Share

Bab 12

Penulis: Bamboo
Dulu, Irene selalu sendirian di penjara. Jika bukan karena Leni sering mengunjunginya, mendukungnya dan sibuk membantunya dengan urusannya, mungkin saja dia tidak bisa keluar dari penjara hidup-hidup.

Selama tiga tahun yang susah itu, Leni-lah yang terus mendukungnya.

Penyelamat hidup, ya .... Mata Michael berkilau. Sepertinya, Leni benar-benar sangat penting bagi Irene. "Tapi, apakah kamu nggak merasa konyol untuk menganggap seseorang sebagai penyelamat hidupmu? Kalau satu hari nanti, kamu ditinggalkan oleh penyelamat hidupmu, apakah kamu nggak akan merasa lebih putus asa?"

"Leni nggak akan meninggalkanku," kata Irene dengan sangat yakin. Tatapannya juga penuh keyakinan.

Entah mengapa, sebuah perasaan tidak nyaman muncul dalam hati Michael, seakan-akan dia tidak menginginkan ada orang yang layak mendapatkan kepercayaan Irene, seakan-akan Irene bisa melakukan apa pun demi orang tersebut.

...

Beberapa hari kemudian, karena departemen tingkat atas akan datang melakukan pemeriksaan di Pusat Sanitasi Lingkungan, beban kerja Irene juga bertambah, hingga kadang-kadang dia harus lembur.

Untungnya, saat dia pulang, Michael sudah memasak dan menunggunya, membuat hatinya terasa hangat.

Dia juga pernah menyuruh Michael untuk makan terlebih dahulu jika dia pulang malam, tetapi Michael malah bersikeras untuk menunggunya pulang dan makan bersama.

Terkadang-kadang, dia merasa bahwa mereka berdua seperti saling bergantung di kamar kontrakan yang kecil dan sederhana ini. Mungkin inilah rasanya memiliki seorang adik.

Pada pagi hari, setelah Irene menyapu jalanan yang merupakan tanggung jawabnya, dia kembali ke Pusat Sanitasi Lingkungan dan menyimpan peralatannya, lalu berdiri di daerah kosong di depan pintu.

Nanti, pengawas dari Manajemen Perkotaan akan datang, jadi mereka yang bertugas untuk menyapu jalanan disuruh untuk berdiri dan menyambut kedatangan para pengawas supaya laporan pekerjaan lebih mudah dilakukan.

Dengan tubuhnya yang ramping, Irene yang berdiri di antara kumpulan wanita-wanita berusia 40 hingga 50 tahun terlihat sangat mencolok.

Saat para pengawas datang ke Pusat Sanitasi Lingkungan, seorang wanita berusia sekitar 27 atau 28 tahun di antaranya melihat Irene dan tiba-tiba berteriak, "Irene, kamu Irene Linardo, 'kan?!"

Irene mengangkat kepalanya dan melihat seorang wanita berpakaian formal berwarna biru muda. Rambut wanita ini diikat, wajahnya bulat dan matanya sipit. Penampilannya biasa saja, tetapi dia berias dengan cantik.

Setelah tercengang sesaat, Irene baru menyadari bahwa orang itu adalah Jessie Mila, teman SMA-nya.

"Ternyata benar itu kamu." Jessie menatap Irene dengan terkejut sambil bertanya, "Kenapa kamu ada di sini? Sekarang ... kamu bekerja sebagai petugas kebersihan?"

"Ya, sekarang aku kerja di sini," jawab Irene. Dia tidak menghindari tatapan Jessie yang mengamatinya. Lagi pula, selagi dia masih hidup di dunia ini, dia pasti bisa bertemu dengan orang yang pernah dia kenal. Meskipun hal ini agak memalukan, dia tetap harus menanggungnya.

"Jessie, kalian saling kenal?" tanya seorang rekan kerja Jessie yang datang melakukan pengawasan juga.

"Ya, ini Irene, dulu dia adalah murid tercantik dan terpintar di kelas kami. Setiap ujian, dia selalu mendapatkan peringkat pertama. Entah berapa banyak teman laki-laki di kelas kami yang menyukainya dan mendekatinya. Tapi, Irene nggak menyukai satu pun dari mereka," kata Jessie pada rekan kerjanya, seakan-akan dia sengaja memuji Irene tinggi-tinggi.

Makin dipuji, ucapan Jessie pun akan terdengar makin kontras dengan Irene yang sekarang.

Seperti yang diduga, rekan kerja itu pun mengernyit dan berkata, "Dia murid terpintar dan tercantik di kelas? Kamu bergurau, ya?"

