Share

Sebuah Tawaran Menarik

Meski Nadia dan Rini terkejut dengan salah satu pesan yang aneh tersebut. Tapi Rini masih saja mencoba untuk bermain-main dengan si pengirim pesan aneh tersebut. Sedangkan pesan dari pria lainnya hanya berupa sapaan dan mengajak berkenalan. Sedangkan ini, dia langsung on point mengenai maksud yang diinginkannya. Rini pun langsung meraih handphone milik Nasia yang dipegang oleh Nadia dan membalas pesan dari pria aneh tersebut.

𝘈𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘢𝘯𝘦𝘩 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘴𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘬𝘪𝘳𝘪𝘮 𝘵𝘢𝘥𝘪. 𝘉𝘪𝘴𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘢𝘸𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘳𝘪𝘬 𝘴𝘦𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵𝘬𝘶 𝘮𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘵𝘶𝘫𝘶𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵?

Selang beberapa saat setelah pesan yang ditulis oleh Rini tadi terkirim, tidak perlu waktu lama untuk menunggu balasan dari si pengirim aneh tersebut..

𝘚𝘢𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘫𝘶𝘮𝘭𝘢𝘩 𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘶𝘬𝘢 𝘥𝘪𝘢𝘸𝘢𝘭 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘯𝘫𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘯𝘫𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘳𝘦𝘴𝘮𝘪 𝘩𝘪𝘵𝘢𝘮 𝘥𝘪𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘱𝘶𝘵𝘪𝘩. 𝘚𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘨𝘢𝘫𝘪 𝘣𝘶𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘬𝘦 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘵𝘪𝘨𝘢 𝘱𝘶𝘭𝘶𝘩 𝘫𝘶𝘵𝘢 𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘣𝘶𝘭𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘳𝘦𝘴𝘮𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘪𝘴𝘵𝘳𝘪 𝘴𝘢𝘺𝘢. 𝘚𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘴𝘺𝘢𝘳𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘳𝘶𝘴𝘪 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘴𝘪𝘬 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘶. 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘯𝘥𝘪𝘸𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘱𝘢𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨. 𝘈𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘢𝘳𝘪𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘵𝘶𝘫𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘵𝘢𝘸𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯? 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘫𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘴𝘺𝘢𝘳𝘢𝘵 𝘭𝘢𝘪𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘪𝘭𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘺𝘢.

Rini pun terbelalak membaca isi pesan dari pria aneh itu. Kenapa tidak? Gaji yang diberikannya untuk berpura-pura menjadi istrinya sungguh fantastis. Melebihi gaji UMR pemerintah. Hal ini benar-benar membuat Rini tergiur. Jika tawaran itu diberikan kepadanya, dia tidak perlu lagi bekerja dengan keras. Dia akan menikmati hidupnya dengan uang yang diberikan oleh pria aneh tersebut. Dia tidak perlu lagi mencari uang melainkan uang yang akan datang sendiri kepadanya. Sungguh impian setiap orang. Melihat tingkah aneh dan mencurigakan dari Rini, Nadia pun merebut kembali handphonenya yang telah berpindah tangan ke tangan Rini tadi. Kemudian Nadia membaca isi pesan yang sudah dikirim oleh Rini. Nadia pun ikut terkejut setelah membaca balasan yang dikirim oleh si pria aneh tersebut.

Seketika Nadia langsung melongo dan menatap ke arah Rini sambil menutup mulutnya dengan tangannya sebelah. Rini yang mendapat tatapan mata Nadia langsung mengangguk. Dia tau apa yang ada dipikiran Nadia saat ini. Pasti Nadia juga tidak percaya dengan tawaran yang diberikan oleh si pria aneh tersebut. Pria aneh yang bernama Randy.

"Gila ini banyak banget Rin?" kata nadia dengan nada kaget. Seakan kepalanya sekarang telah berfungsi menjadi kalkulator menghitung nominal angka yang dibacanya tadi.

"Makanya itu aku aja berasa syok. Gila banget ini cowok tau. Bisa sampai segitunya cuma buat nawarin pura-pura jadi istrinya dia. Tiga puluh juta sebulan itu uang yang banyak tau. Lebih gede dari gajih aku kerja selama enam bulan tau nggak sih Nad" kata Rini girang seakan tidak percaya.

Setelah beberapa saat dengan keterkejutannya Nadia pun mengeluarkan nafas panjang. Menata kembali udara yang masuk ke dalam paru-parunya. Dia mencoba berpikir dan mencerna setiap kata-kata yang ditawarkan oleh si pria aneh tersebut. Segitu entengnya dia menganggap sebuah pernikahan itu seperti lelucon untuk hidupnya.

