Share

Janji dan kesepakatan

Ghara menghela napas panjang, memejamkan mata sebentar, sembari melonggarkan kancing atas krah, seraya menyandarkan diri ke kursi kantor. Ekor matanya merambat kearah atap berusaha melepas penat yang terasa sangat melelahkan sekali. Sebab kasus yang kini harus ia tangani nyatanya tak semudah menangkap komunitas mucikari.

Selang beberapa saat terdengar daun pintu kantornya terketuk. Pria bermanik mata spektrum blue itu menilik ke sumber suara, kemudian berdiri dan membuka pintu.

"Rapatnya akan dimulai sepuluh menit lagi, jangan buang waktu Bu Dea buat nungguin lo," ucap Dimas salah satu rekan kerjanya.

"Duluan Dim, bentar lagi gue nyusul," balasnya sambil menatap rekannya itu tanpa minat.

Terdengar ketukan pantofel beradu dengan granit, semakin lama bunyinya kian nyaring. Pertanda sebuah kaki mendekat, sosok tampan yang terlihat dari manik mata tajamnya membuat Ghara pria dewasa yang sudah berkepala tiga itu masih saja terlihat manis.

Malam yang hampir larut nyatanya tidak membuat sebuah kantor investigasi tempatnya bekerja itu terkesan tidur, karena Ghara harus menghadiri rapat dengan beberapa Pejabat di kantornya.

"Saya belum terlambat, 'kan?" ucap pria yang tak lain adalah Ghara.

Sementara mereka semua yang sudah berkumpul di sana hanya melempar senyum, kemudian salah satu dari team sedevisinya mendorong sebuah kursi ke belakang berniat untuk memberi tempat duduk melingkar yang menghadap sebuah monitor besar untuk presentasi malam itu.

"Bisa kita mulai sekarang, semua team sudah lengkap, Bu!" interupsi Laurent salah satu asisten pribadi Bosnya.

Malam itu semua devisi datang lebih awal untuk mengikuti jalannya meeting selama kurang lebih enam puluh menit. Sebuah pertemuan penting yang akan membahas tentang rencana penggerebekan komunitas penjualan anak, prostitusi dan eksploitasi. Satu hal yang tidak netra Ghara lewatkan sejak meeting itu dimulai adalah gelagat aneh dari seorang wanita. Tentu, Ghara ingat pernah melihat wanita itu sebelumnya. Walaupun posisi duduk Ghara dan wanita itu dalam barisan yang sama, gelagat aneh dari arahnya terlihat sangat jelas meskipun terhalang dari beberapa karyawan lain.

Meskipun rapat malam itu bisa dibilang berjalan lancar, namun Ghara merasa hasil akhirnya masih belum sesuai dengan prediksinya. Lagi-lagi ia dituntut habis-habisan oleh Biro Investigasi yang dikembangkan untuk tujuan membela Negara dan pemberdayaan masyarakat yang mencakup dengan Komnas HAM, pemberdayaan wanita dan perlindungan anak itu untuk lebih ekstra, seolah-olah hasil dari kerja kerasnya selama ini belum cukup menguras tenaga.

Semua staff Biro Investigasi malam itu sudah undur diri, kemudian Ghara beranjak kearah meja kerjanya, dan lanjut mengemasi barang-barang serta melirik jam tangan yang sudah menunjukan pukul 00:00, lalu ia pun terperanjat. Mengingat hampir 24 jam berada di kantor. Tentu hal ini bukan hanya sekedar membuat isi kepalanya semakin terkesan gila, demi mengejar jabatannya.

Getar ponsel di atas kenap mengambil alih perhatian Ghara.

Ayo, kapan? ucap wanita yang terdengar dari speaker handphonenya.

Ghara menarik napas dalam, lalu mendaratkan bokongnya kembali di high chair.

Iya, Bu! jawabnya singkat.

