Share

Terpaksa

Setelah beberapa saat, Nadia dipanggil untuk menemui dokter yang sedang menangani Rini. Sang dokter ingin menjelaskan keadaan pasien kepadanya secara langsung.

"Bagaimana keadaan teman saya dok?" tanya Nadia cemas.

"Apa ibu anggota keluarga dari korban tabrak lari ini?" tanya dokter tersebut kepada Nadia.

"Bukan dok, saya temannya. Tapi kami sudah seperti keluarga dok" jawabnya.

"Kalau boleh tau, dimana keluarga pasien Bu" dokter ingin mengetahui keberadaan keluarga Rini. Sebab, tindakan yang akan dia ambil harus ada persetujuan dari pihak keluarga pasien.

"Saya tidak tahu dok, sejak saya mengenalnya. Dia sudah hidup sendirian dok" jelas Nadia kepada si dokter tentang Rini yang dia ketahui. Dokter pun menghela nafas yang panjang.

"Sebelumnya saya ingin memberitahukan kalau keadaan pasien sangat kritis. Pasien sudah kehilangan banyak darah. Apalagi untuk sementara stok darah untuk golongan daerah pasien juga sedang kosong di rumah sakit ini. Namun ada hal yang jauh lebih penting dari itu saat ini" ucap sang dokter menggantung kalimatnya.

"Ada apa dok?" tanya Nadia gusar. Dia penasaran karena raut wajah sang dokter sungguh terlihat serius.

"Pasien harus segera melakukan operasi sekarang. Karena terlambat sedikit saja. Saya tidak bisa menjamin keselamatan pasien. Sebab ada gumpalan darah didalam kepalanya saat ini,oleh sebab itu harus segera dilakukan tindakan operasi secepatnya" kata dokter bergaya rambut klimis itu kepada Nadia. Nadia pun merasa seperti tak bernyawa lagi setelah mendengar penjelasan dari sang dokter.

"Berapa kira-kira biaya untuk operasinya dok?" tanya Nadia dengan gugup disertai keringat dingin namun Nadia masih bersikap tenang. Dia sudah bisa membayangkan berapa banyak uang yang harus dia bayar untuk keselamatan Rini.

"Sekitar 40 juta rupiah" jawab si dokter singkat.

Nadia pun terperangah setelah mendengar nominal biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan operasi terhadap Rini. Harus pinjam kemana dia untuk mendapatkan uang sebanyak itu? Nadia benar-benar syok dan bingung harus melakukan apa? Kemudian dia mencek saldo rekeningnya, ternyata hanya ada sekitar delapan jutaan dan dia masih membutuhkan tiga puluh dua juta untuk membayar biaya operasi Rini. Dia harus bisa menyelamatkan Rini bagaimana pun caranya.

"Apakah bisa saya DP dulu dok untuk biayanya? saya hanya ada uang delapan juta rupiah sekarang dok. Sisanya nanti akan saya bayar setelah operasi dok" tanya Nadia sedikit cemas.

"Silahkan ibu melakukan administrasi nya terlebih dahulu dibagian administrasi disana, saya akan mempersiapkan segala keperluan untuk operasi pasien" kata sang dokter.

"Saya akan melakukan semuanya semampu saya demi keselamatan pasien bu. Saya harap ibu secepatnya menandatangi persetujuan operasi ini. Karena keadaan pasien memang dalam keadaan yang benar-benar kritis".

"Saya hanya bisa membantu sebisa saya dan mendo'akan ibu dan pasien mampu melewati cobaan ini" ucap dokter tersebut dengan bijak.

"Saya harap ibu bisa kuat dengan hasil operasi yang kami lakukan nanti. Saya permisi dulu" ucap sang dokter melangkah pergi kemudian memberikan aba-aba kepada para perawat untuk segera membawa pasien.

Nadia pun hanya bisa mengangguk dengan pasrah, berharap semoga Rini akan baik-baik saja setelah operasi nanti. Kini Nadia dilanda kebingungan dengan mencari sisa uang untuk biaya operasi Rini.

