Share

Bab 11

Gary, Clara dan Elena pun saling bertatapan.

Clara masih ingin mengumpat, tetapi Gary tiba-tiba menahannya sambil berkata, "Sudahlah, pria itu pasti juga mantan narapidana! Orang macam apa pun ada di dalam penjara. Siapa tahu kejahatan apa yang dilakukan pria itu hingga dia masuk penjara."

Mendengar ucapan Gary, Clara terdiam sesaat, lalu berkata dengan kesal, "Kalau begitu, apakah masalah ini berakhir di sini?"

Gary ragu-ragu sesaat sebelum berkata, "Mari kita lihat lagi ke depannya. Kalau Hendrik benar-benar mencari masalah dengan Elena, kita baru pikirkan cara lagi." Sekarang, dia nggak berani untuk masuk dan menantang pria itu lagi.

Elena yang berada di satu sisi mengernyit. Apakah pria itu ... benar-benar pernah masuk penjara? Meskipun mata pria itu tertutup oleh rambutnya sehingga wajahnya tidak terlihat dengan jelas, Elena bisa melihat bahwa tampang pria itu lumayan tampan.

Terutama, entah mengapa, Elena merasa bahwa bayangan pria ini agak familier, dia seperti pernah melihat pria ini.

Apakah pria ini juga berasal dari industri hiburan?

...

Di dalam kamar kontrakan, Irene menatap Michael sambil berkata, "Terima kasih." Jika Michael tidak pulang tepat waktu, tadi, Irene pasti akan dipukul oleh ayahnya.

"Untuk apa Kakak berterima kasih? Bukannya aku memang seharusnya membantu Kakak?" kata Michael. Kemudian, dia melihat ke arah kaki Irene sambil berkata lagi, "Kakimu belum sembuh. Sini, biar aku oleskan minyak lagi."

Sambil berbicara, Michael mengeluarkan minyak dan mengoleskan sedikit di pergelangan kaki Irene, lalu membantu Irene memijat pergelangan kakinya.

Suasana di dalam kamar ini hening. Irene menggigit bibirnya dan berkata, "Kenapa kamu nggak bertanya untuk apa ketiga orang itu mencariku?"

"Kalau Kakak nggak menjelaskan, aku juga nggak akan tanya," kata Michael.

"Sebenarnya, nggak ada yang perlu dijelaskan. Mereka ayahku, ibu tiriku dan adik tiriku," kata Irene. "Tapi, bagiku, mereka sebenarnya nggak berhubungan lagi denganku."

Setelah terdiam sebentar, Irene melanjutkan ucapannya. "Apakah ada yang ingin kamu tanyakan?" Sebenarnya, Michael pasti mendengar caci maki ayahnya Irene terhadap Irene, yaitu bahwa Irene baru keluar dari penjara.

Michael ragu-ragu sejenak, lalu menatap Irene dan bertanya, "Kak, apa yang kamu ingin aku tanyakan?"

Di bawah cahaya lampu berwarna kuning redup, matanya yang hitam memancarkan keheningan yang aneh.

Pada saat ini, suasana hati Irene yang awalnya tidak tenang pun perlahan-lahan menjadi tenang. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Aku pernah masuk penjara selama tiga tahun dan baru dibebaskan nggak lama. Tuduhan awalnya adalah mengemudi di bawah pengaruh alkohol sehingga menyebabkan kematian orang lain."

Banyak orang berubah setelah mendengar bahwa dia pernah masuk penjara. Setelah dia keluar, orang-orang di sekitarnya yang mengetahui bahwa dia pernah masuk penjara akan memiliki prasangka terhadapnya dan akan sengaja menjaga jarak dengannya.

Apakah Michael ... juga akan berbuat seperti itu? Pada saat ini, Irene merasa seperti saat dia sedang menanti persidangan di pengadilan.

"Oh ya?" Michael malah hanya menjawabnya dengan tenang sambil tetap memijit pergelangan kakinya dengan penuh perhatian.

Irene mengedipkan matanya dengan heran. Begitu ... saja? "Kamu nggak keberatan?" tanya Irene.

Michael bertanya balik, "Kenapa aku harus keberatan? Seperti yang Kakak katakan, aku menganggapmu kakakku. Mulai sekarang, kamu menyayangiku dan aku menyayangimu. Kalau soal yang lainnya, nggak ada yang perlu dipedulikan."

Mendengar ucapan Michael, Irene pun langsung merasa tenang. Dia tersenyum lega dan berkata, "Mike, aku senang sekali bisa bertemu denganmu."

