Sekembalinya dari klinik, Valerie membersihkan tubuhnya yang masih penuh bentolan dan berwarna merah. Perih. Bibirnya meringis merasakan buih sabun itu seperti perasan asam yang mengenai luka. Beberapa kali air mata masih menetes di wajah cantik yang kian hari semakin sendu. Selepas mandi, tak lupa dia gosokkan salap penghilang bentol yang diberikan oleh dokter untuk mengurangi iritasi.
Baru saja dia pikir untuk beristirahat, pikirannya justru terarah pada Nicky, adiknya yang berusia empat belas tahun dan mendapat perawatan di rumah sakit khusus kanker. Valerie sangat merindukan Nicky sampai tak bisa menahan diri, dan berpikir ingin mendengar kabar darinya. Tapi dengan apa? Ponselnya sudah menghilang ketika Valerie mengalami penculikan di bandara.
Dia teringat di lorong menuju kamarnya terdapat sebuah telepon rumah. Mungkin tidak masalah jika dia meminjam telepon di mansion besar itu. Untung-untung jika Valerie bisa meminta Nicky untuk bersaksi bahwa dia bukan Megan, sehingga Jupiter melepaskannya dari neraka ini.
Dengan memberanikan diri, Valerie menghubungi nomor adiknya.
“Halo, Nona Valerie, ini aku Dokter Sandez,” sahut suara di ujung sana.
“Do-Dokter?”
Jantungnya memompa cepat menyadari panggilan itu dijawab oleh dokter yang menangani adiknya. Valerie takut mungkin sesuatu terjadi pada adiknya, sehingga nada suaranya sarat akan kekhawatiran.
“Dokter, di mana Nicky? Dia baik-baik saja, bukan?”
“Nicky tengah melakukan kemoterapi, dan dia baik-baik saja. Aku mengangkat ponselnya sebab dia menitipkannya padaku. Nicky bilang dia sangat merindukanmu.”
Dokter Sandez berusaha membuat suaranya terdengar girang, tapi kata kemoterapi sudah cukup membuat Valerie tidak bisa tersenyum oleh kata hiburan yang dokter berikan.
“Ke-kemo? Nicky sudah mulai menjalani kemo?”
“Betul, ini sudah kemo yang kedua. Nicky semakin lemah dan obat-obatan saja tidak cukup untuk...” kata sang dokter terhenti. "Dan maaf, aku hanya bisa membantu sampai di sini. Untuk kemo selanjutnya, kau harus melunasi tunggakan yang sudah banyak."
Mereka sudah membahas kemo untuk Nicky beberapa kali, tapi tak Valerie sangka jika akan secepat ini. Dia belum memiliki persiapan apa pun, termasuk biaya. Dan sekarang dia mendapat kabar bahwa Nicky sudah kemo sebanyak dua kali? Biayanya pasti semakin besar, dari mana Valerie akan mendapatkan uang untuk melunasinya? Dia sangat frustasi sampai menangis pun sudah tak bisa dilakukan gadis ini.
“Dokter, jangan katakan pada Nicky bahwa aku meneleponnya. Aku akan berusaha mendapatkan uang untuk membuatnya sembuh,” ucap Valerie tak yakin.
Dia saja sedang terkurung di rumah lelaki gila, bagaimana akan menghasilkan uang? Menjadi pengasuh Rainer pun tidak ada kesepakatan di antara dia dan Jupiter. Valerie sangat putus asa tapi dia tidak ingin kehilangan adiknya sebelum berjuang. Valerie harus mendapatkan uang. Dia harus memastikan Nicky mendapat perawatan layak, untuk membuat adiknya hidup sedikit lebih lama.
Bertepatan saat itu seorang pelayan menghampirinya.
“Tuan menyurumu ke ruang kerjanya. Berhati-hati lah, mungkin tuan akan menghukummu karena tidak bisa mengurus Tuan Muda,” pesan pelayan itu lagi, tapi jelas di bibirnya terlihat seringai yang mengejek.
