Share

Istri Cerewet Tuan CEO
Istri Cerewet Tuan CEO
Penulis: Vellichor_Ann

Kabar Dadakan

Penulis: Vellichor_Ann
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-22 17:16:43

Bugh...

Sebuah sepatu mendadak telempar hingga mengenai kepala Ayana. Gadis tersebut sontak memegangi pelipisnya yang dirasa memar.

"Woy! Siapa yang lempar sepatu ke muka aku?" teriaknya sambil mengangkat sepatu tinggi-tinggi. 

"Gue! Lagian ngapain lo berdiri di situ?"

Mendengar ucapan menantang dari musuh bebuyutannya, sontak Ayana membelalak. "Harusnya aku yang nanya. Kayak anak kecil aja lempar-lempar sepatu. Kurang kerjaan banget."

Keributan tersebut ditonton oleh beberapa mahasiswa di koridor kampus. Mereka sudah tidak asing lagi dengan pemandangan tersebut. Ayana Birdie adalah salah satu mahasiswi di fakultas ekonomi bisnis (FEB), sedangkan gadis di hadapannya adalah Metta Adzkiya yang berada di fakultas yang sama.

Keduanya  dikenal sebagai rival sejati!

"Gue mau ngelempar dia. Salah siapa lo tiba-tiba muncul?" kata Metta lagi. Kini, dia menunjuk salah satu lelaki berkacamata yang kini memeluk bukunya.

"Bukannya minta maaf, malah balik nyalahin."

"Udah-udah. Buruan balikin sepatu gue!"

"Balikin?" Aya menatap sepatu yang dipegangnya sesaat, kemudian melirik Metta. "Tuh, ambil."

"Heh! Kenapa lo lempar sepatu gue? Ambil!"

"Ambil sendiri."

Aya segera menarik temannya menjauh dari sana. Ia mengabaikan teriakan Metta yang memanggil namanya.

Lagian suruh siapa dia melempar sepatu sembarangan?

Di sisi lain, teman Aya yang bernama Putri itu kini hanya bisa diam.

Kalau sudah berurusan dengan si Metta itu, Aya akan lebih sensitif. Dia juga bingung bagaimana awal keduanya sering bertengar seperti itu. Yang Putri tau temannya ini benar-benar orang yang tenang dan polos, tapi ternyata dia bisa berubah jadi singa betina saat berhadapan dengan Metta.

"Sebel banget, sih! Kenapa dia itu suka banget ngancurin mood-ku? Mana tiap hari ketemu lagi," gerutu Aya setelah mereka sampai di parkiran kampus.

"Gimana gak ketemu? Kita satu kelas sama dia, Ay."

"Jujur, kalau bukan karena Papa yang minta ngambil fakultas ini, aku mending di fakultas hukum. Aku pernah cerita kalau mau jadi pengacara, kan?"

Putri mengangguk pelan. "Iya, sih. Tapi sejauh ini nilai kamu bagus. Kalau kamu salah ambil jurusan, terus nilai kamu jelek, itu yang jadi masalah."

"Tau, ah!"

"Jangan marah-marah terus, dong. Kamu masih belum mau cerita kenapa Kamu sama Metta musuh kayak gitu?"

Sedetik kemudian. Aya merubah raut wajahnya. Memang tidak ada orang yang tau tentang masalah ini selain Aya dan Metta sendiri. Bahkan teman-teman keduanya juga tidak ada yang tau. 

Untungnya, Putri yang melihat temannya terdiam, langsung melanjutkan bicara, "Yaudah, kalau gak mau cerita gakpapa." 

"Bukan gitu. Kapan-kapan deh, soalnya ceritanya panjang," balas Aya mencari alasan.

"Yaudah. Aku mau cari makan, nih. Mau ikut gak?"

"Sebenernya pengen, tapi mama suruh pulang cepet. Gak tau deh ada apa."

"Oke. Aku juga mau ngajak Deon, sih." Putri tersenyum lebar hingga menunjukan deretan giginya. 

Ayana hanya bisa menggelengkan kepala menyaksikan kasus friendzone ini.

Sama-sama suka, tapi belum ada yang berani jujur sama perasaannya. Aya saja sampai gemas karena kedekatan mereka yang tidak memiliki hubungan.

