Share

Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal
Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal
Author: Chani yoh

01. Karena Dia Bisu

Author: Chani yoh
last update Last Updated: 2024-04-10 22:49:51

“Hai, Savanah! Heran ya kenapa aku memakai gaun pengantin juga?” tanya Milka dengan senyum manis ketika mereka bertemu tatap di depan pintu gereja.

Savanah mengangguk dengan kepala penuh pertanyaan.

Sepupunya itu pun kembali mengembangkan senyum dan memutar tubuhnya seakan memamerkan gaun pengantinnya yang berkilauan.

“Karena aku akan menikah hari ini!” sahutnya lagi dengan suara yang terdengar begitu riang.

Savanah terhenyak. Milka akan menikah? Di hari yang sama dengan pernikahannya dengan Moreno? Kenapa mendadak seperti ini?

Karena bisu dan Milka tidak mengerti bahasa isyarat, Savanah pun menggerakkan jarinya dengan sederhana, bertanya, “Kau akan menikah dengan siapa?”

Senyum centil Milka mengembang semakin lebar dengan sepasang matanya memutar genit. Ketika dilihatnya Moreno muncul dari sudut ruangan, Milka cepat memanggil pria itu agar datang padanya.

Savanah semakin heran dengan rasa hati yang mulai berfirasat tak enak.

‘Kenapa Milka memanggil Moreno? Moreno kan calon suamiku?’

‘Ah, mungkin Milka hanya ingin berbagi kabar bahagianya denganku sekalian juga dengan Moreno.’

Savanah tetap berusaha mengatur pikirannya tetap positif.

Hanya saja, ketika Moreno telah tiba di dekat mereka, pria itu malah bergeser ke sisi Milka dan membiarkan tangan Milka bergelanyut di lengannya.

“Maaf ya, Sav, tapi aku akan menikah dengan Moreno.”

Savanah terhenyak lagi.

Milka menikah dengan Moreno? Bagaimana bisa? Tatapan Savanah yang sengit pada Moreno menuntut jawaban.

Namun, Moreno hanya menunduk menghindari tatapan Savanah.

“Ehm! Benar apa yang dikatakan Milka. Keluarga besarku masih sulit menerima kekuranganmu sehingga mereka pun memberikan syarat, jika aku masih ingin menjadi bagian keluarga Dyazz, aku harus menikah dengan wanita yang tanpa cacat satu pun.

Karena itulah, aku pun memilih Milka daripada ditendang dari bagian keluarga Dyazz.

Kau tahu kan arti keluarga Dyazz bagi diriku ini?”

Savanah semakin ternganga. 'Aku wanita cacat?'

Hati Savanah seperti ditusuk belati saat mendengarnya. Dia sungguh tak menyangka jika kebisuannya dianggap sebagai suatu kecacatan.

Padahal bisu ini didapatnya karena kecelakaan.

Sungguh terlalu jahat kata-kata Moreno!

Selagi mengatur emosi yang begitu menyesakkan dalam dadanya, Savanah tiba-tiba mendengar deru mobil yang begitu kencang lewat dan mengerem mendadak di depan halaman gereja.

Sesosok pria bertubuh tinggi besar turun dengan melompat dari Jeep-nya lalu dengan wajahnya yang menahan kemarahan pria itu berjalan cepat menuju Moreno.

Tanpa sepatah katapun, pria yang dikenali Savanah sebagai Storm, kakak tiri Moreno, langsung melayangkan tinjunya pada Moreno.

“Sialan kau! Kau membunuh anjingku! Kau biadab!”

Setelah meninju, Storm menarik lagi kerah jas Moreno agar dia bangkit kembali hanya untuk ditinju lagi.

“Kau tidak berperikemanusiaan! Kau lebih rendah dari Rufus!” ujarnya lagi.

Kericuhan itu mencuri perhatian seketika itu juga. Ibunya Moreno sampai berteriak-teriak dan dalam sekejap security pun sudah dipanggil untuk menenangkan mereka.

