Share

Perbincangan

Nadia merasa syok setelah orang yang dimaksud oleh Randy tadi datang. Dia menyampaikan pesan dari Randy kalau besok Nadia akan dijemput oleh dirinya. Dia juga berkata kalau sebaiknya sekarang Nadia pulang saja beristirahat, kasian anak-anaknya kalau ditinggal terlalu lama. Nadia yang belum sempat protes sudah diberitahu kalau pria yang mengantar makanan itulah yang ditugaskan bosnya untuk menjaga Rini di rumah sakit. Sedangkan Nadia akan diantar pulang sopir yang sudah menunggu dimobil. Nadia pun terpaksa harus pergi meninggalkan Rini yang masih dioperasi. Atas paksaan pria tersebut, mau tidak mau dia harus segera pulang, apalagi Randy mengirimi dia pesan.

𝘗𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨𝘭𝘢𝘩, 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘩𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘢𝘥𝘢𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘮𝘢𝘯𝘮𝘶. 𝘋𝘪𝘢 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘣𝘢𝘪𝘬-𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘴𝘢𝘫𝘢. 𝘈𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘮𝘪𝘯 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶. 𝘛𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘯𝘪. 𝘈𝘴𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘳𝘶𝘵 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢𝘢𝘯𝘬𝘶. 𝘈𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘳𝘦𝘭𝘢𝘬𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘵𝘳𝘦𝘴𝘴 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘣𝘦𝘴𝘰𝘬 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘱𝘦𝘴𝘪𝘢𝘭 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘶𝘢, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘣𝘦𝘴𝘰𝘬 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢. JANGAN MEMBANTAH!!!!

Setelah membaca pesan itu Nadia pun bersiap untuk pulang ke rumah kontrakannya, namun dia berulang kali melihat ke arah ruang operasi ada rasa enggan untuk meninggalkan sahabatnya yang sedang berjuang untuk hidupnya sendirian disini.

"Aku yakin kamu kuat Rini" ucap Nadia dalam hatinya.

"Saya mohon jaga teman saya ya" kata Nadia kepada pria yang mengantarkan makanan kepadanya tadi.

Saat hendak keluar dari rumah sakit sebuah mobil hitam langsung menghampiri Nadia. Kemudian seorang pria berpakaian setelan rapi, keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untuknya.

"Silahkan nona masuk ke dalam mobil, saya akan mengantarkan nona pulang ke rumah dengan selamat. Perkenalkan nama saya Fery asisten tuan Randy" ucap pria berwajah tampan dan berpenampilan sangat rapi itu.

Nadia hanya mampu mengangguk karena terpesona dengan rupa dan tutur bicaranya. Nadia kemudian masuk ke dalam mobil yang telah dibukakan oleh Fery. Selama dalam perjalanan pulang Nadia memilih diam dan terlihat tampak grogi berada dalam mobil mewah itu, dia diperlakukan bak putri bangsawan saja. Sebenarnya siapa Randy ini? Kenapa dia begitu sangat baik memperlakukan dia? Apakah wajahnya setampan asistennya? Dia dibuat bertanya-tanya tentang sosok Randy yang begitu misterius ini.

Sesampainya dirumah,Nadia melihat ke handphonenya memastikan kalau ada pesan yang mengabarkan tentang Opera Rini berjalan dengan lancar.

"Bang, bang Baron" kata Nadia mencoba membangunkannya. Bang Baron pun langsung refleks duduk setelah dibangunkan. Walau masih dengan kondisi mata yang mengantuk dia mencoba menyadarkan dirinya.

"Eh, neng Nadia sudah pulang. Anak-anak tidur nya pulas neng nggak ada yang bangun" kata bang Baron sambil mengucek kedua matanya.

"Bang Baron sudah makan?" tanya Nadia.

"Sudah tadi neng, beli nasi goreng tadi di depan toko mba Jum" jawab Baron.

"Ini ada banyak makanan. Saya dikasih sama orang tadi" ucap Nadia sambil mengeluarkan beberapa Roti, minuman mineral, susu kotak, nasi bungkus empat dan beberapa buah apel.

"Bang Baron ambil saja mau yang mana?" tanya Nadia lagi ke bang Baron.

Bang Baron melirik ke arah nasi bungkus dan itu dilihat oleh Nadia, dia pun tertawa kepada bang Baron.

