Share

Dosen sok berkuasa

Author: Dlrhmd_
last update Last Updated: 2024-07-08 12:51:37

Siapa yang tak kesal? Baru masuk kuliah, kini sudah dihukum saja! Tugasnya benar-benar tak tanggung, sudah menyuruh dibersihkan ruangannya dan setelahnya, membuat artikel Sasing?! Membuat kepala menjadi pusing saja. 

“Sumpah deh, tuh dosen baru pertama kalinya ketemu. Sudah kayak gini aja, apalagi nanti sampai 8 semester ketemu terus. Bisa gila aku lama-lama!” gerutu Sasha. 

Gadis itu tengah memindahkan buku-buku yang tak tertata kembali ke rak disebelahnya. Nampak ruangan dosen tersebut terlihat elegan dengan dekorasi yang menawan. Namun, anehnya ruangan pria ini berbeda dengan para dosen lainnya. Membuat Sasha merasa kebingungan. 

“Nih dosen, ruangannya kok beda dari yang lain ya? Apa dia ini begitu istimewa di kampus sampai ruangannya pun berbeda,” gumam Sasha merasa kebingungan dengan semua yang telah dilihatnya. 

Dalam sekejap, buku-buku tersebut sudah berpindah. Meja dosen tersebut pun menjadi sangat rapih nan indah membuat Sasha mengelum senyum. Akan tetapi, matanya tak sengaja melirik ke arah kartu nama yang terletak di ujung meja. 

Sasha mendekatinya, merasa penasaran dengan nama dosennya tersebut. “Prof. Aditya,” ujar Sasha pelan. “Namanya sih bagus tetapi, tuh dosen belagu betul. Baru pertama kali aja kayak gini, apalagi nanti bertahun-tahun. Bisa-bisa mati berdiri karena kesal aku. Lagian yah, tuh dosen siapa sih? Sok banget, sudah kayak yang punya kampus ini saja,” gerutu Sasha kesal. 

“Memang saya yang punya,” celetuk salah satu pria yang baru saja memasuki ruangannya. Sasha segera melirik dan ternyata Prof. Aditya sudah berdiri disana dengan wajah yang terlihat datar. 

Kapan pria itu datang? Padahal sejak tadi, tak ada suara apapun bahkan suara decitan pintu pun tak terdengar sama sekali.

“Eh, ada Prof. Kok ada disini? Mau ngambil sesuatu ya?” tanya Sasha gelagapan. Ia maju selangkah, kemudian bibirnya tertarik membentuk senyuman yang menawan. 

"Jam pelajaran saya sudah habis!” balas Aditya begitu saja. Dia mendekat ke arah Sasha yang membuat gadis itu sontak memundurkan dirinya, berjaga-jaga takut jika Prof. Aditya melakukan sesuatu. Hingga tubuhnya sudah tersudut antara kursi dan meja. 

“Gak usah kepedean, saya cuman mau mengambil pena!” kata Prof. Aditya begitu saja. 

Sasha terdiam. Wajahnya nampak merona memerah. Bisa-bisanya ia telah melakukan hal yang begitu konyol hingga membuat dirinya merasa malu yang luar biasa. 

“Bukan kepedean, saya hanya berjaga-jaga saja. Takut jika dosen melakukan sesuatu yang gak-gak sama saya,” ujar Sasha membela dirinya. 

“Sejelak itu saya dimata kamu?” tuding Prof. Aditya dengan mata yang meliriknya tajam. “Saya juga punya batasan, gak selera juga sama kamu!” sentaknya yang membuat Sasha tertohok dengan perkataannya. 

“Dih, memang saya selera gitu sama Prof? Gak lah! Enak aja, saya juga ogah kali, ah!” 

Andaikan saja Sasha mengatakan itu kepadanya namun, sayangnya. Sasha tidak bisa melakukannya karena dirinya masih sayang nyawa. Dia tak mau berbuat sesuatu yang lebih, apalagi Sasha adalah Maba. 

“Sudah sana, pergi! Ngapain bergeming di tempat? Masih mau membersihkan ruangan saya?” ujar Prof. Aditya lagi. 

