Perlahan Raka mulai mengerjap-kerjapkan mata, berusaha menyesuaikannya dengan intensitas cahaya dari ruangan tempatnya berada saat ini.
Pria itu sedikit mengerang saat merasakan lelah sekaligus puas dalam satu waktu. Namun, itu tidak berlangsung lama karena kini otaknya kembali memutar betapa kacaunya wajah Hanny yang ia tinggalkan sendirian di rumah.'Bodoh! Harusnya lo tenangin dia, lo peluk istri lo, bukan malah nyari kenikmatan di sini' batin pria pemilik rahang tegas dan mata yang condong kedalam yang kini telah sepenuhnya duduk.Saking merasa frustasinya ia sampai memjambak rambutnya sendiri, bergarap dengan itu ia bisa menghilangkan rasa bersalah yang hinggap dalam dirinya.Lantas kepalanya sedikit tertoleh, guna melihat ponselnya yang tergeletak di atas nakas, tangannya pun segera terulur untuk mengambil benda itu, dan lagi-lagi matanya harus dibuat terbelalak kaget saat mendapat beberapa spam chat dan panggilan dari nomor Tania.Kini Raka sudah mengambil duduk tepat di samping tubuh Hanny yang masih terbaring tak bertenaga, diatas kasur rumah sakit. Wajah pucat pasi yang wanita itu tunjukan berhasil membuat rasa penuh kekhawatiran di dalam tubuh Raka meledak seketika.Suara bising dari perangkat medis yang tengah beroperasi, berhasil menjadi backsound yang memecah keheningan di antara sepasang suami istri itu. Kemudian dengan gerakan perlahan pria berahang tegas itu pun, segera menarik tangan yang masih tertancap infus untuk digenggam, lantas diusapnya dengan lembut, berharap sentuhan itu dapat memberikan sedikit kenyamanan untuk Hanny yang tengah berjuang untuk kembali pulih.Namun, siapa sangka hal itu berhasil membuat mulut Hanny mengerang, ketika merasakan sensasi pusing kembali mendera area kepalanya. Di tengah keadaan itu, bau alkohol dari pembersih medis turut menguar, hingga mencapai indera penciuman, dan otomatis membuat sepasang mata yang tadinya tertutup sayu perlah
Devina terus memutar-mutar boneka mini di tangannya, otaknya pun turut berputar memikirkan tujuan utama, dan dalang dibalik teror yang ia terima.“Yuda? Jika benar ini ulah pria itu, lalu apa tujuannya?” wanita itu tampak menimang-nimang beberapa asumsi yang bermunculan dalam kepalanya. Hingga tanpa sadar sudah ada seorang wanita lain yang berdiri tepat di hadapannya.“Are you okay?” Wanita itu tampak melambai-lambaikan tangannya di hadapan Devina, membuat sang empu terkejut dan reflek menyembunyikan benda itu di balik tubuhnya.“I-iya aku baik-baik aja!” jawabnya dengan gelagapan. Ekspresi pada wajahnya turut berubah tegang, mencerminkan kombinasi antara keterkejutan dan usaha menutupi aktivitas yang sebelumnya tengah dilakukannya. “Kamu yang waktu itu, ‘kan? Ada perlu apa? Tumben kesini, atau mau minta ganti rugi ya?” sambung wanita itu mencoba setenang mungkin. Mendapat pertanyaan seperti itu, membuat Tania menggelengkan kepalanya dengan cepat, merasa canggung. “Enggak! Bukan, b
Sudah terhitung hampir satu minggu, selepas kepulangan Hanny dari rumah sakit tempatnya dirawat. Namun, wanita berusia 25 tahun itu sama sekali tak mengendurkan sifat dingin, serta ekspresi datar yang terpampang jelas di wajahnya.Dan tentu, hal itu berhasil membuat sang suami kelabakan sendiri, Hanny yang biasanya selalu memberikannya perhatian ekstra, kini sama sekali tak mengindahkan keberadaannya. Bahkan jika tidak ditanya pun, wanita itu tidak akan pernah membuka suara. Seperti halnya saat ini, meskipun Raka tengah berada tepat di sampingnya, nyatanya Hanny lebih tertarik untuk menatap layar kaca yang berada di hadapannya, sesekali ia terkikik geli tatkala mendapati adegan lucu yang ditayangkan. Berbanding terbalik dengan Raka yang beberapa kali menghembuskan nafas berat, menciptakan suara yang nyaris terdengar di tengah keheningan yang membeku. Pria itu terus mencoba mencari cara untuk menyatukan kembali atmosfer hangat di antara mereka, tetapi setiap usaha yang ia lakukan tam
Memilih diam dan memendam, demi sebuah keharmonisan. Mungkin itulah yang tengah dijalani Hanny saat ini. Tak masalah jika setiap hari ia harus menyajikan senyuman palsu dan pura-pura bahagia, asalkan itu bisa menjaga ketenangan rumah tangganya. Tak apa jika ia akan dianggap bodoh, asalkan kelak anaknya bisa lahir dari keluarga yang utuh. Mungkin hanya itulah yang ada dipikiran wanita berusia 25 tahun itu, karena ia juga percaya bahwa pil pahit kehidupan yang tengah ia telan, akan membawanya ke dalam sebuah kebahagiaan yang manis nantinya. Namun, jika benar kalian telah menganggap wanita itu bodoh, maka selamat! Kalian salah besar. Sebab dibalik itu semua, seorang Hanny diratama, telah merencanakan langkah-langkah strategis untuk merebut kembali hati sang suami. Dengan sabar, Hanny berusaha menciptakan momen-momen kebersamaan yang bisa mengingatkan suaminya akan nilai-nilai keluarga yang pernah mereka bangun bersama. Meskipun semenjak Hanny tau fakta perselingkuhan Raka, pria itu sa
