Share

Istri Culun sang Raja Kampus
Istri Culun sang Raja Kampus
Penulis: Popyani

Menikah dengan Musuh

Dita Setiawan masih tidak dapat menyembunyikan wajah syoknya hingga saat ini.

Dirinya tidak pernah menyangka akan menikah di umur 21 tahun. Bahkan, ia masih berstatus mahasiswi semester akhir di salah satu kampus terkenal yang ada di kota.

Parahnya, suami Dita adalah Aditya Wijaya--pria yang selama ini selalu mem-bully-nya di kampus.

Dalam balutan kebaya pengantinnya, wanita itu terus menghantarkan pandangannya pada Aditya yang saat ini tengah berbincang dengan kedua orang tuanya dan beberapa tamu undangan yang hadir diresepsi pernikahan mereka.

"Ini tidak mungkin, dan aku masih belum bisa dapat mempercayainya, namun inilah kenyataannya. Pria yang aku benci, dan juga sangat begitu membenciku, kini telah resmi menjadi suamiku. Oh Tuhan, apa yang akan terjadi lagi dalam hidup hamba selanjutnya...," lirih Dita, frustasi.

Hanya saja, pandangan keduanya tiba-tiba tak sengaja bertemu.

Dita pun segera mengalihkan pandangan itu ke arah lain. Terlebih, saat menyadari tatapan Adit begitu tajam padanya.

"Dasar gadis culun! Kampungan!" umpat Adit dengan menggerakkan mulut, tanpa mengeluarkan suaranya sama sekali.

Merasa tidak nyaman dengan apa yang Aditya lakukan padanya, Dita merasa sakit.

Jadi, perempuan itu memutuskan untuk pergi ke taman. 

Angin malam juga udara dingin seketika menyambut kedatangan Dita. 

"Paa....Maa...Dita kangen...." lirihnya.

Sepasang manik mata Dita kini telah berkaca-kaca saat kerinduan pada yang sudah tiada sangat begitu menyiksa.

Tanpa dirinya sadari, air mata itu kini telah jatuh membasahi kedua pipi nya.

Dita begitu merinduhkan kedua orang tuanya. Dan kesedihan itu semakin dalam dia rasakan, sebab di hari pernikahannya, mereka tak ada.

Namun, ketenangan itu tak mampu bertahan lama dia rasakan, saat tiba-tiba suara lelaki yang dikenalnya terdengar.

"Hei, Culun!" 

Sendu di wajah Dita memudar tanpa sisa saat mendapati kedatangan suaminya itu.

"Adit..." gumam Dita dengan pias, dan juga was-was yang kini telah menyelimuti diri.

Dalam jarak yang tak terlalu jauh, Aditya menghentikan langkah kaki nya. Sorot mata itu tajam menatap Dita, dan tercetak jelas api kebencian di dalam diri pria berwajah tampan itu.

"Ke...Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Dita takut-takut. Jujur saat ini diri nya tengah resah, sebab dia dapat melihat kobaran api pada sepasang manik mata Aditya. 

"Kamu senang, kan?!" tanya Adit tersenyum, namun senyuman nyata nya adalah senyuman yang penuh dengan kebencian. 

Seolah melupakan rasa takut nya, raut wajah Dita seketika berubah bingung, setelah mendengar kata-kata yang baru saja terucap dari bibir Aditya, "Senang? Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan," sahut Dita yang memang benar-benar tidak mengerti dengan apa yang Aditya maksudkan. 

Kebencian kian tercetak jelas di wajah Aditya, bagaimana pria itu mendapati ekspresi polos Dita yang menurutnya hanya sebuah kebohongan semata. Kedua tangan nya yang menggelantung-terkepal erat, menyalurkan emosi yang benar-benar sudah memuncak di dalam diri nya.

Tak mampu menahan diri itu lagi-Adit segera menghampiri Dita, dan setelah mendekat pria itu segera mencengkram erat kedua pipi Dita, yang membuat wanita itu nampak kesakitan, namun hanya bisa menahan nya. 

"Katakan padaku. Kaukan, yang merencanakan pernikahan ini?!"sungut Adit.

"Bu...Bukan aku, Adit. Ini murni keinginan kedua orang tuamu.." 

"Kau bohong! Aku yakin, semua ini pasti rencanamu!"

"Aku berkata jujur, aku benar-benar tidak tahu kalau pria itu adalah kamu. Jadi, tolong jangan salahkan aku."

Masih dengan mencengkram kedua pipi Dita, Aditya berusaha mencari kejujuran di mata perempuan itu.

Namun, dia dapat melihat dengan jelas bahwa Dita berbicara jujur padanya.

Segera, ia pun melepaskan cengkraman tangannya dari pipi Dita.

"Ingat! Jika kau mengatakan pada siapa pun tentang pernikahan kita, aku tidak segan-segan akan melakukan hal yang lebih buruk padamu! Kau mengerti?!" hardik Adit dengan nada suara yang masih sama. 

"Aku mengerti!" sahut Dita lirih.

Ia bahkan terus menunduk karena tak berani menatap pria di depannya itu.

"Tuan Adit...." panggil seseorang tiba-tiba.

Hal ini membuat Aditya mengalihkan pandangannya dari Dita dan menemukan seorang pelayan muda tengah berlari ke arah keduanya.

"Ada apa?!" tanya Aditya 

"Anda, dipanggil oleh Tuan besar. Katanya, ada sesuatu yang ingin dia bicarakan dengan Anda."

Pelayan itu membalas ucapan Aditya, tetapi matanya terus menyorot pada Dita yang akhirnya menatap pelayan itu balik.

Di sisi lain, Adit menghela napas berat.

Mengetahui kalau saat ini sang ayah ingin bertemu dengannya, Aditya benar-benar tidak dapat menolak.

"Baiklah, aku akan ke sana." 

Pria itu lalu berlalu dari taman tanpa menoleh sama sekali--meninggalkan Dita seorang diri di sana.

Perempuan itu seketika menghela napas.

Entah mengapa, Aditya begitu membencinya. Padahal, Dita sama sekali tidak pernah mengusik kehidupan pria itu.

"Sekalipun menangis, aku tidak akan mungkin mengembalikan keadaan. Papa tidak akan mungkin kembali hidup, dan kenyataaannya sekarang Aditya adalah suamiku," hibur Dita pada dirinya sendiri.

Ia merasa dirinya harus menjalani dengan ikhlas dan menanti rencana Tuhan untuk saat ini.

Lagi pula, Dita yakin ini hanya untuk sementara karena Aditya telah memiliki Kekasih. Keduanya juga terlihat saling mencintai.

"Baginya, aku hanya virus," gumam Dita tanpa sadar,  "jadi, bagaimana bisa aku menggapai hatinya?! Itu sangat tidak mungkin." 

Senyuman miris muncul di wajah gadis itu.

"Dita...! Kenapa kamu ada di sini?" 

Suara wanita paruh baya menyadarkan gadis itu dari lamunannya.

Segera ia membalikkan badan dan menemukan Ibu Mertuanya tengah menatapnya penuh penasaran.

"Tante..." gumam Dita tanpa sadar. Tak lupa, ia memberikan senyum hangat pada wanita di depannya.

Namun, sang ibu mertua malah menatapnya kesal. "Ck! Tante?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status