Share

Suden Wedd!

Sorenya semua keluarga Ghara sudah berkumpul di rumahnya. Termasuk saudara laki-laki dan perempuan dari bapaknya, karena memang kebetulan acara reuni yang dihadiri semua keluarga besar hari ini bertepatan dengan acara arisan yang kebetulan bapak dan ibu Ghara yang menjadi tuan rumahnya.

"Dek, kata Ibu. Kamu tadi siang janji sama Bapak?" tanya kakak perempuan Ghara.

Ghara tak menjawab, masih menimbang-nimbang jika ia disuruh menepati janji itu hari ini.

"Kamu sudah tahu kondisi, Bapak kayak gimana, 'kan?" imbuh kakaknya begitu tidak mendapat jawaban dari Ghara.

"Kak-"

"Dek," sergah kakanya cepat.

"Nunggu apa lagi, Mistha udah sesuai dengan harapan Ibu sama Bapak. Lihat semua saudara juga udah mendukung kalian, mau nunda sampai umur berapa lagi. Kurang apa lagi, Mistha cantik, sholeh, rajin." ucap kakaknya sembari menoleh kearah Mistha yang tengah membenarkan posisi jilbabnya.

"Tapi nggak harus sekarang, Kak!" bantah Ghara.

"Masmu sudah menyiapkan semuanya, Bapak yang nyuruh. Acara hari ini sekalian acara buat menikahkan kalian," pungkas kakak Ghara tiba-tiba.

"Apaan sih, Kak! Enggak," tolak Ghara karena masih belum yakin Mistha akan menyetujui rencana gila yang terkesan tiba-tiba.

"Bicarakan sama Mistha, Kakak tunggu keputusannya!" pinta kakaknya.

"Kak-"

Kakaknya berlalu, sementara Ghara binggung mau ngomong apa. Benar-benar gila, nggak keluarga, nggak perusahaannya. Memang semuanya berusaha membuat kepala Ghara terasa meledak seketika.

"Mistha," ucap Ghara akhirnya.

Mistha yang masih sibuk menghadap cermin menoleh kearah Ghara. Tanpa bicara, namun merespon panggilan Ghara.

"Bisa kita bicara diluar sebentar," ajak Ghara.

"Kenapa?" tanya Mistha begitu mereka sudah berada di sebuah taman samping rumah Ghara.

"Sa-saya, mau perpanjang kontraknya," ucap Ghara terbata-bata.

"Nggak..., nggak bisa! Saya harus balik ke Jakarta besok pagi," jawab Mistha sembari mengacuhkan pandangannya kearah Ghara.

"Mistha," Ghara memelas sekali lagi.

"Saya harus tepatin janji yang tadi pagi terucap kepada, Bapak. Tolong Mistha, Saya perpanjang kontraknya guna untuk mempercayakan mereka, mereka sudah mempersiapkan acara pernikahan kita," jelas Ghara.

"Apa?" Mistha mengangkat wajahnya, tak percaya. Benar-benar sesuatu hal yang sempat terpikir akan terjadi di luar ekspektasinya.

"Saya perpanjang satu tahun saja, Saya janji akan memberikan apapun yang Anda minta, termasuk harta, benda, rumah, mobil kalau perlu harga diri Saya," ucap Ghara seolah hilang kontrol bahwa dirinya masih sangat berharga, namun malam ini Ghara benar-benar seperti pria yang tengah kehilangan wibawa, sampai-sampai memelas sedemikian rupa demi menghadapi watak satu manusia yang susah sekali untuk dikendalikan.

"Big no, Ghara!" serunya sembari memelototkan mata tepat dihadapan Ghara.

"Mistha, please...please...please....," rajuk Ghara benar-benar hilang wibawa.

Namun setelah Mistha ingat bahwa Khatila sedang butuh bantuannya, kini Mistha harus memutar balikkan fakta. Antara terima tawaran dari Ghara dan menjadi istri sahnya, atau pergi dengan tangan hampa dan hanya membawa uang yang tak seberapa, yang tentunya masih belum cukup untuk menebus hutang-hutangnya. Menebus Khatila, serta membalaskan dendam untuk menghabisi nyawa si Bajingan Tua, Vall Ankala.

"Oke, Saya terima tapi setelah balik ke Jakarta, kita carai! Deal?"

"Big deal!" sambung Ghara demi membahagiakan semua keluarganya, Ghara rela mempertaruhkan apa saja.

"Gimana?" tanya kakak perempuan Ghara begitu melihat Ghara masuk ke dalam rumah.

Ghara mengangguk, lalu melangkah menuju ruangan bapaknya.

"Pak, besok Ghara tepatin janji Ghara, tapi Ghara mohon, Bapak harus sembuh. Bapak yang kuat ya," tukasnya sembari mengelus pelan punggung tangan bapaknya.

"Tepatin hari ini, Nak. Semuanya sudah siap," respon bapaknya tiba-tiba.

"Bapak nggak mau nunggu sampai besok, karena umur kita nggak ada yang tahu. Hanya Tuhan yang Maha tahu segalanya," sambungnya.

Ghara mendongak, mengusap pelan kedua pelupuk mata yang sedari tadi sudah banjir air mata. Lalu Mistha, ibunya, kakak perempuan dan suaminya, serta beberapa orang masuk ke dalam ruangan bapaknya.

"Sudah siap?" tanya Suami kakaknya.

Ghara melongo, secepat ini. Batinnya. Tanpa sadar Ghara mengagguk, lalu semua orang sibuk mempersiapkan barang-barang yang akan digunakan untuk menikahkan Ghara dan Mistha malam itu juga.

"Maaf-" Ghara menjeda perkataannya. 

"Maaf, jika Anda terjebak disituasi yang rumit seperti ini," imbuhnya begitu mereka sudah dinyatakan sah sebagai suami istri.

Mistha masih memalingkan mukanya, menatap nanar kearah jendela. Tentu Mistha sudah terjebak dalam permainan Ghara, meskipun sejatinya ada imbalan besar yang diharapkan Mistha begitu keinginan Ghara dituruti semua.

Mistha menghembuskan napas kasar, lalu duduk di kursi seberang Ghara. Meskipun malam ini adalah malam pertama mereka dan berada dalam satu kamar yang sama, tentu Mistha yakin Ghara tak akan sempat-sempatnya memikirkan soal ingin tidur bersama.

"Anda hanya perlu ingat apa yang Saya ucapkan sebelum pernikahan kita," tandasnya.

"Ya," balas Ghara sekata.

"Apa?" tanya Mistha.

"Nanti, Anda akan langsung menerima berkasnya tanpa Saya perlu mengucap apa-apa," balas Ghara.

Mistha mengangguk, lalu melemparkan selimut, bantal, guling guna menyuruh Ghara tidur di sofa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status