Jessie tersenyum kecil, tetapi dia merasa senang. Dulu, di kelas, Irene seperti angsa putih yang dikagumi oleh banyak orang, sedangkan dia seperti seekor itik jelek yang sama sekali tidak mendapatkan perhatian siapa pun.

Namun, sekarang, memangnya mengapa jika Irene adalah seekor angsa? Dia hanya menyapu jalanan!

Mendengar ucapan ini, beberapa pekerja Pusat Sanitasi Lingkungan di sekitar Irene juga satu per satu memandang ke arah Irene. Tatapan mereka bermacam-macam, ada yang terkejut, ada yang simpati, ada juga yang menghina.

Keesokan harinya, setelah Irene menyelesaikan pekerjaan paginya dan pergi mengembalikan peralatan, seorang gadis di Divisi Peralatan menatap Irene dengan penasaran sambil bertanya, "Irene, apakah dulu kamu benar-benar murid tercantik dan terpintar di kelas?"

Sebelum Irene bisa menjawab, Cherria Fabri, salah satu anggota Divisi Peralatan, mendengus dingin dan berkata, "Memangnya kenapa kalau dia murid tercantik dan terpintar? Sekarang, dia hanya menyapu jalanan. Kalau benar-benar mampu, dia sudah ganti profesi sejak lama."

Gadis yang mengajukan pertanyaan itu pun menatap Irene dengan ekspresi canggung, sedangkan Irene hanya menunduk. Dia menandatangani catatan pengembalian peralatan, lalu berbalik dan pergi.

Shanti mengejar Irene dan menepuk-nepuk pundak Irene sambil berkata, "Jangan pedulikan ucapan Cherria. Dia menyukai George dari Divisi Transportasi, jadi dia melampiaskan amarahnya padamu."

Ekspresi Irene pun kebingungan, dia tidak mengetahui siapa "George" yang dimaksud Shanti dan apa hubungan orang itu dengannya.

"George adalah sopir di Divisi Transportasi, sepertinya dia tertarik padamu. Apakah dia biasanya nggak sering menyapamu?" kata Shanti. Dia benar-benar mengharapkan kebahagiaan Irene. "Sebenarnya, George orangnya baik, dia juga termasuk pekerja tetap di Pusat Sanitasi Lingkungan. Orang tuanya juga membelikannya rumah untuk pernikahannya. Bagaimana kalau kamu mempertimbangkannya?"

Irene menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak, deh. Aku belum ingin pacaran."

"Kamu sudah 27 tahun. Makin tua seorang wanita, kamu akan makin susah mencari pasangan," kata Shanti.

"Kalau begitu, aku bisa sendirian saja," kata Irene. Sebenarnya, saat dia baru saja keluar dari penjara, dia sudah sama sekali tidak memiliki harapan terhadap percintaan.

Awalnya, Martin dan dia bersumpah untuk saling mencintai selamanya. Namun, kemudian, di penjara, kuku di sepuluh jari tangannya dicabut, tetapi Martin bahkan sama sekali tidak mengernyit dan hanya berkata bahwa itu adalah akibat dari perbuatannya sendiri.

Pada saat itu, bagi Irene, segala perasaannya sebelumnya seperti hancur sepenuhnya.

Sering sekali, dia memimpikan adegan ini dan dia akan terbangun dengan terkejut dari mimpinya.

Sedangkan sering kali, saat jari tangannya terasa sakit, dia memberi tahu dirinya sendiri bahwa yang namanya percintaan hanyalah kekejaman seperti ini.

Dia yang sekarang sama sekali tidak ingin menyentuh percintaan lagi.

Terlebih lagi, dengan statusnya sebagai mantan narapidana, mendapatkan sebuah pekerjaan juga sangat sulit baginya, apalagi mencari seorang calon suami? Berapa banyak orang yang bisa menerima keadaannya?

Namun, saat dia mengatakan kata-kata ini, wajah Michael melintasi benaknya. Jika diingat-ingat, beberapa hari lagi, dia akan menerima gaji, jadi dia pun bisa membelikan sebuah ponsel untuk Michael.

"Aduh, anak ini ...." Shanti membuang napas, dia juga tidak lagi bersikeras untuk melanjutkan percakapan ini.

Pada hari gajian, setelah Irene pulang kerja, dia membawa Michael ke pusat perbelanjaan untuk membeli ponsel.

"Nggak apa-apa kalau aku nggak punya ponsel," kata Michael dengan cuek. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Irene akan membelikan ponsel untuknya.

