Share

Bab 4

Istri cacat CEO 

Bab 4

Via mengangkat panggilan di ponselnya saat dirinya hampir merebahkan badannya di kasur yang nyaman.

Panggilan itu datangnya dari asisten Tuan Oliver, Bram, yang menyuruh Via untuk istirahat karena bosnya akan pulang larut malam bahkan mungkin sampai pagi menjelang.

 Via mengiyakan lalu menutup panggilan. Tak berapa lama panggilan kembali masuk, kali ini dari Chiara. Dengan malas Via mengangkat panggilan.

Begitu tersambung, yang Via dengar adakah suara Chiara yang langsung memakinya dengan kata-kata kasar.

"Hei, perempuan jelek, kenapa sejak datang ke Dubai kamu tidak menghubungiku? Apa kamu sudah lupa bahwa kamu ditugaskan untuk memberitahuku semua gerak-gerik Christian?" serang Chiara membuat Via kaget dan tak menyangka akan perkataan Chiara yang kasar.

 "Maaf, Nona, saya lupa karena ada beberapa pekerjaan yang saya kerjakan," Via beralibi padahal sebenarnya tidak demikian.

"Jangan memberi alasan kepadaku, tugasmu di sana hanya menjadi mata-mataku, kalau kamu tidak menurut maka jangan salahkan aku jika ibu dan ayahmu yang malang itu terkena imbasnya," ancam Chiara tanpa belas kasihan.

"Oh, sudahlah lupakan. Sekarang katakan padaku apa yang tengah dilakukan Christian saat ini?" tanyanya kemudian.

"Maaf Nona, saat ini Tuan Christian Oliver tidak berada di sini semenjak dirinya pergi sore tadi." Via memberi penjelasan sebenarnya.

"Apa? Dia belum kembali? Baiklah, terus hubungi aku kalau ada informasi yang bisa kamu berikan." Setelah berkata demikian, Chiara langsung mematikan sambungan seenaknya.

Via tertegun kemudian memandang keluar jendela dari unit kamarnya. Ia tak mengerti dengan jalan pikiran Chiara yang memintanya pergi ke Dubai hanya untuk memata-matai kekasih dari wanita itu. Sebenarnya Via sempat menolak, namun Chiara mengancamnya akan menjauhkan Julia dari ayahnya Suryo Joyo. Melihat air mata diwajah Julia waktu itu, akhirnya Via pun luluh dan menuruti keinginan Chiara. Selain itu juga, menurut Chiara saat ini perusahaan Suryo Joyo tengah diambang kebangkrutan. Hingga sang ayah kesulitan untuk mendapatkan perawatan yang terbaik dikarenakan biaya yang mahal dan akhirnya Via-lah yang harus bekerja guna mencari biayanya untuk pengobatan Sang Ayah sebagai bentuk baktinya.

Padahal itu adalah siasat licik Chiara untuk menjauhkan Via dari keluarga besar Suryo Joyo. Karena menurut pengacara keluarga Suryo Joyo beberapa puluh persen harta kekayaannya akan diwariskan kepada pihak Via dan juga Julia selaku ahli waris.

Masih jelas diingatan Via, saat Chiara berkata sesaat sebelum dirinya dikirim ke Dubai.

"Aku yang akan mengatur semuanya. Kau hanya harus pergi ke PT tempat penampungan para TKI, setelah itu serahkan semuanya padaku." Chiara berkata dengan keangkuhan yang dimilikinya. 

Chiara kemudian menghubungi seseorang yang akan yang akan menjemput Via dari kediamannya. Via menangis karena akhirnya harus berpisah dengan ibu dan ayahnya yang baru beberapa saat bertemu. 

*****

Via terbangun saat mendengar suara berisik dari arah pintu depan unit. Via segera memakai cadarnya lalu melihat apa yang terjadi.

Via melihat Christ berjalan dengan terhunyung sambil meracau tak jelas lalu tertidur di atas sofa. Via segera mendekat dan membantu Christ membuka dasi, kemeja dan sepatu pria itu. Setelah selesai, ia membantu memapah Christ ke kamar lelaki yang Via perkirakan mempunyai tinggi 180 cm itu. Karena berat tubuh Christ dua kali lipat dari dirinya, maka secara tidak sengaja Via terjatuh bersama Christ keatas tempat tidur hingga cadar yang Via kenakan terlepas. Untunglah Christ sedang mabuk dan tidak menyadarinya.

Pada saat bersamaan terdengar ocehan tak jelas dari mulut Christian. Ia berkali-kali memanggil nama Olivia. Membuat Via tertegun.

"Oliv, kamu dimana Olivia … !" racau Christ sambil terkekeh, lalu detik berikutnya langsung menangis tak jelas sambil menepuk-nepuk dadanya. 

Via tak tahu siapa Olivia. Bahkan berulang kali Christ memanggil nama 'Olivia' saat matanya terpejam. Saat ini Via kesulitan bergerak karena posisi Christ berada tepat di sampingnya yang menindih tangan juga rambut panjangnya. Sekuat tenaga Via terus berusaha menjauhkan pria itu dari sisinya, namun usahanya sungguh sia-sia. Racauan semakin tak jelas keluar dari mulut Christ, sebelum lelaki itu akhirnya terlelap.

Via menekan dadanya yang berdebar kencang. Itu adalah pertama kalinya Via berinteraksi sangat dekat dengan lawan jenis. Bahkan kini wajahnya memerah karena malu. Via segera pergi dari kamar Bosnya dan berjalan cepat ke arah wastafel dan langsung menatap wajahnya di depan cermin. Ia tertegun memperhatikan wajahnya. Walaupun dirinya memiliki kulit putih dan wajah yang lumayan cantik, namun cacat di bagian pipi kiri hingga lehernya membuat Via bersedih. 

Siapapun yang melihat wajah itu pasti akan merasa jijik.

'Tuhan, kenapa nasibku sungguh buruk.'

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status