Menghukum? Ah ... sepertinya kata itu sudah terdengar biasa di telinga gadis ini. Setiap hari, bahkan sebelum dia dibawa ke mansion besar milik keluarga Lemanuel, Jupiter sudah sering menghukum bahkan menyiksa Valerie. Masih bisa kah kata menghukum untuk membuat gadis ini takut? Valerie justru ragu, mungkin sebentar lagi dia tidak akan bisa merasakan apa-apa pun lagi.
Terseok langkah gadis itu menaiki tangga menuju lantai empat, di mana ruang kerja Jupiter berada. Tak lupa Valerie turunkan lengan bajunya sampai menutupi punggung tangan, untuk menyembunyikan bentolan merahnya. Dan ketika dia mengetuk pintu, suara lelaki kejam itu terdengar dari dalam sana.
“Masuk!”
Di dalam sana, terlihat seorang lelaki tengah fokus menatap layar monitor di depannya seakan tidak menyadari kedatangan Valerie. Tapi itu bagus, setidaknya Jupiter tidak harus melihat wajah Valerie yang bengkak oleh bentolan merah.
Hingga beberapa menit dia berdiri seperti itu, Jupiter belum juga mengatakan sesuatu. Lantas, untuk apa dia menyuruh pelayan memanggil, jika setelah tiba di sini justru didiamkan? Menarik napas dalam-dalam, Valerie pun membuka mulut untuk bertanya.
“Anda memanggilku, Tuan?”
“Laporkan pekerjaanmu hari ini.”
Kedua kaki Valerie rapatkan di bawah sana, sembari mencari jawaban untuk pertanyaan lelaki itu. Dia tidak melakukan apa pun selain membuat Rainer mengamuk, lantas apa yang akan dia laporkan?
‘Apakah itu penting, Valle? Hidup Nicky mungkin tidak akan lama lagi, dan kau masih berpikir merasakan takut?' Dia mengangkat wajah itu dan memberanikan diri berbicara pada Jupiter.
“Maaf, aku butuh uang. Jika kau ingin aku melakukan pekerjaanku dengan baik, maka berikan aku uang."
****
“Aku mencintaimu.”Jupiter memberi kecupan di bibirnya istrinya, memeluk wanita berambut panjang itu. Dia tatap mata indah Valerie, mata yang baginya adalah lautan yang mampu menenggelamkan. Mata itu bagaikan samudra, membuat Jupiter ingin terus berlama-lama tenggelam di sana.“Aku lebih mencintaimu, Suamiku. Tapi, cepat lah ambil bekalnya, anak-anak pasti ingin memakan sesuatu.” Dia dorong dada Jupiter menjauh, mengingatkan suaminya akan pekerjaan yang belum dilaksanakan.“Oh, aku hampir lupa. Wajahmu begitu indah sampai membuatku melupakan segalanya,” puji Jupiter.Valerie memutar matanya. Sejak berapa tahun mereka menikah, lelaki di depannya itu memang sangat senang menggoda dan menggombal. Dia sudah paham tabiat Jupiter tetapi entah kenapa wajahnya selalu bersemu .“Dasar tukang gombal.”“Tidak, aku tidak begitu. Aku sangat menyukai wajah istriku dan itu tidak berbohong,”
“A-apa yang kau katakan, Piter?” Megan kelabakan sekarang, tetapi dia masih mencoba mengelabuhi lelaki yang ada di depannya. Wanita itu menyentuh lengan Jupiter mencoba merayu. “Apakah kau demam, Piter? Aku istrimu, kenapa kau menanyakan ke mana aku pergi? Astaga... kau sangat mencintai istrimu sampai mengigau” katanya.Jupiter bukan orang bodoh. Ya, anggap lah dia sudah bodoh satu minggu ini sehingga tak bisa menyadari siapa yang ada di dekatnya. Jika saja Jupiter tidak terlalu mencintai Valerie, dia pasti bisa melihat betapa bodohnya dia kemarin.Ketika Piter bertanya kenapa Raena diberi susu botol, kala itu dia curiga melihat dada istrinya yang berbeda. Itu tidak seperti pucuk dada milik seseorang yang menyusui. Tapi Jupiter terlalu takut istrinya akan tersinggung, sehingga mengabaikan keganjilan yang dilihatnya. Piter juga curiga akan keanehan Valerie yang sama sekali tidak mempedulikan Rainer. Dia ingin bertanya, tetapi rasa cinta ter