“Dasar sialan! Anak haram! Untuk apa kau datang ke sini? Kau tidak diundang! Kau tidak diterima! Jangan mengacau di pernikahan putraku!”

“Diam! Aku datang untuk membalas kematian Rufus!”

“Hah! Anjingmu itu merusak taman bungaku!”

“Merusak taman bungamu?! Hah! Dia itu anjing terlatih, tidak pernah sekalipun dia mendatangi kawasan kalian! Lagipula, dia mati karena peluru di pekarangan rumahku! Kalau bukan kalian menembaknya, siapa lagi?!”

Suasana jadi semakin ricuh karena Storm lagi-lagi mengincar Moreno yang baru juga bangkit berdiri dibantu oleh Milka sebagai tempat pelampiasan kemarahannya.

Security pun dipanggil dan diminta untuk menahan Storm.

Mereka menangkap tubuh Storm yang berusaha meraih Moreno lagi untuk meninjunya lagi.

Storm semakin marah tapi dengan mudahnya dia melepaskan diri dari cekalan tangan-tangan security dan memelototi mereka satu per satu.

Di saat itulah, tatapan Storm tanpa sengaja terpaku pada Milka dan Savanah bergantian.

Rasa penasarannya pun timbul.

“Kenapa dia memakai gaun pengantin?” tanyanya terheran-heran dengan kemarahan yang masih tertera kental di wajahnya.

Kesal karena Storm memukuli Moreno, Milka menjawab lantang dengan dagu terangkat tinggi, “Karena aku yang akan menikah dengan Moreno!”

“Apa?” Storm memandangi Savanah lagi. “Lalu kau?”

Savanah tak sanggup menjawab. Selain karena Storm tidak mengerti bahasa jarinya, dia juga tak sanggup menjelaskan tentang dirinya yang sebentar lagi akan menjadi pengantin yang ditinggalkan.

Tapi lagi-lagi, suara lantang Milka terdengar penuh percaya diri. “Savanah ya tentu saja akan pulang. Moreno dan seluruh keluarga Dyazz sudah memilihku daripada dia yang bisu!”

Hati Savanah kembali perih mendengar kata-kata itu.

Milka sepupunya, kenapa tega berkata begitu? Lagipula, tidakkah dia sadar dirinya memang bisu, tapi tidak tuli?

Berusaha keras agar bulir bening di pelupuk matanya tidak jatuh ke pipi, Savanah terperangah melihat Storm yang wajahnya malah terlihat geram ingin mencabik-cabik Milka.

Pria itu seperti hendak meledak dan menyemburkan kemarahan yang teramat dahsyat. Seperti gunung berapi yang siap meletus.

Ketika pria itu mengalihkan tatap ke Moreno, Storm pun melanjutkan lagi aksinya melampiaskan kemarahan pada Moreno.

Dia mencengkeram kerah Moreno dan berdesis di depannya, “Bagaimana kau bisa seegois ini pada Savanah, hah?! Kalau memang akhirnya begini, seharusnya kau tidak perlu merencanakan pernikahan ini dengannya!”

Storm melepas Moreno dengan dorongan kuat hingga Moreno terjatuh lagi ke lantai.

Savanah begitu tak menyangka bahwa Storm menjadi satu-satunya orang yang membelanya saat ini.

Dipandanginya terus wajah Storm yang masih menyorot marah pada Moreno. Bagaimana bisa Storm mengatakan semua hal tadi?

Jujur saja, Savanah cukup tersentuh.

Namun suara menggelegar ibunya Moreno mengalihkan perhatian Savanah. Petir kilat yang lain kembali menyambar hatinya saat mendengar ibunya Moreno menghardik Storm dengan sengitnya,

“Kalau kau begitu peduli padanya, kenapa tidak kau saja yang menikahi Savanah? Lagipula, kalian sebenarnya sangat cocok, dia bisu dan kau berandalan pengangguran. Kalian pasangan serasi!”

Savanah terhenyak. Dia tak menyangka ibu Moreno sanggup berkata seperti itu tentangnya.

Padahal, ibu Moreno dan ibunya adalah dua teman baik.