"Kemana ya Allah saya bisa mendapatkan uang sebanyak itu" gumam Nadia sambil berjalan menuju kantor administrasi untuk pembayaran operasi Rini.

"Aku akan melakukan apa pun untuk menyelamatkan kamu Rini, kamu sudah begitu banyak membantu dan menolongku dalam banyak hal. Disaat aku terjatuh dan terpuruk kamulah satu-satunya yang merangkulku dan memberikan semangat agar aku mampu menjalani hidupku dan membesarkan anak-anakku dengan bahagia" ucapnya lirih sambil berderai air mata.

Tangisnya tak dapat dia tahan lagi sehingga dia terduduk lesu dibangku sambil melihat wajah dirinya dan Rini serta kedua anaknya di wallpaper handphone miliknya. Dia merasa tidak sanggup untuk kehilangan Rini. Entah kenapa dia teringat dengan pesan pria aneh tadi. Nadia pun langsung membuka aplikasi kencan itu lagi dan membalas pesan si pria aneh tersebut setelah beberapa jam si pria itu mengirimi dia pesan.

𝘈𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘵𝘢𝘸𝘢𝘳𝘢𝘯𝘮𝘶, 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘣𝘢𝘺𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘢𝘸𝘢𝘭 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘥𝘢𝘩𝘶𝘭𝘶. 𝘈𝘨𝘢𝘳 𝘢𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘪𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘬𝘶. Balas Nadia kepada si pengirim pesan aneh yang bernama Randy.

Balas Nadia singkat, namun dia berharap pria aneh ini mau menolongnya. Hanya ini satu-satunya harapan dia bisa mendapatkan uang secepat mungkin. Walaupun dia tahu ini salah, tapi setidaknya dia sudah berusaha mencoba untuk bisa menyelamatkan Rini meski melakukan hal bodoh untuk mendapatkan uang. Sesudahnya mengirim balasan pesan, Nadia mencoba menghitung barang-barang yang dia miliki dirumah apakah nilainya sampai tiga puluh dua juta jika semuanya itu terjual. Namun sayang semua aset yang dimilikinya hanya berkisar lima belas juta rupiah kalau itu dijual harga normal, seandainya dia jual cepat paling dapat hanya sepuluh juta rupiah lebih sedikit.

Nadia benar-benar merasa panik dan frustasi sekarang ini. Dia belum mampu untuk pergi ke bagian administrasi kalau-kalau ditanya kapan akan melunasi semuanya. Pikirannya kacau sekarang harus berbuat apa. Namun kemudian sebuah pesan balasan datang dari pria aneh tersebut di aplikasi kencan.

𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘫𝘶𝘮𝘭𝘢𝘩 𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘰𝘮𝘦𝘳 𝘳𝘦𝘬𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘮𝘶 𝘴𝘦𝘳𝘵𝘢 𝘯𝘰𝘮𝘦𝘳 𝘱𝘳𝘪𝘣𝘢𝘥𝘪𝘮𝘶. 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘩𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘬𝘶 𝘬𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨. 𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘴𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘮𝘢𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯𝘬𝘶. 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘰𝘩𝘰𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘳𝘩𝘪𝘵𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶.

Balasnya dengan sedikit ancaman. Namun Nadia tidak mempedulikan ancaman yang dikatakan pria tersebut,karena dia sama sekali tidak berniat untuk mempermainkannya atau ingin menipunya. Nadia pun membalas pesannya dengan jujur.

𝘈𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘔𝘦𝘥𝘪𝘬𝘢 𝘊𝘪𝘵𝘳𝘢, 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘭𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘢𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘰𝘱𝘦𝘳𝘢𝘴𝘪 𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘱𝘶𝘭𝘶𝘩 𝘫𝘶𝘵𝘢 𝘳𝘶𝘱𝘪𝘢𝘩. 𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨𝘬𝘶 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘫𝘢𝘯𝘫𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢𝘱𝘶𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘢𝘶. 𝘐𝘯𝘪 𝘯𝘰𝘮𝘦𝘳 𝘳𝘦𝘬𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘬𝘶 034101𝘹𝘹𝘹𝘹𝘹𝘹𝘹𝘹𝘹 𝘥𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘯𝘰𝘮𝘦𝘳 𝘩𝘢𝘯𝘥𝘱𝘩𝘰𝘯𝘦𝘬𝘶 081256𝘹𝘹𝘹𝘹𝘹𝘹.