“Ah sial!” Umpatan tak bisa dihindarkan keluar dari mulutnya. Segera Jupiter menghubungi nomor kakaknya untuk mengawasi Valerie di rumah. Jika benar perempuan itu bukan Valerie, dia tidak akan melepaskan Megan kali ini.Siapa lagi jika bukan Megan? Hanya mantan istrinya itu lah satu-satunya orang yang selalu megusik hidupnya selama ini.“Jelny, awasi Valerie di rumah. Jangan biarkan dia pergi sebelum aku tiba di rumah.” Piter berpesan, lalu mematikan ponselnya bahkan sebelum Jelny menyahut dari ujung sana. Lantas dia memacu jalan mobilnya untuk segera kembali ke mansion.**Malam semakin larut membuat pemandangan lebih gelap. Valerie masih berlari di tengah suara hewan malam yang terus memenuhi telinga. Sesekali dia terjatuh, ketika kakinya tidak mampu berlari lagi.“Arh!” Valerie menjerit saat kakinya masuk ke dalam lubang, dan dia menjadi jatuh. “Aw...” eluh
“Valerie, kau belum tidur?”Jelny muncul dari arah lain, mengejutkan Megan yang tengah mengendap-endap keluar dari kamar. Mata gadis itu tertuju pada kantong hitam yang tengah Megan bawa.“Apa yang kau bawa?” tanya Jelny lagi, membuat Megan ingin memecahkan kepala kakak iparnya itu.‘Bukan urusanmu, brengsek! Kenapa kau tidak tidur saja?’“Valerie? Kau mendengarku?”“A-apa?” Megan terkesiap.“Kenapa kau sangat terkejut? Astaga... aku hanya bertanya apa yang kau bawa di kantong hitam itu.”“Ini kotoran Raena,” sahut Megan cepat. “Ya, kotoran Raena. Baunya tidak sedap jika dibiarkan di dalam kamar, jadi aku ingin membuangnya.” Ada saja alasan yang didapat wanita pembohong ini.“Oh, itu. Kenapa kau tak menyuruh pelayan atau pengasuh saja? Valerie, kau baru melahirkan, tidak baik sering-sering naik turun tangga.”&ldqu
‘Bagaimana uangku? Kau tidak ingin aku mengirim gambar ini pada Jupiter, kan?’ sebuah pesan Marius kirimkan dari ponselnya.Tak sampai dua menit, dia sudah menerima balasan untuk pesan itu.‘Datang lah sekarang, aku akan meletakkan uangmu di tempat sampah depan mansion.’Lelaki itu segera bangkit dari duduknya. Valerie yang tengah berbaring di atas dipan kayu, ikut bangkit melihat lelaki itu.“Ke-kenapa?” tanya Valerie, bingung melihat eskpresi tak biasa yang Marius tunjukkan.Marius menghela napas panjang, matanya menatap Valerie tidak tega. Tapi dia tak punya pilihan sekarang, dia harus menjemput uang yang Megan janjikan agar segera bisa pergi membawa Valerie.“Aku akan pergi membeli makanan.”“Ka- kau meninggalkanku sendiri?” Valerie balik bertanya dan tampak ket
‘Tidak... aku tidak mau tertangkap. Tidak mungkin, hidupku tidak boleh berakhir seperti ini.’Megan tak bisa mengatakan apa-apa. Mulutnya kaku, otaknya tak mampu berpikir selain mungkin rahasianya sudah terbongkar sekarang. Dia ingin menutup panggilan itu dan melarikan diri sebelum Jupiter lebih dulu menemukannya.Megan bahkan berpikir untuk kabur menggunakan uang penjualan perhiasan milik Valerie, agar tidak tertangkap oleh Jupiter.“Valerie, kau mendengarku?”Bagaimana ini? Megan mendengarnya, tetapi dia tidak bisa berbicara. Otak kotornya tengah digunakan memikirkan rencana busuk untuk melarikan diri.“Maafkan aku, Valle, aku menyesal.”A-apa itu? Apakah Megan tidak salah mendengar? Jupiter baru saja meminta maaf dan dia berkata menyesal? Megan masih tetap terdiam, ragu mungkin lelaki itu hanya brsandiwara.“Aku memang bodoh, aku tidak memikirkan istriku yang baru menghadapi masa sulit mela
