Share

Bab 7

"Nggak," jawab Michael. Namun, dia mengingat kembali, setelah dia membawa Irene pulang ke kamar kontrakan ini dan hendak membaringkan Irene di ranjangnya, Irene malah tiba-tiba menahannya.

Pada saat itu, dia merasa terkejut dengan kecerobohannya sendiri. Jika wanita ini ingin membunuhnya, pada saat itu juga, wanita ini bisa langsung mencabut nyawanya!

Dia selalu bersikap waspada. Sejak kapan dia menurunkan kewaspadaannya seperti ini?

Hanya saja, sebelum Michael bisa berdiri, kedua tangan Irene memegang wajahnya, lalu menyingkapkan rambutnya dan menyentuh matanya dengan ujung jari.

"Matamu cantik sekali ... aku suka ... suka ..." gumam Irene.

"Suka?" Bagi Michael, kata ini tidak terdengar asing. Lagi pula, ada banyak wanita yang mengatakan bahwa mereka menyukainya, menyukai matanya dan sebagainya.

Matanya mungkin adalah satu-satunya bagian darinya yang mirip dengan ibunya.

Saat dia masih kecil, ayahnya selalu menatap matanya sambil melamun, lalu bergumam padanya, "Mata seperti ini tampak penuh perasaan, tapi sebenarnya malah paling nggak berperasaan. Mike, ke depannya, apakah kamu akan menjadi orang yang penuh perasaan atau nggak berperasaan?"

"Ya, karena ... hik ... bersih ..." kata Irene sambil cegukan.

Bersih?! Michael pun tertawa. Ini pertama kalinya seseorang mendeskripsikan matanya dengan kata "bersih".

"Seakan-akan ... nggak pernah dinodai oleh kejahatan apa pun ... bersih sekali ...." Irene menjadi makin imut saat dia sedang mabuk. Wajahnya hampir menempel dengan wajah Michael. "Mike, jangan takut .... Aku akan ... melindungimu ...."

Seusai berbicara, dia langsung jatuh terlelap di pelukan Michael.

Melindunginya? Wanita ini bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri, tetapi dia mau melindungi Michael? Konyol sekali!

Pada saat ini, Michael menatap Irene sambil berkata lagi, "Kakak nggak melakukan apa pun, hanya tidur saja."

Mendengar jawaban Michael, Irene pun merasa lega.

Melihat pipi Irene yang membengkak, Michael bertanya, "Apakah pipimu sakit?"

Irene tercengang sejenak, lalu menjawab, "Nggak apa-apa." Dia tidak berbohong. Lagi pula, dia sudah pernah menanggung penderitaan yang lebih menyakitkan daripada ini di penjara.

"Kemarin, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Kakak bisa mabuk dan terluka?" tanya Michael sambil menatap Irene.

"Nggak ada apa-apa, aku hanya bertemu dengan seorang pemabuk, lalu terjadi sedikit kerusuhan," kata Irene dengan santai. Dia tidak ingin memberi tahu Michael hal-hal kelam yang terjadi semalam.

Dia selalu merasa bahwa Michael sangat jernih dan bersih. Meskipun Michael berkeliaran di jalanan, dia masih polos bagaikan anak kecil. Kalau bisa, Irene berharap agar Michael tidak berubah.

"Oh ya?" Michael mengangkat alisnya dan berkata dengan mata berkilau, "Kalau aku tiba lebih awal, Kakak nggak akan terluka."

Sebenarnya, dia bisa saja tiba lebih awal untuk menyelesaikan masalah ini. Hanya saja, hal ini hanyalah sebuah permainan baginya, untuk menambahkan sedikit kesenangan dalam hidupnya yang membosankan. Dia bahkan sudah memprediksikan apa yang akan terjadi setelah Irene memasuki ruangan tersebut.

Namun, saat dia benar-benar melihat hasil ini, dia malah menyadari bahwa dia tidak merasa senang.

"Aku sudah bersyukur kamu bisa datang menjemputku di pintu kelab. Kalau nggak, aku mungkin akan tidur semalaman di jalanan," kata Irene. Kemudian, dia meraih tangan Michael dan berkata lagi, "Mike, terima kasih, ya. Aku sangat senang ada kamu di sini. Selain itu, aku benar-benar baik-baik saja, aku hanya ditampar sekali. Bagiku, ini bukanlah apa-apa."

Senyumannya sangat tenang, tetapi mengapa Michael tetap merasa sangat terganggu?

...

"Apa? Elena membohongimu agar kamu pergi menemani orang minum-minum? Sungguh memalukan! Aku akan pergi temui dia!" Hari ini, Leni Chiara datang menemui teman baiknya. Alhasil, begitu dia melihat pipi teman baiknya yang membengkak, dia pun mengetahui kejadian semalam.