"Sekarang, nggak ada lagi orang yang nggak punya ponsel. Saat kamu mencari kerja, perusahaan akan lebih mudah menghubungimu kalau kamu punya ponsel. Kamu juga nggak bisa menyebarkan brosur selamanya," kata Irene. "Lagi pula, dengan adanya ponsel, ke depannya, kalau ada masalah dan harus pulang lebih malam, kita bisa saling menghubungi dengan lebih mudah."

Mereka tiba di toko ponsel di pusat perbelanjaan yang menjual ponsel dari berbagai merek. Sekarang, ponsel yang bisa Irene beli berada di jangkauan harga sekitar tiga juta. Dia juga sudah mencari-cari di internet dan memilih beberapa pilihan model ponsel. Oleh karena itu, kali ini, dia langsung memilih beberapa model yang sudah dia pilih, lalu membiarkan Michael memilih yang Michael sukai.

"Sekarang, aku hanya bisa membeli ponsel model lama seperti ini. Tapi, aku sudah pernah cari-cari di internet, ponsel-ponsel ini hemat biaya dan konfigurasinya juga lumayan bagus. Kamu pakai saja dulu. Nanti, kalau aku sudah mendapatkan lebih banyak uang ...."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Berdosa si Bos Paranoid   Bab 523

    "Martin, aku merasa agak pengap, ayo pergi ke taman bunga di belakang," kata Hannah."Baiklah," kata Martin sambil menatap calon istrinya dengan tatapan yang agak rumit. "Tadi, kamu sengaja nggak membiarkanku bicara, untuk ini?" Martin mengucapkan kata-kata ini dengan suara yang sangat rendah, sehingga hanya mereka berdua yang bisa mendengar suaranya."Iya. Kalau ada yang mau cari masalah, untuk apa kita memperingatkannya?" kata Hannah sambil tersenyum. "Selain kedua keluarga kita, tentu saja masih ada keluarga lain yang akan menyinggung Michael dan nasib mereka akan lebih parah lagi."Melihat senyuman di bibir calon istrinya ini, Martin tiba-tiba merasakan kehilangan dan keberatan yang tidak bisa dijelaskan dalam hatinya, seakan-akan ada sesuatu yang sudah menghilang darinya dan tidak akan bisa kembali lagi.Sedangkan sekarang, hal yang bisa Martin lakukan hanyalah terikat erat dengan wanita di hadapannya ini, demi kepentingan kedua keluarga!Tidak jauh dari mereka, ada juga seseorang

  • Istri Berdosa si Bos Paranoid   Bab 522

    Ternyata, Irene adalah pengemudi mobil yang menyebabkan kecelakaan yang membunuh Helen. Sedangkan sekarang, Michael berpacaran dengan Irene. Sama sekali tidak ada yang menyangka bahwa hal yang tidak mungkin terjadi ini akhirnya terjadi juga!Bruk!Jason mendengar suara sesuatu terjatuh di belakangnya. Dia menoleh dan melihat Winny yang jatuh terduduk di lantai karena kedua kakinya lemas.Jason menatap Winny dengan tatapan simpati. Sepertinya, Keluarga Avila akan jatuh sial dan Winny sepertinya akan dikeluarkan dari lingkaran kelas atas ini.Bagaimanapun, Michael bukanlah orang yang murah hati.Pada saat ini, Debbie dan Ivanna merasa ketakutan. Terutama Debbie, meskipun dia merasa tidak rela, tatapannya tetap saja tampak ketakutan.Tindakan Michael barusan sudah menunjukkan bahwa dia sebenarnya sudah mengetahui perihal Irene pernah dipenjara. Kalau begitu, perbuatan Winny tadi jelas-jelas mencari masalah untuk dirinya sendiri.Selain itu ... tadi, Michael berjongkok di hadapan Irene, wa

  • Istri Berdosa si Bos Paranoid   Bab 521

    "Aku hanya dikatai, terus gaunku diinjak hingga robek," jawab Irene. Dia tidak ingin mengeluh di tempat ini. "Maaf, ya. Hari ini, kamu membawaku ke sini, tapi aku malah ....""Maaf apanya," kata Michael. Dia memotong ucapan Irene dan berkata, "Akulah yang nggak menjagamu dengan baik, sehingga kamu terkena masalah seperti ini."Kemudian, Michael berjongkok dan mengikat ujung rok Irene yang robek, supaya ujung rok itu tidak terseret di lantai, sehingga Irene menginjaknya.Saat Michael berjongkok, semua orang di sekitar terkejut. Tidak ada yang menyangka bahwa Tuan Michael yang sangat terhormat di Kota Cena malah bisa berjongkok di hadapan seorang wanita seperti ini.Setelah Michael membantu Irene merapikan ujung rok Irene, Michael menengadah dan menatap Irene sambil bertanya, "Kamu terluka, nggak?"Pada saat ini, Michael berjongkok sambil menengadah, sedangkan Irene berdiri sambil menunduk. Keduanya saling bertatapan. Untuk sesaat, Irene merasa seakan-akan pada saat ini, Michael sedang m

