal melihat si kakek tua ini yang terlihat begitu alergi jika bersentuhan denganku. Akan tetapi, aku juga tidak mau sebenarnya disentuh olehnya. Tidak tahu saja dia bahwa yang kulakukan itu adalah hanya akting belaka saja di depan para cucu Opa Jhon. Aku tidak segenit itu, Ferguso! Lolyta gadis baik-baik, jomlo sejak lahir malahan.

 

Bersambung ....

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Selamat

    Bab 63 : Selamat“Lolyta, ayo. Kita gak punya waktu banyak.” Xeon masih terus memaksaku. Bukannya aku tidak mau beranjak dari tempat ini. Namun, aku takut di pertengahan jalan nanti dia malah pingsan atau malah bisa kenapa-kenapa. Sungguh, pasti aku akan semakin panik kalau sampai itu terjadi. “Tapi keadaanmu sekarang lagi demam, Xeon.” “Sudahlah, aku sudah tidak apa-apa. Kamu lihat kan, aku baik-baik saja sekarang. Ayo!” imbuh Xeon dengan sedikit memaksa. Aku tahu itu. Tanpa aba-aba, Xeon pun langsung menggandeng tanganku. Mungkin saja dia tidak sabar menunggu jawaban setuju dariku lagi. Akan tetapi ... tunggu dulu, apa ini? Xeon menggandeng tanganku? Apa-apaan dia ini? Kenapa tanganku mesti harus digandeng segala sih sama dia? Ingin sekali rasanya kutepis tangan Xeon. Sebab ini seperti mencari kesempatan dalam kesempitan. Akan tetapi, akal sehatku menyuruh untuk selalu berpikiran yang positif saja. Karena dia masih dalam kondisi sedang demam. Jadi anggap saja bahwa Xeon itu ta

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Dia Demam

    Bab 62 : Dia DemamDengan terpaksa aku membuka mata karena merasa silau dengan sinar matahari, yang menyelusup dari celah-celah pohon mengenai tepat ke arah mataku. Untuk beberapa saat, nyawaku separuh masih melayang belum terkumpul semua. Kulihat Xeon sudah meringkuk di atas pangkuanku. Kurang ajar sekali dia, berani-beraninya, lancang sekali dia tidur di pangkuan. Dia gunain kesempatan ini rupanya, ya! Lihat saja kamu, ya. Hati ini amat dongkol melihat tingkahnya.Aku hendak membangunkannya, tetapi saat menyentuh tubuhnya, terasa amat panas. Aku memeriksa dahinya, ternyata rasanya sama. Panas, seperti saat seseorang sedang tidak enak badan. “Apa jangan-jangan dia demam, ya?” gumamku dengan memutar bola mata ke atas. Waduh, aku harus bagaimana ini kalau sampai Xeon demam? Kami harus keluar dan pergi dari hutan ini. Kami harus secepatnya mencari dan mendapatkan bantuan. Namun, jika keadaan Xeon sedang sakit begini, aku tidak bisa mengajaknya untuk berlari lagi. Aku melihat Xeon mu

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Masih di sini

    Bab 61 : Masih di siniXeon gantian berkomat kamit tanda dia sedang mengatakan sesuatu. Aku yang tidak mengerti dia berbicara apa hanya ha he ho saja. Bahkan saat dia memberikan sebuah isyarat pun aku masih tidak mengerti juga. Aku terus saja menggelengkan kepala sebagai tanda tak mengerti apa maksudnya. Xeon terlihat gelisah dan frustasi. Tampak sekali dia sedang menahan amarahnya, tapi mau bagaimana lagi, aku benar-benar tidak tahu apa katanya. Akhirnya Xeon geram dan dengan mengesot mendekatiku. Lalu dia membisikkan lagi sebuah rencananya. Lagi-lagi aku menurut. Kami saling membuka ikatan di tangan lagi. Lalu kami sama-sama membuka tali yang mengikat kaki kami. Rasanya sakit, tapi aku harus bisa menahannya. Kini ikatan tali di tubuh kami benar-benar sudah terlepas lagi. Kami pun mulai berjalan ke arah dapur untuk kabur lewat pintu dapur lagi. Kali ini lebih mudah karena pintu sudah terbuka dan bodohnya mereka, mereka lupa menutupnya kembali. “Ayo Lolyta,” ucap Xeon memberi aba-