"Bang Baron nggak usah malu-malu ambil saja. Anggap ini rejeki buat abang karena sering bantuin Nadia" katanya.

"Iya neng" kata Baron kemudian mengambil sebungkus nasi. Nadia pun berjalan ke arah dapur mengambil sendok, piring serta gelas berisi air untuk bang Baron dan juga dirinya.

"Kita makan sama-sama ya bang" ajak Nadia yang diangguki oleh bang Baron sambil tertawa kecil.

Setelah membuka bungkusan nasi bang Baron merasa senang sekali karena isinya ternyata nasi padang, makanan kesukaan bang Baron. Dia terlihat begitu lahapnya memakan nasi padang tersebut sambil berucap terimakasih kepada Nadia berulang kali. Setelah selesai makan mereka pun berbincang-bincang.

"Bang Baron saya bisa tidak minta tolong lagi sama abang?" tanya Nadia.

"Saya selalu siap bantuin neng Nadia kapanpun itu" jawab Baron.

"Saya mau abang besok jadi saksi wali nikah saya ya bang. Saya tidak punya keluarga ataupun siapa-siapa disini" kata Nadia. Baron yang mendengar perkataan Nadia terkejut. Nadia akan menikah dengan siapa? Setahunya dari obrolan Baron sama Rini biasanya kalau Nadia enggan untuk menikah lagi. Tapi kenapa ini mendadak akan ada pernikahan?

"Kalau boleh tau calon suaminya siapa neng? Rumah tinggalnya dimana? kerjaannya apa? " tanya Baron menyelidik. Namun disambut gelengan oleh Nadia.

"Kok neng Nadia mau nikah tapi tidak tau asal usul calon suaminya" kata Baron heran.

"Ceritanya panjang bang" kata Nadia menghembuskan nafasnya dengan berat. Melihat Nadia seperti itu bang Baron jadi tidak enak hati ingin bertanya lebih lanjut lagi.

"Memang neng Nadia tidak malu kalau saya nanti yang jadi saksinya. Maklum saya ini bukan orang baik neng. Saya orang yang pernah bergelut didunia hitam" ungkap bang Baron.

"Bang Baron orang baik kok. Cuma bang Baron yang sering bantuin saya sama Rini dikontrakan ini" kata Nadia sedikit merasa terharu.

Kontrakan ini terdiri enam pintu hanya dan hanya mereka bertiga yang dikucilkan oleh para tetangga kontrakan yang lain. Bang Baron yang dianggap preman selalu dijauhi ketika mencoba menyapa mereka. Namun tidak pernah dihiraukan oleh mereka. Sedangkan Rini selalu disebut sebagai simpanan om-om karena dianggap sering keluyuran. Sedangkan dirinya selalu dicibir karena mereka menganggap kalo Nadia akan mengambil suami mereka sebab status janda yang disandangnya. Meski mereka tau rumah tangga Nadia hancur karena pelakor. Mereka meanggap Nadia calon pelakor untuk rumah tangga mereka. Pemikiran yang aneh bukan.

Selain kontrakan yang ditempati Nadia, diseberang kontrakannya pun juga ada kontrakan delapan pintu. Mereka para ibu-ibu yang hobi bergosip ria, sebab itulah Rini dan Nadia saling menyayangi satu sama lain. Sedangkan bang Baron seperti pelindung bagi mereka berdua, karena bang Baron lah yang menyelamatkan mereka berdua ketika mau didemo para ibu-ibu ceriwis itu karena dianggap wanita yang tidak baik. Namun beruntungnya mereka memiliki pemilik kontrakan yang baik hati bernama bu Juleha istrinya pak Burhan yang gencar sekali ingin memperistri Nadia. Walaupun bu Juleha tahu suaminya ngebet ingin menikahi Nadia tapi bu Juleha sedikitpun tidak marah karena dia yakin Nadia bukan wanita rendahan seperti Ike yang menjadi madunya sekarang.

"Itu kewajiban saya sebagai sesama manusia harus saling tolong menolong neng" jawab bang Baron yang merasa terharu karena masih ada yang mau menganggap dirinya baik.

"Sebenarnya abang kerja apa ya? Memang abang tidak punya keluarga lain lagi disini? Maaf bang kalau saya lancang saya cuma sekedar ingin tau saja. Itupun kalau bang Baron tidak keberatan, jika tidak ingin bercerita juga tidak apa-apa" kata Nadia yang merasa tidak nyaman seperti ingin mengulik kehidupan Baron.