Iya terus, Ibu itu lho-

Bu.., Ghara menyela petuah ibunya yang selalu saja sama.

Sabar, iya Ghara cari, imbuhnya.

Udah tiga puluh lima tahun, Nak!

Iya Bu, tiga puluh lima tahun. Tapi Ghara juga nggak harus sembarangan, tentunya Ibu juga nggak mau mantu yang sembarangan juga, 'kan?

Janji sama Ibu ya. Nanti pas acara reuni keluarga, Kamu harus datang bawa calon itu untuk Ibu.

Bu, Ghara nggak janji, tapi Ghara usahakan.

Kamu itu lho-

Iya Bu, ganteng, mapan, apa lagi? Sela Ghara kesal.

Pinter! Sudah tahu, 'kan. Berarti sudah nggak ada alasan lagi untuk nggak janji sama Ibu.

Iya...,iya...,iya... Ya sudah Ghara pulang dulu. Assalamualaikum Ibu cantik.

Waalaikum sallam.

Huft!

Ghara kembali menghembuskan napas dangkal yang sedari tadi tertahan karena ocehan ibunya.

Tentu dalam kondisi seperti ini, Ghara benar-benar harus memutar otak. Ghara memang tampan, tapi entahlah, ia sangat payah perihal jodoh. Sepertinya ia harus segera meminta jawaban dari sang ahli percintaan satu itu, siapa lagi kalau bukan Yava.

Gimana? tanya Ghara begitu teleponnya tersambung.

Lo baca itu pesan yang gue kirim! jawab Yava singkat lalu mematikan teleponnya sepihak.

Begitu telepon dimatikan, Ghara langsung buru-buru cek pesan yang dikirim Yava.

Yava: Gue udah dapat pesanan lo. Datangi lokasi yang udah gue kirim besok pagi jam 10, jangan sampai terlambat. Ingat, jangan sampai terlambat, semenit saja. Ngerti!

Seketika Ghara pun loncat kegirangan setelah membaca pesan yang dikirim Yava melalui Whatsappnya.

Ghara: Lo bener-bener sahabat terbaik gue. Balasnya.

***

Paginya Ghara sudah berada di tempat sesuai alamat yang dikirim Yava melalui Whatsappnya tadi malam. Ia datang tiga puluh menit lebih dulu sesuai rencananya. Tiba-tiba beberapa pesan singkat kembali muncul memenuhi beranda layar handphonenya.

Yava: Kirim lima belas juta ke rekening gue sekarang juga, buat ganti booking tempat sama bayar agensinya.

Yava: Masalah harga, lo nego sendiri aja. Pesan kedua yang dikirim Yava.

Gila! Batin Ghara setelah membaca pesan yang dikirim Yava. Lima belas juta belum termasuk ongkos ketemu orangnya? Apa-apaan ini! Ghara mengumpat kesal sekali lagi.

Ghara: Lo, meras gue? balasnya gusar, lalu menekan tombol send di layar handphonenya.

Yava: 'Kan gue udah bilang, kalau dalam keadaan kepepet kayak gini, cuma duit yang bisa nolong lo. Gue cuma lakuin apa yang lo suruh aja! Balas Yava.

Ghara: Hadeh, gue kira nggak semahal ini fuck! umpatnya. Lalu kembali berjalan kearah pintu masuk hotel sesuai alamat yang dikirim Yava.

"Atas nama bapak siapa?" tanya resepsionis, begitu Ghara tiba di depannya.

"Ghara!" jawabnya sedikit ketus.

"Baik, Bapak Ghara Dewangga, benar?" tanya perempuan itu meyakinkan customernya.

"Ya!" respon Ghara cepat, karena tidak ingin mengulur waktunya terlalu lama.

"Ruang GA 2002 ya Pak, Bapak naik ke lantai 22 lalu belok kiri. Kamar paling ujung dekat jendela, ini access cardnya," jelas resepsionis itu sembari menyodorkan access card kearah Ghara.