Dengan hati yang semakin hancur, Savanah pun membalik tubuhnya. Dia sudah memutuskan lebih baik pulang saja sebagai pengantin yang dibuang, daripada dia mengemis pada Moreno untuk tetap menikahinya.

Dia tidak ingin mengatakan apa-apa lagi. Savanah hanya berbalik dan mulai melangkah.

Tapi tiba-tiba saja, terasa tangan Storm menahannya.

Ketika tatapannya mengarah ke wajah Storm, dilihatnya pria itu berkata dengan mantap dan penuh kesungguhan, “Aku tidak akan membiarkanmu menjadi pengantin yang dibuang. Aku yang akan menikahimu, Savanah!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   Fresh From The Oven

    “Sekolah yang baik, ya!” Storm memeluk satu per satu anak-anak ketika mengantarkan mereka ke gerbang sekolah.“Dah, Daddy, dah Mommy! Dah Aspen! See you all!”Sky dan River menyahut ceria karena hari ini mereka diantar sekolah oleh daddy dan mommy bersama-sama. Rasanya senang sekali.Setelah kedua bocah itu tak terlihat lagi dari depan gerbang sekolah, Storm pun merangkul Savanah menuju mobil.Aspen berada di genggaman tangan Savanah.“Kita akan ke rumah baru. Oliver menunggu di sana.”Savanah mengangguk lalu tersenyum.Dengan mengikuti share loc dari Oliver, Storm melajukan mobilnya.Mereka berhenti di depan sebuah perumahan mewah yang memiliki keamanan tingkat tinggi di sana.Security terlihat berjaga di depan pos perumahan.Dan Oliver sudah menunggu di sana dengan mobilnya.“Ini bos saya,” kata Oliver pada security di sana.Mereka mengangguk lalu mempersilakan mobil Storm lewat.Savanah menatap kagum pada tempat itu. Setiap rumah yang mereka lewati terdapat beberapa lantai dan sang

  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   Demi Kedamaian Hidup Kita

    Savanah memeluk Storm dari belakang, mengalungkan lengannya di leher Storm, lalu berbisik lembut, “Redakan amarahmu. Langit sudah gelap, tidak baik menahan marah sampai esok hari.Kita akan membekali Sky, River, dan Aspen dengan pembelajaran bahwa jika ayahmu mendekati mereka lagi, lalu mengajak pergi bersama, mereka harus pastikan bahwa kita berdua ikut, atau setidaknya diberitahu.”Selesai berbisik, Savanah menciumi tengkuk pria itu agar amarahnya sedikit teralihkan.Benar saja, Storm mulai meletakkan ponselnya lalu memanjangkan lengannya ke arah belakang dan merangkul leher Savanah. Dia lalu membawa sang istri ke depan dan kini posisi Savanah yang didekapnya dari belakang.Seakan hasrat sudah mengambil alih, kini giliran Storm yang menciumi tengkuk Savanah setelah dia menyampirkan rambut panjang Savanah ke bahu kiri sang istri.Leher putih, mulus, dan jenjang itu begitu menggoda, membuat kemarahannya pun sedikit mereda digantikan hasrat yang mengembang apalagi rasa frustrasinya tad

  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   Si Bebal

    Savanah menatap Braxton yang menjawab tanpa rasa bersalah sama sekali. Pria itu malah terkesan menikmati kekesalan dan kekhawatiran Savanah.Tidak tahukah dia bahwa Savanah begitu khawatir pada River sampai-sampai dia tidak nafsu makan, bahkan tidak mengingat bagaimana Sky dan Aspen makan malam tadi. Apakah mereka makan dengan benar, dengan cukup? Atau malah mereka hanya memainkan makanan mereka?Andai bisa, Savanah rasanya ingin meninggalkan Braxton tanpa kata sama sekali dan langsung membawa anak-anak dan keluarganya masuk. Biarkan saja dia merasa tidak dianggap.Tapi ada ayah dan ibunya yang turut mendelik tajam pada Braxton. Hanya saja pria itu seakan tidak menganggap kekesalan mereka semua dengan serius. Braxton malah membiarkan wajahnya terlihat senang seperti tak ada rasa bersalah pada Savanah dan yang lainnya.Dia menunjuk sekotak hadiah besar yang dipegang River.“Kakek kenapa mengajak River jalan-jalan tidak izin dulu dengan mommy dan daddy? Asal kakek tahu, Mommy dan Daddy