"Dasar! Kalau ada rasa, ungkapin! Jangan sampe, gue malah nikah duluan sebelum kalian," ucapnya lalu tertawa.

Sayangnya, tawa itu tak berlangsung lama.

Begitu tiba di rumah, ia merasa dunianya runtuh karena berita dadakan yang dibawa kedua orang tuanya.

"Apa?! Dijodohin?" pekik Ayana tak pecaya.

Namun, sepasang suami istri itu hanya mengangguk.

"Jangan aneh-aneh, deh. Aya baru pulang tau."

"Mama sama Papa serius. Perjodohan ini sebenarnya udah lama, cuma kita harus nunggu umur kamu yang tepat," kata papanya.

Iya, perjodohan. Bagaimana Aya tidak pusing? Dia baru sampai rumah tapi mamanya langsung membicarakan hal yang tidak masuk akal. Perjodohan seperti itu hanya ada di jaman dulu, novel, dan film.

"Kamu juga kenal sama orangnya, kok."

Aya kini menatap Mamanya. "Siapa?"

"Kenneth, anaknya tante Mirna. Masih ingat?"

"What? Gak mau," balasnya cepat.

"Kenapa? Kamu dulu suka main sama dia. Bahkan kamu sahabatan sama adiknya, Metta."

Tapi itulah alasan Aya semakin tidak mau. Orang tuanya tidak tau permasalahan Aya. Mereka tidak tau bagaimana Aya sakit hati dengan kakak beradik tersebut!

"Gak mau, Mah. Aya udah gak temenan lagi sama Metta," jawab Ayana membuang wajah ke arah lain. Ia benar-benar tidak menyangka jika pria itu yang akan dijodohkan dengannya.

"Kenapa? Pantesan aja udah lama Metta gak main ke rumah. Tante Mirna juga gak ngomong apa-apa. Jangan gitu, dong. Mama sama tante Mirna itu temanan, masa anak-anaknya musuhan."

Pria yang berstatus suaminya itu ikut mengangguk. "Emangnya apa masalah kalian? Bisa dibicarakan baik-baik, kan?"

"Gak bisa!"

"Ayana!"

Gadis itu menunduk. Kalau papanya sudah memanggil seperti itu, Aya mau mengelak bagaimana lagi?

"Oke, Aya cerita. Metta itu pernah rebut pacar Aya waktu SMA. Itu parah banget, kan?"

"Bagus, dong. Udah putus, kan? Kalau kamu belum punya pacar jadi lebih gampang kita jodohin," celetuk mamanya.

"Ih, dengerin dulu. Terus si Ken itu pernah ngebentak Aya. Waktu kecil dia pernah ngomong kasar sama Aya."

"Kasar gimana?"

"Pokoknya dia bentak Aya! Dia ngomong kayak gitu cuma karena Aya gak bisa main bola. Padahal waktu itu Aya masih kecil, sedangkan dia udah gede."

Papanya sontak tertawa. "Sayang, itu zaman masih kecil. Papa yakin Ken gak berniat buat bentak kamu kayak gitu. Sekarang dia jadi anak baik, loh."

"Alah, paling juga pencitraan. Pokoknya Aya tetep gak mau!"

"Ketemu sebentar saja. Dia udah pulang dari Amerika buat nemuin kamu. Mama sama tante Mirna udah janjian buat jodohin salah satu anak kita nanti," ucap orang tuanya kembali membujuk.

"Selain dia gak ada gitu?"

"Siapa? Metta?"

Aya melotot. "Ya enggak juga, Pah. Metta cewek."

"Terus?"

"Mama sama papa bikin adek buat Aya. Terus kalau dia udah gede, jodohin tuh sama si Ken," ucapnya asal.

"Hah?"

"Pokoknya Aya gak mau. Dia udah tua."

"Kalian cuma beda delapan tahun." Wanita paruh baya itu melirik suaminya sekilas. "Mama sama papa malah beda sepuluh tahun."

"Tapi Aya masih kuliah."

"Gak papa, kan pendekatakan dulu. Toh, kamu udah semester akhir," jawab Mamanya cepat, "Gak akan nyesel kamu, Ay. Sekarang kenneth makin ganteng tau. Kalau dari muka juga gak keliatan beda jauh dari kamu."