"Makasih."

Tiba di lantai dua puluh dua depan kamar GA 2002, Ghara seperti ragu ingin meneruskan langkahnya. Pelacur mana yang Yava sewa hingga mau di tempat yang hanya mampu di huni oleh orang-orang kaya saja. Persetan! Akhirnya Ghara menempelkan acces card dan mendorong pintu kamar hotel.

Demi apa! Wanita itu sudah ada di dalam sana.

Ghara termangu di ambang pitu, benar-benar hendak mengurungkan niatnya setelah melihat sosok dan penampilan wanita yang tengah berdiri menghadap kearah jendela.

"Selamat datang Pak Ghara!" sapanya, sembari tetap pada posisinya.

Ghara mengayun-ayunkan tangannya, entah gugup atau apa, yang jelas bukan wanita semacam ini yang Ghara minta. Wanita ini memang cantik meskipun dipandang dari belakang, tubuh jenjang dan body goalsnya memang mampu menggugah birahi para pria. 

"Waktu Anda hanya tiga puluh menit saja, silakan Bapak mulai sekarang juga!" tukasnya saat mendapati Ghara yang hanya diam, seperti tak memiliki hasrat bercinta. Sementara wanita itu masih berdiri diam di tempatnya.

"Aaa-"

"Saya tidak mau menghabiskan waktu dengan orang yang terlalu banyak bicara! Ingat Saya berada di sini gunanya untuk apa?"

"Apakah Pak Ghara pernah lihat Saya sebelumnya?" wanita itu berbalik dan mendekati Ghara.

"Ya!" jawabnya menahan gugup begitu tahu wanita yang telah disewa Yava adalah Mistha, seketika Ghara menundukkan wajahnya begitu menatap mata lentik, dan bibir sexy yang terbalut warna merah merona.

"Apa Bapak hanya mau diam dan cuma bicara hal yang nggak ada gunanya?" Mistha menatap Ghara yang sedikit menunduk.

"Saya-"

"Buka baju Anda!" sela Mistha.

"Sisa lima belas menit, cukup untuk orgasme pria seperti Anda!" Mistha melonggarkan tangan yang semula menelungkup di atas dadanya.

Ghara menggelengakan kepalanya pelan.

"Tu-tunggu!" ucap Ghara terbata-bata, begitu Mistha mulai menarik ikatan tali lingerinya.

"Tunggu apa lagi?" sergah Mistha tak sabaran.

"Saya datang buka untuk itu!" jelas Ghara penuh rasa gugup.

"Munafik!" Mistha tersenyum sinis mendengar perkataan konyol Ghara.

"Anda sudah membuang-buang waktu Saya," kelit Mistha sembari mendongakkan kepala Ghara ke depan wajahnya.

"Sa-saya, mau minta bantuan Anda kalau bisa," Ghara mencoba mengendurkan emosi Mistha.

Sementara Mistha terus berjalan mengelilingi tubuh Ghara.

"Saya bukan pelacur murahan yang bisa Anda manfaatkan begitu saja!" katanya sembari menarik dasi Ghara, hingga tubuhnya membentur dua benjolan keras di dada Mistha.

"Mistha!" ucap Ghara setelah Mistha mendorong keras tubuhnya.

"Anda menyebut nama Saya!" Mistha menarik kembali tubuh Ghara, mengangkat wajahnya. Sementara Ghara mengerjap-ngerjapkan mata, alih-alih ia sedang terancam bahaya.

Sumpah demi dewa, Ghara benar-benar menahan gugup setengah mati bertemu dengan pelacur sekelas Mistha. Ternyata, ada wanita yang lebih galak lagi selain mantan pacarnya yang sudah mirip indukan Singa.  

"Waktu Anda habis, ini nomor rekening Saya. Silakan Pak Ghara kirim setidaknya di bawah 3 digit ke rekening Saya," Mistha menyodorkan secarik kertas berisi nomor rekening kearah Ghara.