"Saya punya anak semata wayang neng, namanya Ahmad. Dia saya pondokkan di Gontor sana saat ini. Kalau kerjaan saya cuma penjaga gudang pabrik aja neng. Kalau diminta kerja yang lain kadang mau juga. Lumayan gajinya gede, tapi saya makai uangnya sedikit saja. Uangnya mau dikumpulin buat biaya sekolah anak saya nanti ke Tarim" jelas bang Baron sambil tersenyum ketika menceritakan keinginannya tersebut. Meski dirinya adalah orang yang jahat setidaknya anaknya harus menjadi orang yang baik.

"MasyaAllah bang. Nggak nyangka saya sama abang, saya benar-benar salut sama abang dalam memikirkan pendidikan anak abang" kata Nadia.

"Itu emang anaknya yang mau, saya sebagai orang tua ya mendukung saja asal itu hal baik. Cukup saya yang jadi bajingan anak saya jangan. Kasian nanti ibunya, malu saya kalau ketemu ibunya ahmad nanti diakhirat" kata bang Baron menjelaskan.

"Istri abang memangnya dimana?" tanya Nadia.

"Istri saya meninggal setelah melahirkan Ahmad neng. Setelah dia selesai menyusuinya untuk pertama dan terakhir kalinya" kata bang Baron dengan nada sedih seperti sedangmengenang mendiang istrinya.

"Innalillahi wainnailaihi roji'un. Maafkan saya bang" ucap Nadia. Begitu nampak sekali kalau bang Baron sangat menyayangi istrinya. Nadia merasa istrinya bang Baron beruntung mempunyai suami seperti bang Baron.

"Oh ya neng, gimana keadaan neng Rini? Tadi mau nanya saya kelupaan" kata Baron mengalihkan pembicaraan.

Nadia lupa untuk mencek handphonenya untuk mengetahui kabar tentang Rini. Jikalau bang Baron tidak menanyakan, tidak akan lupa tentang kondisi Rini. Nadia segera mengambil handphonenya dan ternyata ada sebuah pemberitahuan kalau Rini sudah selesai menjalani operasinya dan masih dalam masa pemulihan. Selain itu juga, Randy mengiriminya foto Rini yang tengah berada di ruang perawatan. Dia dapat bernafas lega kalau kondisi Rini sekarang sudah lebih baik.

"Rini sudah lebih baik bang, dia sudah selesai operasi" kata Nadia.

"Operasi" Baron terkejut.

"Biaya operasi neng Rini bagaimana neng? Berapa biayanya neng?" tanya Baron ke Nadia perihal biaya operasinya.

"Sudah lunas bang" kata Nadia.

"Kalau neng nggak punya uang buat biaya neng Rini bilang saja, nanti saya pinjam uang ke bos saya untuk pengobatan Rini" ucapan Baron tadi seperti sebuah hujaman belati dijantungnya. Seandainya saja dia langsung bicara ke Baron terlebih dahulu tadi mungkin dia tidak akan terlibat dengan pernikahan konyol Randy yang akan dilaksanakan besok.

"Iya bang" kata Nadia sambil mengangguk. Meski hatinya menjerit menyesali keputusannya tadi.

"Ya sudah saya pamit pulang dulu neng, biar neng bisa istirahat juga" ujar Baron yang berdiri dan berlalu pergi meninggalkan Kontrakan Nadia

****

𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘳𝘪𝘮 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘔𝘜𝘈 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘴𝘪𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘵𝘪𝘯 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘤𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬. 𝘋𝘪𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢 𝘱𝘢𝘬𝘢𝘪𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘥 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪. 𝘈𝘤𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢𝘥𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘶𝘵𝘶𝘱, 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘶 𝘬𝘩𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪𝘳 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘦𝘬𝘴𝘱𝘰𝘴. 𝘏𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘵𝘢𝘮𝘶 𝘬𝘩𝘶𝘴𝘶𝘴 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢. 𝘜𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘢𝘬𝘴𝘪 𝘸𝘢𝘭𝘪 𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘮𝘶 𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘴𝘪𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢?

Isi pesan Randy si calon suami yang belum pernah dia temui. Sontak saja membuat Nadia terkejut, apakah pernikahan ini sama seperti pernikahan dia sebelumnya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status