Aya terdiam sesaat. Sepertinya kalau menolak juga percuma. Aya sudah terbiasa menjadi gadis baik-baik dan mematuhi kedua orang tuanya. Naura benar-benar ingin menolak tapi di sisi lain Aya juga tau dia tak punya pilihan.

Dengan pasrah gadis itu bergumam, "Emang kapan dia datang ke rumah?"

"Malam ini." Papanya tersenyum simpul.

"Loh? Dadakan banget."

"Sebenarnya udah dari lama. Cuma kalau gak dadakan, kamu pasti bakal kabur di hari acaranya. Makanya malam ini kamu gak boleh kemana-mana."

"What?!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Cerewet Tuan CEO    Cinta yang terbalas

    Saat ini Ayana dan Ken duduk berhadapan. Gadis itu membuang wajah menatap ke arah lain, sedangkan Ken menatap wajah sang istri yang sejak tadi tertekuk. Mereka sama-sama diam sejak datang kemari."Aku minta maaf. Aku udah tau kalau foto kamu sama Rendi itu ga bener. Aku yang salah paham," Kata Kenneth membuka percakapan."Tau dari mana?" tanya Ayana mulai melirik."Tadi siang aku ketemu Rendi dan dia jelasin semuanya. Mau maafin aku, kan?""Gak mau! Aku ga mau maafin orang yang selingkuh."Kenneth bangun dari duduknya dan mendekati Ayana. Duduk tepat di sampingnya. Ken janji Jika mereka sudah berbaikan dia akan memberi perhitungan pada orang yang berani membuat Ayana cemburu. Dia hanya milik Aya seorang."Sekarang kamu yang minta maaf. Kamu yang salah paham sekarang."Aya menggeleng. "Gak mau. kamu sama dia aja. lebih cantik dari aku.""Serius? Yaudah besok aku ketemu dia lagi."Lihat betapa menyebalkannya Ken yang sengaja membuatnya cemburu. Cemburu? Iya Ayana memang sudah menyadari

  • Istri Cerewet Tuan CEO    pulang paksa

    Dengan santainya Ayana duduk di sofa dan memakan camilan di hadapannya. Sean masih ternganga, bagaimana dia masuk ke apartment miliknya? Ayana yang mengerti isi pikiran Sean, menepuk sofa sampingnya agar pria itu mendekat. "sini duduk!" "Lo ngapain di sini?" tanya Sean setelah duduk. "aku mau nginep di sini. pokonya kamu ga boleh nolak dan kamu ga boleh ngasih tau siapapun. kalau engga, aku kabur lagi," ancamnya. Pria itu masih tak habis pikir dengan gadis di depannya. "Lo gila? Ken lagi nyariin Lo, Ay." "Biarin aja. aku marah sama dia, pokoknya biar dia nyesel." Baru saja Sean akan menjawab tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ayana sempat mengintip dan melihat nama Kenneth tertera di sana. Dengan cepat Aya merebut ponsel tersebut dan menyembunyikan di belakang tubuhnya. "loh, balikin sini!" "ga boleh! kamu mau aku kabur lagi?" Sean berdecak kesal. "Yang ada Ken curiga. udah sini hp gue!" "tapi awas aja kalau kamu kasih tau aku di sini." Ayan memberikan kembali ponselnya dan bera

  • Istri Cerewet Tuan CEO    Kabur

    "permisi, pak. Tadi Pak Sean bilang Bapak titip kopi, ya?" Kenneth tak menjawab dan hanya mengangguk. Membiarkan Amel masuk ke ruangan dengan membawa kopi miliknya. Dia meletakan kopi tersebut di meja. tersenyum ke arah Ken yang fokus dengan pekerjaan. "Bapak ga makan siang? mau saya pesan makanan?" tanya Amel sekali lagi. "Tidak perlu, saya masih banyak kerjaan." Ken mengambil kopi miliknya dan meminum seteguk. "oh ya, saya ga suka kamu mengirim pesan di luar jam kerja, apalagi bukan menyangkut pekerjaan." gadis itu langsung tertunduk. apa karena itu Ken memblokir nomornya? padahal sebelumnya tidak sampai di blokir, hanya dibaca saja meski tak direspon. "maaf, Pak." "itu tugas kamu. bawa lalu kembali kerja setelah istirahat." Kenneth tak menoleh sama sekali. Matanya terus menatap layar monitor di hadapannya. Merasa interaksi yang kurang memuaskan Amel tersenyum licik. Ia mengambil berkas di atas meja namun tubuhnya tiba-tiba terjatuh dan mendarat di pangkuan Ken. "m-maaf, P

  • Istri Cerewet Tuan CEO    Ken selingkuh?