Nadia pun menarik nafas panjang, berharap apa yang dia lakukan sekarang ini bukan sebuah kesalahan yang akan dia sesali. Semua yang terjadi saat ini karena situasi yang memaksanya harus melakukan hal tersebut.

Tidak berapa lama setelah dia mengirim nomer rekening dan nomer handphonenya sebuah pesan transferan masuk ke dalam rekeningnya. Dengan jumlah yang tidak disangkanya. Jumlah transferan yang masuk sebesar seratus juta rupiah. Mata Nadia pun membelalak seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Gila ini seriusan" ucapnya dalam hati. Bukannya dia mengatakan hanya memerlukan uang sebesar empat puluh juta bukan seratus juta. Tapi yang masuk ke dalam rekeningnya sebesar seratus juta sekarang .

Nadia pun langsung bergegas pergi ke bagian administrasi untuk mengurus operasi Rini secepatnya. Setelah semuanya beres Nadia merasa lega, Nadia pun menunggu di depan ruang operasi dan berdo'a semoga operasi sahabatnya itu berjalan lancar dan Rini bisa sembuh seperti sedia kala. Dia lupa perihal tentang si pria yang telah mentransfer uang tadi. Lupa untuk mengucapkan terimakasih. Tiba-tiba ada panggilan masuk dari nomer baru di handphonenya.

"Halo" jawab Nadia memulai pembicaraan pada panggilan masuknya.

"Halo, bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya suara si penelpon. Suara yang terdengar maskulin namun terasa hangat. Membuat Nadia bingung siapa gerangan yang menghubunginya.

"Maaf ini dengan siapa ya?" tanya Nadia lembut namun bingung dengan suara yang masuk ke dalam telinganya yang terdengar asing baginya. Namun suara tersebut begitu lembut walaupun terkesan sedikit serak.

"Saya calon suami kamu. Saya harap kamu harus menjaga kesehatan kamu. Saya tidak ingin calon mempelai wanita saya sakit ketika pernikahan kita berlangsung. Nanti orang suruhan saya akan mengantarkan makanan buat kamu. Pastinya kamu belum makan kan? " jawab si suara tersebut membuat kaget Nadia. Meski terkesan memaksa tapi terselip sebuah perhatian terdengar ditelinga Nadia.

"Apakah dia sedang ada disini sekarang? Apakah dia tengah memperhatikan diriku sekarang? " beribu pertanyaan muncul dalam benaknya dan kepalanya pun menengok kiri dan kanan mencoba mencari-cari dari mana suara pemanggil ini berada.

"Kamu tidak usah bertingkah seperti itu. Iya, saya sedang memperhatikan kamu" kata-katanya menjelaskan semua tanya yang ada di pikiran Nadia. Seolah-olah dia bisa membaca pikiran seseorang.

"Kamu berada dimana?" tanya Nadia penasaran.

"Kamu tidak perlu tau, yang pasti besok kita akan melaksanakan pernikahan kita" jawabnya singkat.

"Semuanya sudah aku persiapkan dan sudah aku atur".

"Besok kamu harus bersiap-siap untuk menjadi istriku" ucapnya. Nadia pun langsung melongo karena terkejut pernikahannya akan dilaksanakan besok. Dia berasa seperti tengah berada dalam keadaan sedang bermimpi atau kenyataan.

"Oh ya, anak-anak kamu masih tertidur dengan lelap dan dijaga oleh pengasuh priamu" ucapnya sekali lagi yang membuat Nadia terperangah tidak percaya. Bagaimana dia tahu tentang anak-anaknya yang dijaga oleh bang Baron.

Pria ini mengetahui tentang kehidupan nya, apakah dia benar-benar telah menyelidiki dirinya? Apakah pria ini berbahaya untuk dirinya dan anak-anaknya? Apakah yang dia lakukan adalah sebuah kesalahan? Nadia tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun sekarang ini. Semua yang terjadi ini begitu mengejutkan baginya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status