Share

Panik

Setelah Rini pergi, Nadia pun mengurus kedua bocahnya. Mulai dari memandikan mereka berdua hingga menyuapi mereka makan. Setelahnya mereka diminta oleh Nadia untuk menonton televisi saja di dalam kamar. Sebab, Nadia hendak merapikan rumahnya yang berantakan dengan mainan anak-anaknya.

Sudah lebih sejam Rini belum pulang dari kepergiannya tadi sore. Nadia pun mulai cemas,dia menghubungi nomer milik Rini. Namun panggilannya tidak dijawab oleh Rini. Entah kenapa perasaan Nadia tidak tenang. Dia merasa gelisah dan cemas. Jantungnya berdegup tidak karuan. Seolah-olah dia memiliki firasat jika terjadi sesuatu terhadap Rini.

Dilihatnya kembali kedua anaknya di dalam kamar, ternyata mereka sudah tertidur. Masih dalam keadaan lelah, Nadia hendak bersiap membersihkan badannya. Tapi hati kecilnya meminta dirinya untuk menghubungi nomer Rini kembali. Setelah bunyi panggilan dia terhubung dan diangkat Nadia langsung menanyakan keberadaan Rini saat ini.

"Keluyuran kemana aja sih kamu,jam segini belum balik juga" cerocos Nadia.

"Ma'af apakah anda kenal dengan pemilik handphone ini. Jika iya, saya ingin memberitahukan bahwa yang bersangkutan sedang berada di rumah sakit karena baru saja mengalami kecelakaan. Beliau merupakan korban dari kecelakaan tabrak lari" sahut seseorang di handphone Rini. Suara tersebut dengan jelas sekali menunjukkan bahwa dia seorang laki-laki.

"Apa?" Nadia terkejut setelah mendengar berita yang tak terduga tersebut. Badannya langsung panas dingin, perasaannya pun jadi tidak karuan. Pantas saja dari tadi firasatnya selalu merasa khawatir terhadap Rini. Ternyata Rini mengalami kecelakaan.

"Ibu mungkin bisa datang ke rumah sakit untuk mengetahui lebih jelas tentang kondisi korban. Apalagi kondisi korban saat ini masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Kami dari pihak kepolisian sudah melakukan olah TKP di tempat terjadinya kecelakaan" pria itu menjelaskan. Bisa dipastikan jika dia merupakan adalah seorang polisi.

"Baik pa, saya akan segera kesana" jawabnya singkat. Kemudian menutup panggilan suara.

Nadia menjadi panik dan bingung, bagaimana sekarang dia bisa pergi kesana. Sedangkan kedua anaknya baru saja tertidur. Meninggalkan mereka sendirian disini juga rasanya tidak mungkin, membawa mereka berdua ke rumah sakit juga bukan salah satu solusi. Sebab, sangat rentan tertular penyakit jika anak kecil dibawa ke rumah sakit. Nadia pun jadi bingung. Beberapa saat kemudian terdengar suara kendaraan motor milik tetangganya tengah memasuki halaman kontrakan, Nadia pun langsung berlari untuk memastikannya. Nadia berniat untuk meminta bantuannya.

"Bang. Abang baru pulang?" tanya Nadia dengan gugup. Padahal sudah bisa terlihat jelas jika dia baru saja datang.

"Iya neng. Ada apa ya?" tanya pria brewokan yang berpenampilan garang tersebut. Dia memperkirakan pasti telah terjadi sesuatu, karena wajah Nadia nampak begitu pucat dan terlihat khawatir. Apalagi nafasnya juga terdengar berat.

"Saya bisa minta tolong nggak bang? Ma'af jika merepotkan abang nantinya" tanya Nadia bernada seperti memohon.

"Ada apa neng?" tanya tetangga yang dipanggil Nadia abang tersebut dengan sopan.

"Saya mau nitip anak-anak bang, mereka lagi tidur dikamar. Dan saya tidak tenang kalau mau pergi ninggalin mereka bang. Mau saya ajak, kasian juga bang. Soalnya mereka baru tidur bang" kata Nadia dengan nada gusar.

"Iya atuh neng, biar anak-anak nanti saya yang jagain. Memangnya neng mau kemana?" tanya bang Baron ke Nadia sambil tersenyum.

"Saya mau pergi ke rumah sakit bang. Saya baru dapat kabar kalau Rini mengalami kecelakaan bang" Nadia menjelaskannya dengan suara getir dan sedih.

"Apa? " jawab Baron kaget.