"Tapi ini nggak bener Rin, seolah-olah mempermainkan arti sebuah pernikahan. Pernikahan itu sakral, itu janji yang akan dia ucapkan atas nama tuhan bukan untuk lelucon" ucap Nadia yang merasa keberatan dengan tawaran Randy.

"Tapi ini kan sama-sama saling menguntungkan Nad, tidak ada pihak yang dirugikan lho" kata Rini.

"Kalau kamu nggak mau biar aku saja" kata Rini.

"Terserah kamu saja Rin, tapi aku sepertinya tidak mau melakukan hal konyol ini. Silahkan kalau kamu mau menerima tawaran itu" kata Nadia berdiri kemudian berjalan ke dapur mengambil air putih yang tersimpan di dalam kulkas

"Coba deh kamu pikirkan lagi, ini kesempatan bagus buat kamu ngumpulin duit buat masa depan anak-anak kamu Nad" Rini mencoba untuk membujuk Nadia. Namun disambut gelengan oleh Nadia. Dia bersikukuh untuk tidak terpengaruh dengan sejumlah uang yang ditawarkan oleh pria tersebut. Meski sejujurnya dia sangat membutuhkan uang yang banyak untuk kebutuhan masa depan anak-anaknya.

"Kita kan nggak tau bagaimana penampilan pria itu. Siapa tau foto yang di taruh di profilnya itu fake?" kata Nadia lagi menjelaskan kepada Rini agar dia berhenti untuk mengoceh memintanya untuk menerima tawaran dari pria aneh tersebut.

Rini pun nampak berpikir setelah mendengar perkataan Nadia. Memang akhir-akhir ini banyak sekali penipuan yang dilakukan di media sosial. Banyak para penipu memakai foto orang lain agar bisa memudahkan aksinya dalam menipu para wanita yang mudah dirayu. Malah tidak sedikit kasus penipuan yang terjadi berujung kepada pembunuhan. Apalagi sekarang ini baru saja terjadi pembunuhan mutilasi karena masalah percintaan sesama jenis. Tiba-tiba saja bulu kuduk Rini merinding dan dia pun bergidik ngeri. Seolah-olah hal itu akan terjadi menimpa sahabatnya Nadia.

"Bener apa yang kamu bilang Nad? Mending nggak usah dihiraukan aja pesan aneh ini" kata Rini lagi dengan nada takut sambil mengusap-usap badannya yang merasa ngeri sendiri. Dia tidak bisa membayangkan jika hal buruk nanti akan menimpa Nadia. Demi uang nyawa melayang, kan lucu jadinya.

"Amit-amit dah" Rini mencoba menyadarkan dirinya dari pikiran yang tidak karuan.

Nadia yang melihat tingkahnya Rini hanya tertawa kecil. Begitulah sifat Rini, selalu menggebu diawal nanti bisa melempem sendiri semangat empat limanya yang menggebu tersebut.

"Aku mau nganterin paket pesanan ini dulu ya" kata nadia yang sedang memasukkan sebuah bungkusan ke dalam tote bag hitam miliknya yang memang biasa dia gunakan untuk membawa paket pesanan untuk pelanggan setianya.

"Aku titip anak-anak dulu ya Rin" ucap Nadia lagi ke Rini.

"Eh Nad, biar aku aja yang nganterin. Sekalian aku mau keluar juga ini beli sesuatu" kata Rini yang hendak membantu Nadia.

"Nggak ngerepotin nih" ledek Nadia sambil mencoel pipi Rini yang agak sedikit tembem. Memang Rini itu suka makan, tapi badannya tidak gemuk. Hanya pipinya saja yang bertambah bengkak jika dia kebanyakan makan.

"Ya ngerepotin lah. Jangan lupa bayar upah gojeknya nanti ya" canda Rini sambil menengadahkan kedua telapak tangannya di hadapan Nadia. Serta mengedipkan sebelah matanya.

"Noh kerja dulu baru minta upahnya" kata Nadia membalas ucapan Rini tadi sambil menaruh tote bagnya di tangan Rini dan menjulurkan lidahnya untuk meledek Rini.

"Dasar mahmud pelit" canda Rini lagi sambil tertawa dengan wajah yang pura-pura di kesalin.

"Biarin. Biar cepat kaya tau" jawab Nadia sambil memoncongkan mulutnya.

"Sudah sana pergi. Sumpek tau kalau kamu masih disini" ujar Nadia seolah-olah dia mengusir Rini. Tapi tangan Nadia sedang merapikan rambut Rini yang masih keluar meski kepala Rini sudah memakai helm.

Rini pun kemudian menyalakan motor matic kesayangannya dan mengklakson ke arah Nadia pertanda dia mau berangkat. Sambil berdadah tangan kepada si kecil putri Nadia.

"Hati-hati dijalan ya Rin" kata Nadia sambil melambaikan tangannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status