Sasha menahan amarahnya. Raut wajah pun kini terasa lebih memerah. Lihat saja, Sasha pasti akan melakukan sesuatu kepada pria tersebut. 

“Gaklah, Prof. Ini saya mau pergi,” ujar Sasha. Langkah kakinya segera menjauh, meninggalkan Prof. Aditya yang tengah berdiri menatapnya. 

Diraihnya ganggang pintu tersebut. Belum sepenuhnya terbuka, Prof. Aditya kembali memanggilnya yang membuat Sasha segera menghentikan langkahnya. 

“Ada apa lagi sih, ya allah?” gerutu Sasha dalam hatinya. 

Sasha memaksa senyumannya sesaat, sebelum kembali berbalik. Menatap ke arah Prof. Aditya dengan wajah yang terlihat terpaksa. 

“Cuman mengingatkan, tugasnya besok harus dikumpulkan!” perintahnya. 

Oh, my gosh. Sasha menggertu dalam hatinya, yang benar saja tugasnya esok harus dikumpulkan? Berarti malam ini, Sasha harus berdagang untuk membuatkan artikel. Tidak-tidak, kenapa dosen yang berada dihadapannya terlihat sangat menyulitkan!

“Prof, yang bener aja?” tanya Sasha, memastikan perkataan Prof. Aditya dengan benar. 

“Kenapa? Kamu gak suka? Mau saya tambahkan tugasnya untuk mencari artikel Sasing di majalah Inggris?” ancam Prof. Aditya. 

Astaga! 

Sasha tak bisa membayangkan, begitu kejamnya Prof. Aditya dengan dirinya. Lihatlah, Sasha pastikan pria itu mendapatkan hal yang setimpal dengannya. 

Kini pikiran Sasha dipenuhi dengan pemikiran negatif untuk membalaskan dendamnya kepada dosen tersebut. Andaikan saja, Sasha adalah seorang penjahat. Mungkin hari ini, Prof. Aditya sudah mendapatkan balasannya. 

“Tidak perlu, Prof. Saya hanya ingin mengatakan, terimakasih sudah membuat malam saya merasa begitu bahagia dengan tugas yang anda berikan,” jawab Sasha diiringi senyuman kecil yang terlihat sangat paksa. 

Dalam hitungan menit, Sasha segera pergi darisana. Merasa muak untuk berlama-lama dengan pria yang berada dihadapannya itu. Meskipun pria tersebut berjabat sebagai dosennya, tak bisa dipungkiri bahwa Sasha merasa kesal. 

Di lorong kampus, Sasha berjalan dengan langkah kebesaran. Melewati setiap orang yang tengah memperhatikan penampilannya. Mungkin karena Sasha adalah Maba, mereka merasa terkesima dengan penampilan Sasha yang terlihat cukup menawan. 

“Sasha!!” Terdengar teriakan Alya begitu mengema di lorong kampus. Segera Sasha menengok dan mendapati Alya yang tengah melambaikan tangan ke arahnya. 

Melihat wajah Alya, membuat mood Sasha merasa kesal. Ia malas dengannya namun, karena Sasha merupakan seorang yang baik hati dan tidak sombong. Ia ikut membalas lambaian tangannya. 

“Sudah selesai dihukumnya?” tanya Alya ketika berada di dekatnya. 

“Gak usah bahas itu, deh! Aku lagi gak mood!” sanggah Sasha seraya memutar bola matanya malas. 

Alya tertawa renyah. “Lagian kamu tuh aneh, kenapa datang terlambat? Aku kan sudah bilang ke kamu, kalau pagi ini ada jadwal. Bahkan pagi tadi pun, aku sudah memperingati mu lewat pesan.”

“Aku tahu! Tetapi,tadi itu macet. Belum lagi, aku habis berdebat dengan Ayah. Makanya aku datangnya telat,” ujar Sasha dengan cepat.

“Kenapa kamu berdebat dengan Om Wijaya?” tanya Alya begitu penasaran. Ia merangkul pundak Sasha membawanya menuju Cafe yang berada di dekat kampus. 