Jupiter termenung di ruang kerjanya. Otaknya berputar keras mengingat Valerie yang terasa aneh belakangan ini. Bukan, dia tidak sibuk seperti yang dia katakan pagi tadi. Jupiter ke kantor hanya ingin menenangkan pikiran dari gangguan istri yang sungguh tidak biasanya.Sekembalinya Valerie dari rumah sakit itu dirasa sangat aneh. Dia tidak seperti Valle yang Piter kenal sabar dan selalu bersikap santai. Menurut Jupiter, Valerie yang sekarang justru sangat berbalik seratus delapan puluh derajat.Bayangkan saja. Seorang wanita yang baru melahirkan, apakah wajar terus-terusan menempel di selangkangan? Valerie adalah gadis yang bersifat manis, penyabar dan dia bukan seseorang yang hanya memikirkan tentang seks. Tapi belakangan ini tangannya terus saja menyentuh milik Jupiter seakan takut benda itu akan hilang begitu saja. Bukankah dia masih berdarah? Bagaimana jika Piter tidak mampu menahan hasrat lalu memaksanya berhubungan intim?Jangan sampai. Piter tidak akan mem
“Aku harus mendapatkan uang, aku harus mendapatkan uang.”Megan berputar-putar di dalam kamar. Kepalanya sudah terasaa akan pecah mencari ide untuk mendapat uang sesegera mungkin. Dia tidak akan membiarkan Marius mengirimkan gambar-gambar itu pada Jupiter, sehingga hidupnya akan berakhir hari ini juga.“Sial! Kemana aku akan mencari uang yang sangat banyak?” umpatnya penuh emosi.Satu juta dolar, dan itu bukan lah jumlah yang sedikit. Dia saja tidak memiliki bahkan seperempat yang diminta oleh lelaki itu, bagaimana bisa dia mengirimkannya dalam waktu singkat? Megan frustasi, rencananya menjadi hancur karena orang yang dia anggap bodoh justru sekarang mengancam dirinya."Orang bodoh itu, kenapa juga aku bisa lalai padanya?" gerutu Megan tak percaya.Ketika dengan Sammy, Megan bisa membuat lelaki itu benar-benar bodoh. Tetapi Marius ternyata berbeda. Lelaki itu hanya menginginkan Valerie sehingga tunduk padanya selama in
“Sayang, apa yang kau berikan pada baby Raena?”Megan sangat terkejut mendengar suara Jupiter di belakangnya. Lelaki itu baru selesai mandi dan berdiri tepat di pintu kamar mandi. Alisnya mengerut melihat botol susu yang tengah dia berikan pada bayi di dalam pangkuannya.“Kau memberinya susu formula?” Sekali lagi, Piter bertanya dari ujung sana, lalu berjalan sangat cepat menuju sofa yang diduduki oleh Megan. “Kenapa kau memberinya susu formula?”‘Sialan... kenapa, sih, dia sangat cepat datang?’ umpat Megan kesal. Dia harus memutar kepalanya sebelum Jupiter bertanya lebih banyak lagi.“Sayang, ini ASI. Sebenarnya aku memerahnya sejak tadi malam, dan memberikan pakai botol untuk Raena. Itu... put.ngku perih, aku tidak tahan,” ucapnya, membuat wajah sedih dan merasa bersalah.Sejak dua hari ini mereka sudah kembali ke rumah. Megan terus menyamar sebagai Valerie, dan harus berpura menyu