  • Istri Berdosa si Bos Paranoid   Bab 520

    "Benar. Wanita inilah yang nggak tahu malu. Entah dengan cara apa dia menipu Michael. Sepertinya, sekarang, Michael juga nggak tahu kalau wanita ini pernah masuk penjara," timpal Ivanna.Mendengar ucapan wanita-wanita ini, Hannah dan Martin tampak terkejut. Baru saja Martin ingin mengucapkan sesuatu, Hannah diam-diam menarik Martin untuk mengisyaratkan agar Martin tidak mengatakan apa pun.Irene hanya merasa bahwa makin banyak orang di sekitar yang menatap ke arah mereka. Selain itu, banyak orang mendengar ucapan Winny dan yang lainnya barusan. Pada saat ini, tatapan yang tertuju ke arah mereka beragam, ada yang terkejut, ada yang menghina, semuanya seperti sedang menonton pertunjukan.Irene membuang napas dalam hatinya. Sepertinya, di pesta hari ini, dia mempermalukan Michael lagi. Bagaimanapun, dia tidak bisa mengubah hal-hal yang pernah dia alami sebelumnya.Irene tidak ingin mempermalukan dirinya lebih lama lagi, jadi dia berbalik untuk pergi.Namun, kali ini, baru saja dia mengamb

  • Istri Berdosa si Bos Paranoid   Bab 519

    Mendengar hal ini, Winny dan Debbie yang berada di satu sisi juga langsung terkejut.Winny tiba-tiba tertawa dan berkata, "Kukira kamu siapa. Ternyata kamu pembunuh, ya! Michael tahu, nggak, kalau kamu orang yang membunuh Helen?"Pada saat ini, Winny sudah tidak sabar ingin melihat reaksi Irene saat Michael mengetahui bahwa Irene adalah pelaku dalam kecelakaan mobil itu.Menurut Winny, Michael pasti tidak mengetahui hal ini. Kalau tidak, bagaimana mungkin Michael akan membiarkan Irene berias seperti ini dan menghadiri pesta ini sebagai pendampingnya?!Sedangkan Debbie tersenyum sinis dan berkata, "Oh iya, hari ini Martin juga datang ke pesta ini. Tadi, aku melihatnya dengan Hannah. Bagaimana kalau kami bantu agar kamu bisa bertemu dengan mantan pacarmu itu?"Mendengar ucapan Debbie, Winny langsung bersemangat. Dia mengangkat kepalanya dan melihat ke sekeliling. Kebetulan, Martin dan Hannah berada tidak jauh dari mereka.Oleh karena itu, Winny seketika berseru ke arah kedua orang itu, "

  • Istri Berdosa si Bos Paranoid   Bab 518

    "Oh iya, apa hubunganmu dengan Michael? Bagaimana kalau kamu beri tahu kami, untuk memuaskan rasa ingin tahu kami?" kata Debbie.Irene tersenyum dan menjawab, "Ini masalah pribadiku, jadi aku nggak bisa beri tahu kalian."Begitu Irene mengucapkan kata-kata ini, ekspresi ketiga wanita itu sontak berubah. Winny Avila, putri dari presiden direktur jaringan toko kelontong, langsung berkata, "Ucapanmu sungguh nggak enak didengar. Jangan-jangan hubungan kalian memalukan, ya, jadi kamu nggak berani bilang?"Wajah Irene agak menggelap. Hal yang dia duga ... akhirnya terjadi. Meskipun dia ingin menghindar, dia sama sekali tidak bisa melakukannya.Sedangkan Ivanna, cucunya bos hotel terkenal, memelototi Irene sambil mengernyit, seperti sedang memikirkan sesuatu.Winny melanjutkan ucapannya dengan agresif. "Jangan-jangan kamu menggunakan cara yang nggak etis untuk menjalin hubungan dengan Michael?" kata Winny.Irene mengerutkan bibirnya dan berkata, "Maaf, aku masih ada urusan, jadi aku pergi dul

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status