Mulai AgresifDi kantor Hanung.“Permisi pak Hanung, ada kiriman dari istri bapak,” ucap resepsionis wanita yang bernama Maria itu.Hanung terlihat bersiap untuk makan siang.“Maria, baiklah, terimakasih,” ucap Hanung seraya menerima paket itu.“Wah, Hesti membuatkanku makan siang?” ucap Hanung dalam hati setelah melihat kiriman itu berupa kotak makan susun dua.Sebelum membuka paket itu, Hanung meraih ponselnya, menulis pesan yang rencananya akan dikirim kepada istrinya.“Terimakasih, makan siang yang selalu aku rindukan,” tulis hanung. Belum sempat dia menekan tombol kirim, tiba tiba Tania sudah berdiri di hadapannya.“Ayo, kita jadi makan siang?” tanya Tania.Hanung segera meletakkan ponselnya, lalu melihat ke arah Tania.“Ma-maaf Tania, sepertinya aku tidak makan siang di luar hari ini, istriku mengirimkan ini,” ucap Hanung seraya mengangkat kotak makanan yang didapatnya.“Oh begitu, seingatku setahun yang lalu terakhir kali istrimu mengirimkanmu makanan,” ucap Tania.“Ya, waktu a
Lupa Menekan Tombol KirimAku menyambut suamiku, meraih tangannya, menciumnya, lalu membawakan tasnya. Mas Hanung duduk di kursi depan, melepas sepatu, kemudian masuk ke dalam rumah.Aku meliriknya, tidak ada kata keluar dari mulutnya, hanya salam yang dia ucapkan sebelum masuk ke dalam rumah. Dia terlihat melempar tubuhnya ke sofa, apa mungkin dia lelah.“Aku sudah menyiapkan air hangat, mandilah dulu,” ucapku.“Anak anak sudah tidur? apa mereka bertengkar hari ini?” tanya mas Hanung.“Ya, baru saja tidur, seperti biasa, tidak masalah,” ucapku.“Aku lelah sekali, hari ini cukup berat,” ucap mas Hanung.“Mandilah, aku sudah menyiapkan makan malam, setelah itu aku akan pijat badanmu,” ucapku.“Benarkah, baiklah aku akan segera mandi,” ucap mas Hanung dengan mata yang berbinar.Setelah selesai mandi, selesai makan, aku memijat badan mas Hanung yang tidur tengkurap di atas tempat tidur kamar. Aku memijatnya dengan hati hati, lembut. Padahal seharusnya aku memiliki perasaan kesal dan kece
Cerita Cinta Bu RT“Bu Hesti, bagaimana? sudah membaik perasaannya? Saya mungkin tidak tahu apa yang bu Hesti alami, tapi pesan saya, jangan terlalu memikirkan sesuatu yang tidak memiliki dasar apapun, itu hanya akan mengganggu pikiran bu Hesti,” ucap bu RT ketika aku mengunjungi rumahnya. Di sana juga sudah ada bu Anna, beberapa hari ini aku dan bu Anna memang rajin mengunjungi bu RT.“Bu Hesti pasti bisa menyelesaikan semua masalah, apapun itu,” ucap bu Anna.“Terimakasih ibu ibu, inshaAllah,” ucapku.“Bu RT, bu Hesti, tahu tidak, tadi pagi saya bertemu dengan bu Edi, wah dia benar benar memojokkan saya supaya cerita tentang apa yang saya kerjakan dengan bu RT dan bu Hesti, wah sepertinya bu Edi sangat penasaran,” ucap bu Anna.“Iya bu Edi memang suka begitu, selalu mengurusi orang lain, sudahlah bu, tidak perlu dipikirkan, yang penting kita berkumpul bukan untuk membicarakan orang lain, ya sesekali tidak apa apalah, tapi bukan untuk menjelekkan orang lain,” ucap bu RT.“Iya bu RT,
Mencoba Menyelesaikan Sesak HatiMas Hanung pulang kerja, seperti biasa, dia hanya bisa melihat anak anak yang sudah terlelap tidur.Aku menunggunya, walau hari ini jadwal meeting dan dia sampai di rumah pukul sepuluh malam. Aku menyiapkan makan malam, walau tahu kadang dia tidak akan menyentuh makanannya karena sudah makan di luar.Aku menyiapkannya air hangat, membantunya tidur dengan cara memijat punggung juga kakinya. Aku senang melakukannya, bukan sesuatu yang merepotkan, karna segala yang aku lakukan adalah ibadah. Namun sejujurnya, aku ingin, membicarakan sesuatu dengannya, bukan sesuatu yang penting, namun setidaknya melegakan pikiran juga hatiku.Aku ingat pesan bu RT tadi siang saat aku menyatakan ada ganjalan di hatiku, tentang suami.“Bu Hesti coba bicarakan dari hati ke hati, saya tahu perasaan seorang istri itu sangat peka dan sensitif, selalu memikirkan hal hal sepele, bahkan mengkhawatirkan sesuatu yang belum tentu terjadi. Sebaiknya tanyakan langsung, konfirmasikan,