Ghara terkejut setengah melongo, tiga digit. Batinnya!

"Beri Saya kesempatan untuk bicara sebentar saja," Ghara berusaha menjeda aktifitas Mistha yang mulai mengemasi barang-barangnya.

"Sayangnya setiap waktu Saya, bukan hanya untuk meladeni orang-orang yang nggak berkepentingan seperti Anda!" tuturnya sembari tetap mengacuhkan Ghara.

"Saya akan membooking semua waktu Anda, Saya akan membayar semuanya asal Anda mau bicara baik-baik dan membantu Saya," tukas Ghara, keceplosan. Entah itu karena kepepet atau memang merasa sudah kepalang tanggung.

"Jangan sok kaya!"

Mistha mendekat kembali kearah Ghara. Menarik napas, membuangnya asal, merasa Ghara benar-benar membuat waktunya terbuang sia-sia.

"Saya memang tidak kaya, tapi saya serius dan janji akan membayar sesuai permintaan Anda," kini ucapan Ghara terkesan serius.

"Menarik juga rupanya tawaran, Anda!" Mistha tersenyum simpul.

"Izinkan Saya bicara, dan hitung berapa saja waktu yang telah Saya habiskan bersama Anda untuk membayar waktu setiap harinya," pungkasnya sekali lagi untuk meyakinkan niatnya.

"Sayangnya saya tidak pernah percaya dengan pria yang hanya berkata di bibir saja," Mistha mendelik, menolak tawaran Ghara yang semula hanya terkesan negosiasi semata.

"Oke, baik! Saya akan kirim sekarang juga, waktu yang telah saya habiskan selama 30 menit , serta Dp untuk bicara di tempat lain. Selebihnya Saya akan bayar setelah rencana kita selesai," Ghara meraih ponsel disakunya, lalu mengirim sejumlah dana ke nomor rekening Mistha.

"Silakan dicek," ucap Ghara setelah menutup ponselnya.

Ghara benar-benar nggak habis pikir, jika hari ini ia harus mengeluarkan uang ratusan juta hanya untuk bertemu pelacur sekelas Mistha.

"Jadi mau Anda apa?" kata Mistha, begitu mereka tiba di tempat yang berbeda.

"Bantu Saya datang ke acara reuni keluaga," jawab Ghara.

"Trus?"

"Pura-pura jadi pacar Saya."

"Ide gila!" jawab Mistha sembari memalingkan mukanya.

"Tolong bantu Saya, Saya mohon...," Ghara sedikit meminta belas kasihan Mistha.

"Maaf Saya nggak bisa."

"Mistha," Ghara memelas sekali lagi.

Sementara Mistha merasa jijik dengan sikap Ghara yang merajuk seperti pria tak berguna.

"Saya bilang, Saya nggak bisa. Jadi jangan memaksa!"

"Saya janji akan membayar semua waktu Anda, termasuk mengambil semua jadwal pria yang telah antri menunggu anda,"

Mistha memicing, pria tolol! Batinnya.

"Saya cuma butuh waktu anda paling lama dua hari selama kita nginap di Surabaya, begitu setelahnya. Saya nggak akan ganggu Anda lagi. Saya janji!"

"Gimana?" imbuhnya, begitu Mistha tak menanggapi perkataannya.

"Nginap?" tanya Mistha akhirnya.

Ghara mengangguk.

Mistha tampak berpikir sejenak. Dua hari sepertinya bukan waktu yang lama untuk bisa mendapatkan dana dan segera melunasi hutang-hutangnya ke Vall Ankala.

"Saya akan kabari anda secepatnya, berikan nomor handphone Anda," Mistha menyodorkan ponselnya ke arah Ghara. Begitu selesai, Mistha langsung pergi meninggalkan Ghara.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
bunga Jelita
Keren Asli keren
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status