"You not okay?" tanya Tania sesaat setelah berhasil menghentikan mobilnya di pinggir jalan, dan kini wanita itu tengah menatap lekat wajah Hanny, yang berada tepat di sampingnya. Pikiran Hanny, yang awalnya tengah berkelana jauh, sontak terlonjak kecil. Lantas dengan cepat ia mengusap bercak air yang menggumpal di kelopak matanya, baru setelah itu menoleh sembari menggeleng singkat."No, I am okay!" jawab wanita itu mantap, tetapi terlihat jelas wajahnya penuh dengan kesedihan. Mata bulatnya bahkan sudah memerah, karena menahan tangis.Tania, yang tidak tega, langsung melepas earphone yang semula wanita itu kenakan, kemudian dengan lembut ia menarik tubuh Hanny untuk masuk ke dalam dekapannya, dan benar saja, di dalam dekapan tubuh kecil itu, Hanny langsung menangis sejadi-jadinya. Berusaha meluapkan semua rasa sakit, setelah mendengar percakapan sang suami yang tengah bermesraan dengan wanita lain di seberang sana.“Aku bohong, Tan. Aku bohong, jika aku bilang aku baik-baja! Aku han
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam, kini keempat orang dewasa itu telah tiba di salah satu villa mewah yang terletak di daerah Nusa dua, Bali. Dengan langkah bersemangat, Tania yang lebih dulu masuk kedalam villa tersebut, membiarkan aroma bunga tropis menyambut indra penciumannya. Begitu berada di dalam, netra wanita itu terbelalak takjub, tatkala menyadari bahwa Villa tersebut menghasilkan suasana yang begitu memukau, bahkan lebih indah dari ekspektasinya. Desain elegan dan modern dengan langit-langit tinggi dengan lampu gantung yang mewah, dinding kaca yang memungkinkan cahaya matahari memasuki setiap sudut ruangan, serta dekorasi yang dipilih dengan detail. Semua itu menciptakan atmosfer yang begitu istimewa.“This is so perfect, Ini beneran surga dunia!” pekik Tania dengan suaranya yang melengking memenuhi seisi ruangan. Raka dan Hanny reflek tertawa kecil, berbeda dengan Devina yang tampak mendengus tak suka, bahkan wajah wanita itu sama sekali tidak menggambarkan
Devina memandang kepergian sepasang suami istri itu dengan ekspresi wajah yang semakin gelap. Hatinya dipenuhi rasa marah dan kecewa. Lantas tanpa ragu, ia memutuskan untuk menyusul mereka, dengan langkah cepat dan tegas.Sedangkan di dalam sana, sepasang suami istri yang masih saling merangkul mesra itu harus berpisah di ujung ruangan, tatkala Raka hendak pergi ke kamar mandi meninggalkan Hanny sendirian. Hanny sendiri langsung beranjak hendak kembali ke kamar tidurnya. “Hanny, tunggu!”Mendengar panggilan itu, membuat Hanny kembali mengurungkan niatnya untuk melangkah pergi, kemudian dengan senyuman yang mengembang sempurna, ia berbalik badan, menatap Devina yang ternyata tengah berlari ke arahnya, dengan kedua tangan mengepal di kedua sisi tubuh.“Why?” tanya Hanny santai, tak lupa ia juga menarik sebelah alisnya setinggi mungkin, mencoba memberikan tatapan remeh, pada lawan yang kini sudah berdiri tepat di hadapannya Melihat itu, membuat Devina menahan nafasnya sejenak, netrany
Hari sudah kembali berganti, tetapi Devina tak kunjung berhasil membuat kedua kelopak matanya untuk tertutup. Suara bentakan Raka terus berputar di dalam memori kepalanya, juga bayangan wajah Hanny yang tampak polos,terus membuat dada wanita itu bergemuruh tak terkendali.Hingga akhirnya, setelah matahari tak lagi malu-malu menunjukan wujudnya, Devina bergegas keluar kamar guna mencari keberadaan sosok Raka. Dan ya, tampaknya dunia tengah berpihak kepada wanita itu. Buktinya baru saja beberapa langkah, mata Devina berhasil menangkap siluet tubuh Raka yang bergerak menuju dapur, tak mau menyiakan kesempatan, wanita itu segera berlarian kecil guna menemui Raka.“Mas,”Suara yang terdengar cukup lirih itu, berhasil menelisik pendengaran Raka, membuat pria yang tengah membuatkan susu untuk sang istri terlonjak kecil, tetapi tak urung ia tetap berbalik badan, menatap pelaku yang ternyata masih berada di ambang pintu dapur.Karena merasa tak mendapat imbal balik, wanita itu kembali melangka