Mulai Beraksi“Tania,” ucap Hanung seraya melihat ke arah Tania, teman rekannya yang malam itu terlihat begitu cantik, tubuhnya dibalut gaun mini warna hitam, sexi.“Sedang ada masalah?” tanya Tania.“Biasalah,” ucap Hanung.“Dengan istri atau dengan rekan kerja?” tanya Tania.“Yang pertama,” jawab Hanung. Mendengar itu, Tania mengulaskan senyum, rupanya Hanung sedang ada masalah dengan istrinya dan Tania menganggap hal ini sebagai kesempatan besar.“Aku tidak pernah melihatmu datang ke sini sebelumnya?” tanya Hanung.“Ya, beberapa teman merekomendasikan tempat ini,” ucap Tania yang kemudian duduk di kursi yang ada di sebelah Hanung.“Ada masalah apa? mungkin aku bisa bantu,” tanya Tania.“Bukan masalah penting, tidak perlu dipikirkan,” ucap Hanung. Mendengar hal itu, Tania terdiam, sesaat mengamati Hanung.“Baiklah, aku akan menemanimu minum kopi,” ucap Tania.“Pulanglah, ini sudah larut malam, besok kamu harus bekerja,” ucap Hanung.“Sama sepertimu, kamu juga bekerja di tempat yang
CURHAT“Bu Hesti,” sapa bu RT yang berdiri di depan rumahku, dia terlihat melambaikan tangan ke arahku.“Bu Rt, ucapku, lalu aku segera menggendong Bintang yang sedang bermain di atas karpet lantai halaman depan, berjalan ke depan rumah untuk menemui bu RT.“Good morning,” ucap bu RT setelah melihatku mendekat ke arahnya.“Morning bu RT,” jawabku.“Bu RT, ada apa? tumben kesini,” tanyaku.“Saya memang mau ke sini,” ucap bu RT.“Wah, ayo masuk,” ucapku dengan mata yang berbinar.“Tadi saya mengantar gamis pesanan bu Edi, sekalian saja saya mampir,” ucap bu RT seraya berjalan masuk ke rumahku.“Bu RT masih berjualan gamis?” tanyaku.“Ya, membantu sesama,” ucap bu RT.“Ayo bu RT, silahkan masuk,” pintaku, bu RT mengulaskan senyum, lalu bergegas masuk ke rumahku.“Hmm, that smells good,” ucap bu RT seraya menarik nafas.“Rumah bu Hesti, wangi sekali,” ucap bu RT setelah masuk ke dalam rumah.“Kebetulan suami saya tidak suka jika rumah berbau tidak enak bu,” ucapku.“Hebat sekali,” ucap b
Jurus MematikanMobil Hanung berhenti di depan apartemen Tania, dia meraih ponsel yang ada di sampimng tempat duduknya, berniat menghubungi Tania, namun tiba tiba Tania sudah betdiri di depan kaca mobil bagian depan.“Aku baru saja akan menghubungimu,” ucap Hanung setelah emmbuka kaca pintu mobil.“Benarkah? aku sudah menunggumu sejak tadi,” ucap Tania yang kemudian segera masuk ke dalam mobil Hanung.“Harum sekali, bau apa ini?” tanya Tania.“Kamu menciumnya, padahal di mobil aku sudah menggunakan anti bau,” ucap Hanung.“Hidungku bisa mencium bau makanan,” ucap Tania seraya tersenyum.“Apa itu untukku?” tanya Tania.“Hmmm, i-iya,” ucap Hanung, padahal tadi dia baru saja ingin mengatakan bahwa itu adalah bekal yangistrinya siapkan.“Wah, kau baik sekali, terimakasih,” ucap Tania dengan mata yang berbinar.“Kamu sudah menghubungi bengkel?” tanya Hanung.“Ya, aku sudah menghubungi bengkel langganan, mereka sedang mengurus mobilku,” ucap Tania.“Baiklah, kita berangkat ke kantor sekaran
NyamanHanung terlihat menyeruput kopi hangat di sebuah kafe Bersama dengan Bram, di jam makan siang.“Kamu sudah jarang makan bersamaku,” ucap Bram yang juga meminum kopi dingin. Hanung terlihat menyilangkan kaki, terlihat begitu santai.“Aku lihat lihat, hubunganmu dengan Tania semakin dekat, apa aku salah lihat?” tanya Bram menelisik, dengan wajah yang serius namun berusaha dia buat santai.“Kamu mengawasiku?” tanya Hanung.“Mengawasi? Yang benar saja, aku bisa melihatnya dengan mata telanjang. Aku melihat kalian begitu dekat, setidaknya akhir akhir ini,” ucap Bram.“Apa kamu memiliki hubungan dengan Tania?” tanya Bram penasaran. Mendengar hal itu, Hanung hanya terdiam, lalu tersenyum kearah Bram. Itu sudah cukup mewakili jawaban iya, dan Bram mulai tidak percaya dengan semua itu.“Apa kamu sudah gila? Kamu sudah menikah Hanung, ada Hesti, ada Bintang, ada Adam, mereka keluargamu,” ucap Bram.“Aku benar benar tidak habis pikir,” lanjutnya.“Aku tidak akan mengecewakan Hesti, tenang