  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   Hanya Jalan-jalan

    Storm marah. Dia pun mengajak Savanah dan anak-anak untuk segera pulang. Perjalanan yang tadinya terasa menyenangkan dengan berjalan santai bersama, kini terasa terlalu panjang seakan tak berujung.“Mommy, kenapa dengan River? Bukankah kata Mommy, kakek Braxton adalah ayahnya daddy? Mungkin saja Kakek Braxton sedang bermain bersama River.”Celotehan Sky membuat Storm terperangah. Savanah pun ikut kehilangan kata-katanya.Mereka berpandangan dan merasa sulit untuk menjelaskan pada Sky.Sudah jelas Savanah tidak ingin menjelekkan Braxton di depan anak-anak mereka. Biar bagaimanapun Braxton adalah ayahnya Storm. Tidak baik jika dia menjelekkannya di hadapan anak-anaknya.Dan sekalipun Storm tidak peduli jika sifat asli ayahnya dikuak di depan anak-anaknya, dia tetap tidak menyalahkan Savanah. Storm menghormati keputusan Savanah untuk tetap menjaga image ayahnya.Storm juga mengerti jika dari sudut pandang anak-anak, mereka masih sep

  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   Mau Hadiah?

    “Hei!” seru Braxton menyapa Sky dengan senyum ramah.Pria itu mengambilkan bola yang menggelinding lalu memberikannya pada Sky.“Kakek? Terima kasih.” Sky mengambil bola yang disodorkan.Braxton pun mengangguk senang dengan mata berbinar-binar.Sky lalu berbalik hendak kembali, tapi dia berhenti sejenak lalu berbalik lgi menghadap Braxton.“Kakek ... ayahnya daddyku, bukan?” tanyanya dengan polos.Hanya pertanyaan sederhana tapi Braxton terharu. Ternyata Storm masih menceritakan jati dirinya dengan benar pada anak-anaknya.“Iya, aku kakekmu.”Sky lalu tersenyum padanya dan merentangkan tangan. Braxton terkesiap melihatnya dan segera membungkukkan tubuh agar bisa dipeluk Sky.“Aku senang karena masih memiliki kakek. Jadi sekarang, kakekku ada dua. Kakek Zach dan kakek.”Braxton begitu tersentuh sampai-sampai air matanya menetes. Hatinya kembali berat ketika Sky melepaskan pelukan mereka.“Dah, Kakek. Aku mau bermain lagi.” Sky melambaikan tangan dan berlari pergi.Bergeming di tempatny

  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   Di Taman Bermain

    Siang yang santai, Storm mengajak anak-anak dan Savanah untuk berjalan-jalan santai sedikit jauh dari rumah. Mereka melwati pohon-pohon dengan daun yang sudah berubah beberapa warna, yang juga berguguran di jalanan.Warna kuning, merah, lalu coklat, menjadi dominan di pepohonan, menggantikan daun hijau yang menghias musim panas yang lalu.Suhu udara juga turun cukup banyak di musim gugur ini sehingga berjalan di siang hari adalah waktu yang tepat. Lagipula, siang hari menjadi lebih pendek, dan langit menggelap di sore hari.Storm merangkul Savanah yang perutnya kini sudah cukup besar. Jaket dan syal melingkupi tubuh Savanah yang kini seahri-hari mengenakan dress longgar demi kenyamanan perut besarnya. Storm sendiri hanya mengenakan sweater lengan panjang yang tidak terlalu tebal serta celana jeansnya yang berwarna biru muda, kesukaannya.Sky berjalan di depan mereka mendorong sebuah stroller yang akan ditempati Aspen jika bocah itu lelah.“Di ujung sana ada taman bermain, Daddy. Boleh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status