Share

6. Berikan Aku Uang!

Sekembalinya dari klinik, Valerie membersihkan tubuhnya yang masih penuh bentolan dan berwarna merah. Perih. Bibirnya meringis merasakan buih sabun itu seperti perasan asam yang mengenai luka. Beberapa kali air mata masih menetes di wajah cantik yang kian hari semakin sendu.  Selepas mandi, tak lupa dia gosokkan salap penghilang bentol yang diberikan oleh dokter untuk mengurangi iritasi.

Baru saja dia pikir untuk beristirahat, pikirannya justru terarah pada Nicky, adiknya yang berusia empat belas tahun dan mendapat perawatan di rumah sakit khusus kanker. Valerie sangat merindukan Nicky sampai tak bisa menahan diri, dan berpikir ingin mendengar kabar darinya. Tapi dengan apa? Ponselnya sudah menghilang ketika Valerie mengalami penculikan di bandara.

Dia teringat di lorong menuju kamarnya terdapat sebuah telepon rumah. Mungkin tidak masalah jika dia meminjam telepon di mansion besar itu. Untung-untung jika Valerie bisa meminta Nicky untuk bersaksi bahwa dia bukan Megan, sehingga Jupiter melepaskannya dari neraka ini.

Dengan memberanikan diri, Valerie menghubungi nomor adiknya.

“Halo, Nona Valerie, ini aku Dokter Sandez,” sahut suara di ujung sana.

“Do-Dokter?”

Jantungnya memompa cepat menyadari panggilan itu dijawab oleh dokter yang menangani adiknya. Valerie takut mungkin sesuatu terjadi pada adiknya, sehingga nada suaranya sarat akan kekhawatiran.

“Dokter, di mana Nicky? Dia baik-baik saja, bukan?”

“Nicky tengah melakukan kemoterapi, dan dia baik-baik saja. Aku mengangkat ponselnya sebab dia menitipkannya padaku. Nicky bilang dia sangat merindukanmu.”

Dokter Sandez berusaha membuat suaranya terdengar girang, tapi kata kemoterapi sudah cukup membuat Valerie tidak bisa tersenyum oleh kata hiburan yang dokter berikan.

“Ke-kemo? Nicky sudah mulai menjalani kemo?”

“Betul, ini sudah kemo yang kedua. Nicky semakin lemah dan obat-obatan saja tidak cukup untuk...” kata sang dokter terhenti. "Dan maaf, aku hanya bisa membantu sampai di sini. Untuk kemo selanjutnya, kau harus melunasi tunggakan yang sudah banyak."

Mereka sudah membahas kemo untuk Nicky beberapa kali, tapi tak Valerie sangka jika akan secepat ini. Dia belum memiliki persiapan apa pun, termasuk biaya. Dan sekarang dia mendapat kabar bahwa Nicky sudah kemo sebanyak dua kali? Biayanya pasti semakin besar, dari mana Valerie akan mendapatkan uang untuk melunasinya? Dia sangat frustasi sampai menangis pun sudah tak bisa dilakukan gadis ini.

“Dokter, jangan katakan pada Nicky bahwa aku meneleponnya. Aku akan berusaha mendapatkan uang untuk membuatnya sembuh,” ucap Valerie tak yakin.

Dia saja sedang terkurung di rumah lelaki gila, bagaimana akan menghasilkan uang? Menjadi pengasuh Rainer pun tidak ada kesepakatan di antara dia dan Jupiter. Valerie sangat putus asa tapi dia tidak ingin kehilangan adiknya sebelum berjuang. Valerie harus mendapatkan uang. Dia harus memastikan Nicky mendapat perawatan layak, untuk membuat adiknya hidup sedikit lebih lama.

Bertepatan saat itu seorang pelayan menghampirinya.

“Tuan menyurumu ke ruang kerjanya. Berhati-hati lah, mungkin tuan akan menghukummu karena tidak bisa mengurus Tuan Muda,” pesan pelayan itu lagi, tapi jelas di bibirnya terlihat seringai yang mengejek.

Menghukum? Ah ... sepertinya kata itu sudah terdengar biasa di telinga gadis ini. Setiap hari, bahkan sebelum dia dibawa ke mansion besar milik keluarga Lemanuel, Jupiter sudah sering menghukum bahkan menyiksa Valerie. Masih bisa kah kata menghukum untuk membuat gadis ini takut? Valerie justru ragu, mungkin sebentar lagi dia tidak akan bisa merasakan apa-apa pun lagi.

Terseok langkah gadis itu menaiki tangga menuju lantai empat, di mana ruang kerja Jupiter berada. Tak lupa Valerie turunkan lengan bajunya sampai menutupi punggung tangan, untuk menyembunyikan bentolan merahnya. Dan ketika dia mengetuk pintu, suara lelaki kejam itu terdengar dari dalam sana.

“Masuk!”

Di dalam sana, terlihat seorang lelaki tengah fokus menatap layar monitor di depannya seakan tidak menyadari kedatangan Valerie. Tapi itu bagus, setidaknya Jupiter tidak harus melihat wajah Valerie yang bengkak oleh bentolan merah.

Hingga beberapa menit dia berdiri seperti itu, Jupiter belum juga mengatakan sesuatu. Lantas, untuk apa dia menyuruh pelayan memanggil, jika setelah tiba di sini justru didiamkan? Menarik napas dalam-dalam, Valerie pun membuka mulut untuk bertanya.

“Anda memanggilku, Tuan?”

“Laporkan pekerjaanmu hari ini.”

Kedua kaki Valerie rapatkan di bawah sana, sembari mencari jawaban untuk pertanyaan lelaki itu. Dia tidak melakukan apa pun selain membuat Rainer mengamuk, lantas apa yang akan dia laporkan?

‘Apakah itu penting, Valle? Hidup Nicky mungkin tidak akan lama lagi, dan kau masih berpikir merasakan takut?' Dia mengangkat wajah itu dan memberanikan diri berbicara pada Jupiter.

“Maaf, aku butuh uang. Jika kau ingin aku melakukan pekerjaanku dengan baik, maka berikan aku uang." 

****

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Mikasi Mimi
memperhatikan perlahan
goodnovel comment avatar
edmapa Michael
permohonan
goodnovel comment avatar
Veni Sinaga
Wihh keren berani ya Valerie udah kebal banget sama amarah Jupiter hihii sedihh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status