"Non Rini kecelakaan.... " katanya lagi dengan penuh keterkejutan.

"Iya bang" jawab Nadia.

"Ya sudah atuh neng buruan pergi ke rumah sakit, urusan anak-anak biar bang Baron yang menjaganya" ucap Baron menenangkan Nadia yang sedari tadi terlihat cemas. Baron pun juga terlihat panik setelah mendengar kabar kecelakaan Rini tadi.

"Iya bang. Kalau ada apa-apa hubungi Nadia ya bang" kata Nadia berpesan kepada bang Baron.

"Pasti neng. Tapi saya jamin anak-anak aman bersama saya neng" kata Baron lagi.

Nadia pun berlalu masuk kembali ke dalam kontrakannya mengambil tas dan juga mengganti pakaiannya. Nadia kemudian memesan gojek untuk mengantarkannya pergi ke rumah sakit. Tidak berapa lama ojek pesanannya sudah sampai di depan kontrakannya. Dengan bismillah Nadia pergi ke rumah sakit.

"Bang, Nadia pamit dulu ya bang. Nadia titip anak-anak SMA abang" ucap Nadia berpamitan sebelum pergi.

"Iya neng, semoga non Rini keadaannya baik-baik saja ya neng" balas Baron.

"Untuk anak-anak neng Nadia jangan khawatir, abang akan menjaga mereka dengan baik" Baron mencoba untuk menenangkan kekhawatiran Nadia.

Sepanjang jalan menujunya rumah sakit, Nadia tidak berhenti mendo'akan untuk keselamatan Rini. Nadia tidak bisa berhenti meneteskan air mata yang tidak dia minta untuk keluar. Nadia hanya bisa menangis tanpa suara selama perjalanan.

"Ya Allah berikan keselamatan kepada Rini, dan panjangkan lah umurnya ya Allah karena hamba tidak sanggup jika harus kehilangan orang yang begitu berarti bagi hidup hamba ya Allah" ucapnya lirih dalam hati. Mengingat senyuman Rini sebelum berangkat pergi tadi. Nadia semakin larut dalam kesedihannya. Seandainya saja bukan Rini yang pergi, mungkin dirinyalah yang mengalami kecelakaan tersebut.

Nadia terus saja merutuki kesialan yang dialami oleh Rini, Nadia merasa bersalah. Semua yang menimpa Rini disebabkan oleh dirinya.

"Kamu harus kuat Rini, aku tidak ingin kehilangan kamu. Aku masih membutuhkan kekonyolanmu, keisengan kamu" semua kenangan tentang Rini terekam jelas dalam ingatannya.

Sesampainya di rumah sakit, Nadia langsung menanyakan tentang korban kecelakaan tabrak lari tadi sore. Para perawat langsung memberitahukan jika korban sedang dirawat di IGD. Nadia pun langsung bergegas menuju kesana. Dia terkejut melihat kondisi Rini. Tubuhnya bersimbah banyak darah, para perawat membersihkan darah-darah tersebut. Sedangkan seorang dokter memeriksa kondisi Rini. Serta meminta mereka untuk segera melakukan beberapa tes kesehatan untuk Rini. Dokter tersebut menduga jika Rini mengalami masalah dibagian kepalanya.

Mendengar percakapan mereka, Nadia merasa seakan dirinya tidak berpijak lagi saat ini. Kakinya terasa lemah dan tak bertenaga. Tanpa dia sadari dirinya lunglai terjatuh ke lantai. Salah satu perawat yang melihat Nadia langsung menghampiri Nadia.

"Ibu tidak apa-apa" tanyanya sambil merangkul Nadia dan membantu Nadia untuk duduk dikursi.

"Apakah teman saya akan baik-baik saja?" tanya Nadia yang masih syok mendengar pembicaraan dokter tadi.

"Oh, korban tabrak lari itu teman ibu".

"Ma'af sebelumnya, kondisi pasien sekarang masih belum stabil. Kemungkinan besar kami akan melakukan operasi darurat untuk keselamatannya".

"Kami lagi memastikan, bagian luka mana yang terparah untuk segera diatasi. Agar kami bisa menyelamatkan pasien Bu".

"Saya harap ibu bisa kuat dan berdo'a saja agar pasien bisa melewati masa kritisnya" perawat tersebut menjelaskan tentang keadaan Rini dan berusaha menguatkan Nadia. Kemudian seseorang memanggil perawat tersebut. Dia pun berpamitan kepada Nadia untuk pergi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status