"Kamu pergi temui dia, terus apa?" Irene menahan Leni sambil berkata, "Aku yang terlalu ceroboh. Aku kira dia paling-paling hanya akan minta uang padaku. Aku nggak menyangka .... Tapi, setidaknya, saat aku sudah mabuk, Mike datang menjemputku."

"Mike?" tanya Leni.

"Mike adalah orang yang tinggal denganku sekarang, anggap saja adik yang kukenal, aku menyuruhnya untuk menganggapku sebagai kakaknya," kata Irene. Sambil membicarakan tentang Mike, seulas senyuman pun tersungging di bibirnya.

"Adik? Memangnya berapa usianya?" tanya Leni lagi.

"Dua puluh tujuh tahun, beberapa bulan lebih muda dariku," jawab Irene.

Leni hampir tersedak air liurnya sendiri. Dia tidak percaya bahwa teman baiknya tinggal dengan seorang pria dewasa.

"Apa yang sedang kamu pikirkan? Bagaimana kalau dia punya niat jahat? Kamu nggak tahu bahaya? Kamu orang yang mempelajari hukum. Ada banyak kasus terkait pasangan yang tinggal bersama, 'kan? Sekarang, keadaanmu bahkan lebih berbahaya dari itu!" tegur Leni.

"Aku tahu kamu khawatir. Tapi, Leni, dengan adanya orang yang tinggal denganku, aku nggak merasa begitu kesepian lagi. Selain itu, Mike sangat baik hati," kata Irene.

"Kesepian apanya? Bukannya masih ada aku?!" kata Leni. "Bagaimana kalau aku pindah ke sana dan tinggal bersamamu?"

Irene bergegas menjawab, "Jangan. Kalau kamu keluar dari rumah, orang tuamu pasti akan membenciku."

Dulu, saat Irene terkena masalah, dia jelas-jelas tidak minum-minum, tetapi semua bukti yang ada malah menyatakan bahwa dia mengemudi di bawah pengaruh alkohol. Tidak ada yang memercayai ucapannya, kecuali Leni.

Selama tiga tahun dia berada di penjara, Leni terus bekerja keras untuk memecahkan kasus ini. Leni bahkan membatalkan studinya ke luar negeri demi Irene. Hal ini juga sudah membuat orang tua Leni marah dengan Irene dan menganggap bahwa dia menghalangi masa depan Leni.

Namun, kenyataannya memang begitu. Tanpa dia, sekarang Leni pasti akan hidup dengan lebih baik, bukan hanya menjadi seorang desainer kecil di sebuah perkantoran desain bangunan.

"Selain itu, bagiku, Mike seperti adikku. Kamu tahu, 'kan, aku selalu menginginkan seorang adik? Sekarang, akhirnya keinginanku terkabulkan," kata Irene.

Leni menyadari bahwa dia tidak bisa membujuk teman baiknya ini, jadi dia hanya bisa mundur. Dia pun berkata, "Kalau begitu, lain kali, kamu bisa mempertemukan aku dengannya." Dia baru bisa merasa lebih tenang kalau dia sudah bertemu dengan orangnya.

"Baiklah," jawab Irene.

"Oh ya, ini salinan berkas kasusmu pada saat itu dan beberapa informasi yang aku dapatkan selama beberapa tahun ini," kata Leni sambil menyerahkan setumpuk dokumen pada Irene. "Sekarang, kamu sudah keluar, apakah kamu masih berencana untuk membuktikan bahwa kamu nggak bersalah?"

"Aku nggak tahu. Saksi pada saat itu sudah pergi entah ke mana, sedangkan bukti-bukti itu semuanya menyalahkanku. Dalam tiga tahun ini, aku juga nggak bisa membuktikan diriku. Ke depannya ..." kata Irene.

"Ke depannya, mungkin masih ada kesempatan untuk membuktikan kebenaranmu. Kamu adalah Irene Linardo. Aku tahu, Irene Linardo bukanlah orang yang gampang menyerah," kata Leni.

Irene tersenyum getir. Mungkin saja dia dari tiga tahun yang lalu akan berusaha keras untuk memenangkan kasus ini. Namun, setelah tiga tahun di penjara, semangat dan ketangguhannya sudah lama menghilang karena penderitaan yang dia alami.

Irene membawa setumpuk dokumen ini ke kamar kontrakannya. Kamar kontrakannya kosong, Michael tidak berada di kamar.

Sepertinya Michael masih menyebarkan brosur. Akhir-akhir ini, dia melakukan pekerjaan itu di siang hari.

Irene pun mengukus dua jagung, menumis sayur dan memasak semangkuk sup, lalu menunggu kepulangan Michael.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status