    "Siapa yang datang ke sini tadi siang? Rendi?" Ayana menghentikan gerakan tangannya yang tengah melipat pakaian. Sementara Kenneth terlihat tak menunjukan ekspresi apapun. Makanan yang dimasak istrinya tadi pagi terbilang banyak, tidak mungkin dia menghabiskannya sendirian. Gadis itu menyingkirkan baju di atas pangkuannya dan memejamkan mata sesaat. "Aku tau kamu masih marah sama aku tapi bisa ga jangan sebut nama dia lagi?" "Kenapa? bukannya kamu senang?" balasnya mendapat tatapan tajam dari Aya. "Ken, stop! aku udah minta maaf sama kamu tapi kamu bahkan ga mau dengar penjelasan dari aku. yang datang tadi siang itu Sean! puas kamu?" Seketika Ken teringat, memang siang tadi Sean sudah mengatakan akan bertemu Aya. Sepertinya dia melupakan yang satu itu. Tak ingin memperpanjang masalah Ken mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Meninggalkan Ayana yang masih terdiam. Aya tak menyalahkan orang lain, dia sepenuhnya mengakui jika dirinya bersalah. Menempatkan hubungan rumah tangg

  • Istri Cerewet Tuan CEO    Menjadi dingin

    Sebagai permintaan maaf Ayana berencana membuatkan masakan untuk Ken. Dia sengaja bangun lebih awal dan bergulat di dapur. Meski bisa dikatakan Ayana belum sepenuhnya menyukai pernikahan ini tapi entah kenapa dia merasa bersalah pada Ken. Hatinya merasa tak tenang dengan semua ini. "Ken, aku udah masak buat kamu," kata Ayana tersenyum saat melihat pria itu keluar kamar dengan keadaan sudah rapih."Kamu ga perlu kayak gini, saya bisa sarapan di kantor. Tenang aja, saya juga ga akan cerita sama orang tua kamu tentang kemarin."Senyuman itu luntur seketika. Kenneth bicara begitu dingin padanya. Aya memang tidak ingin orang tuanya tau tapi bukan berarti dia memasak semua ini sebagai sogokan. Ia benar-benar tulus meminta maaf. perlahan gadis itu menghampiri Ken dan menggenggam satu tangannya. "makan di rumah, ya. sebentar aja.""saya ada meeting pagi. Atau kamu bisa undang Rendi buat temani kamu sarapan," jawabnya sarkas.Kenneth marah padanya. Ayana tak mampu bersuara lagi, dia hanya me

  • Istri Cerewet Tuan CEO    ribut

    Ayana terus menunduk dan memegang sabuk pengamannya sejak tadi. Dia berada di mobil bersama Kenneth dalam keadaan sama-sama diam. Tidak ada yang berbicara hanya suasana hening yang membuat Ayana semakin canggung. Pria di sampingnya ini benar-benar sedang marah sekarang. Terlihat wajahnya yang memerah dan tangan yang memegang setir dengan kuat.Gadis itu menoleh sekilas dan dia mendengus sebal karena sampai saat ini tidak tau kenapa Ken marah padanya. Kenneth menambah kecepatan mobilnya, seakan dia ingin segera sampai ke apartemen. "Ken," panggil Ayana namun tetap menatap lurus ke depan. "Saya minta kamu diam sampai kita di apartemen. Jangan bicara apapun."Kenneth mencoba mencari jalan tercepat. Yang dikhawatirkan Ayana adalah karena mobil yang dibawanya cukup cepat sedangkan malam seperti ini keadaan jalanan tidak terlalu terang.Setelah cukup lama akhirnya mereka sampai di depan apartemen. Kenneth keluar lebih dulu dan membukakan pintu untuk sang istri. Dia benar-benar sangat kece

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status