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Disekap

    Bab 60 : DisekapSetelah ikatan di tangan kami terlepas, kami saling membuka kain penutup mata. Dan betapa terkejutnya aku dengan pria yang membantuku membuka ikatan tali. Kami sama-sama melongo beberapa saat. “Xeon!” seruku. “Lolyta!” Dia pun tak kalah berseru juga. Kami sama terkejutnya. Mengapa pula musuh bebuyutanku ada di sini bersamaku? Bisa tidak sih kalau teman sesama korban penculikan di sini itu orang lain selain dia? Pria yang berparas tampan, tapi juga menyebalkan itu memasang wajah aneh. Dari rautnya tersimpan banyak tanya di dalam kepalanya. Mungkin saja dia terpesona dengan kecantikanku kali ini kan? Bisa saja itu terjadi. Ya, aku pasti tidak salah lagi, sebab dia memandangku tidak berkedip sama sekali. Mungkin dia telah terpana dengan kecantikan pari purna di hadapannya ini. “Ngapain kamu mandangin aku kayak gitu? Kamu mau bilang kalau aku ini cantik kan?” tanyaku dan membuatnya langsung tersadar dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Xeon mendengus pelan. “

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Disekap

    Bab 59 : DisekapBibirku gemetar, tubuhku lemas, dan hatiku panik. Rasa kaget, cemas dan takut menjadi satu. Aku takut kalau Opa Jhon meninggalkan aku, sedangkan kami belum melakukan ritual malam pertama. Ya, Tuhan, aku mohon selamatkan Opa Jhon. Jangan ambil Opa Jhon dulu sebelum aku memiliki anak darinya. Aku berdoa dalam hati. Aku harus menyusul dan melihat keadaan Opa Jhon di sana. Namun, bagaimana caranya sedangkan aku tidak membawa uang. Sepertinya jalan satu-satunya adalah meminjam pada Intan. “Intan, kamu ada bawa uang lebih gak? Aku boleh pinjem dulu? Soalnya ini keadaannya darurat banget.” “Apanya yang darurat? Emang siapa yang ngehubungi kamu barusan?” tanya Intan. “Saudara aku, Tan. Dia kecelakaan,” sahutku dengan ragu-ragu menyebutkan Opa Jhon adalah seorang saudara. Wajah Intan dan Bagas tampak terkejut. “Boleh ya, Intan, aku pinjem duit kamu dulu buat ongkos taksi. Aku harus pergi sekarang juga,” sambungku lagi. Intan membuka tas dan mengambil dompetnya meski wa

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Telepon Misterius

    Bab 58 : Telepon Misterius Cucu angkatnya Opa Jhon itu terlihat cuek saja saat melihat aku menyembunyikan dua botol jamu ke belakang punggung. Dia pun berlalu begitu saja seolah tak terjadi apa-apa. Tapi aku yakin, dia pasti sangat mendengar obrolanku dengan Oma Jenny tadi. Aku pun menaiki anak tangga menuju lantai atas. Aku masuk ke dalam kamar untuk menyimpan botol jamu ini lalu kembali keluar kamar dan turun ke bawah. “Bik Maria,” panggilku pada asisten pribadiku itu. Wanita itu mendekat. “Ada apa, Nyonya?” “Kenapa Opa Jhon belum pulang ya, Bik? Ke mana beliau?” tanyaku. “Tuan Jhon sedang pergi bersama asistennya sejak siang tadi, Nyonya,” jawabnya. Aku pun mengangguk-angguk tanda mengerti. Aku lantas menyuruh wanita paruh baya itu untuk kembali melanjutkan tugas atau aktivitasnya tadi yang sempat terhenti karena aku panggil. Ke mana ya perginya Opa Jhon? Tumben sekali. Ponselku tiba-tiba berdering, ada yang menelepon. Ternyata Intan yang menghubungi. “Hallo, Ntan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status