Hanya saja, pada saat ini, dia tidak menyadari kilatan yang melintas melalui mata Michael.

...

Pada hari Minggu, Leni datang ke kamar kontrakan Irene secara khusus. Dia bertemu dengan Michael, tetapi bagaimanapun caranya dia tidak bisa mengasosiasikan gelandangan yang dikatakan temannya dengan pria ini.

Meskipun Michael hanya mengenakan baju katun, celana panjang dan sepatu kets biasa yang murah, postur tubuhnya sangat bagus, sehingga pakaian seperti ini tidak membuatnya tampak murahan.

Dengan tinggi badan lebih dari 180 cm dan wajahnya yang tegas, meskipun rambutnya yang tebal hampir menutupi matanya, kedua matanya yang sesekali terlihat di balik rambutnya sangat mengesankan.

Setidaknya, Leni belum pernah melihat mata seorang pria secantik ini, mata ini bahkan lebih cantik daripada mata para artis. Bentuk mukanya indah dan nada bicaranya merdu. Bahkan saat Leni sesekali mengajukan pertanyaan, dia bisa menjawab dengan lancar.

Apakah orang ini benar-benar gelandangan?

Leni menarik Irene ke satu sisi dan bertanya padanya secara sembunyi-sembunyi, "Kamu yakin dia benar-benar gelandangan yang nggak punya tempat tinggal? Dari penampilannya saja, dia bisa menjadi artis atau model."

"Nggak semua orang tampan cocok menjadi artis atau model," jawab Irene.

'Benar juga,' pikir Leni. Pekerjaan di dunia hiburan juga bukan pekerjaan gampang. "Menurutmu, kalau kamu bersama dia setiap hari, apakah kamu bisa menyukainya?" tanya Leni.

Irene menjulingkan matanya. Sebelumnya, bukankah Leni masih mengkhawatirkan bahwa Michael bisa berbuat jahat terhadapnya? Sekarang, sepertinya Leni malah khawatir dia yang akan melakukan sesuatu pada Michael.

"Dia lebih muda beberapa bulan dariku. Aku hanya menganggapnya sebagai seorang adik," kata Irene.

Leni berjalan ke hadapan Michael dan berkata, "Biar kuperingatkan, ya. Kamu bisa tinggal di sini, tapi kamu harus jamin kalau kamu nggak akan macam-macam dan nggak akan membohongi Irene. Kamu harus tahu, Irene paling benci pembohong. Kalau kamu adalah seorang pembohong, aku akan melaporkanmu ke polisi!"

Irene pun bergegas berkata, "Leni, untuk apa kamu mengucapkan kata-kata ini? Mike nggak akan membohongiku."

"Kamu baru kenal dengannya nggak lama, jadi hal-hal seperti ini harus dikatakan dengan jelas dulu. Hei, Mike, sudah dengar, belum?" kata Leni pada Michael.

Michael mengerutkan bibirnya dan menjawab, "Baik, aku mengerti."

Jelas-jelas pria ini tersenyum kecil dan tidak membantah, melainkan menjawab bahwa dia mengerti.

Namun, entah mengapa, Leni malah merasa gelisah, seakan-akan aura yang samar-samar dipancarkan pria ini membuatnya merasa seperti dialah yang sedang diperingatkan.

'Dia hanyalah seorang gelandangan, aku sudah berpikir terlalu jauh,' pikir Leni dalam hatinya. Namun, saat dia pergi, dia diam-diam menginstruksikan teman baiknya untuk menjaga diri baik-baik dan langsung menghubunginya jika terjadi masalah.

Saat hanya tersisa dua orang di dalam kamar, Irene berkata pada Michael, "Jangan pedulikan ucapan Leni tadi, dia hanya mengkhawatirkanku."

"Dia teman Kakak. Aku nggak akan menyimpan ucapannya dalam hati," kata Michael. Baginya, peringatan seperti itu terdengar konyol. "Apakah Kakak berhubungan baik dengannya?" tanya Michael.

"Apakah kamu tahu apa itu penyelamat hidup? Saat kamu hampir tenggelam dan berusaha untuk menggapai sesuatu, tapi kamu nggak bisa menggapai apa pun. Pada saat ini, kamu akhirnya berhasil meraih segenggam jerami dengan susah payah. Meskipun jerami ini mungkin nggak bisa membuatmu terbebaskan, jerami ini bisa memberimu harapan supaya kamu nggak putus asa." Irene bergumam, "Bagiku, Leni seperti jerami itu."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status