Sasha menghela nafas, mengingat kejadian tadi pagi yang menyebalkan. “Masa dia mau menjodohkan ku dengan anak pria nya! Aku ini kan masih kecil. Belum waktunya juga menikah!”

“Loh?!” Alya terkejut mendengarnya namun, detik berikutnya. Ekspresi tergantikan menjadi kesenangan. “Gak apa-apa sih, umur mu itu kan 18 tahun. Dan sebentar lagi juga 19, nah nanti umur 20 baru deh nikah.” 

“Dih! Kamu kok ngatur!” sungut Sasha. 

Alya terkekeh kecil. “Ngomong-ngomong, Prof. Aditya ternyata tampan juga ya? Tadi ketika kamu datang ke ruangannya, gimana aromanya?”

“Biasa aja tuh. Gak ada aroma apapun, dosen yang satu itu nyebelin. Sok galak, sok berkuasa, mana belagu banget lagi!” cerocos Sasha begitu saja. 

Alya sontak terdiam, ia bergeming di tempatnya membuat Sasha yang merasakan itu ikut terdiam. Raut wajah menegok ke arah Alya. 

Terlihat Alya mulai menyenggol bahu Sasha, memberikan kode untuk melihat seseorang yang tengah berdiri menatap mereka. Namun, pada dasarnya Sasha ini tidak peka. Ia malah kebingungan hingga suara seseorang langsung menyadarkannya.

“Ngomong itu jangan di belakang orangnya! Ngomong sama saya langsung!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Ketahuan

    "Aku brengsek. Sungguh, aku brengsek!"Kalimat itu pecah dari bibir Aditya, nyaris tak terdengar. Sebuah tetes air mata meluncur, membasahi gundukan tanah merah di hadapannya. Seperti ritual, ia selalu membawa sebuket bunga matahari, kesukaan Mira.Jemari Aditya mengusap lembut ukiran nama 'Mira Anasari' di batu nisan. Senyum pahit terukir di bibirnya, hatinya mencelos. Bayangan masa lalu yang kelam, terutama setelah kemunculan Arkan, kembali menghantui, mengaburkan akal sehatnya atas kesalahan bertahun-tahun silam.Napas berat meluncur dari dadanya, jemarinya menyeka sudut mata yang basah. "Aku sudah menikah dengan Sasha," bisiknya, suaranya tercekat. "Maaf, aku gagal mewujudkan impianmu melihatku bersanding dengan seorang istri."Setiap kata terasa seperti duri yang menusuk kerongkongannya. Ia memejamkan mata sejenak, menelan kepahitan, lalu berbalik, meninggalkan tempat itu.Udara di pemakaman terasa semakin menyesakkan, mengoyak jiwanya. Tubuhnya bergetar, mendesak untuk segera pe

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Matamu mirip sekali

    Wajah Sasha memerah, panas menjalar hingga ke telinga saat tatapan mereka bertemu. Dengan gerakan canggung, ia bangkit perlahan dari posisi terjatuh. Pria di hadapannya ikut berdiri, ekspresinya datar tak terbaca, namun seulas senyum tipis tersungging di sudut bibirnya, lebih mirip seringai yang mengusik. "Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya pria itu, suaranya tenang. Sasha menyipitkan mata, meneliti. Pria ini asing, benar-benar tak familiar. Sepertinya ia baru pertama kali menginjakkan kaki di kampus ini, atau setidaknya, di area ini. Aura formalitasnya terlalu kentara, tidak seperti mahasiswa kebanyakan. "Saya nggak apa-apa, Om. Lain kali, tolong lebih hati-hati," Sasha berusaha terdengar tegas, "Saya permisi dulu." Ia melangkah, buru-buru ingin menjauh dari situasi canggung ini. Namun, baru dua langkah, sebuah sentuhan lembut namun tak terduga menghentikan pergerakannya. Pergelangan tangannya digenggam. Sasha menoleh, matanya langsung terpaku pada jemari yang melingkar di kulitnya.

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Ini Salahmu

    Tubuhnya membeku, setiap ototnya menegang. Aditya kehilangan kata-kata, matanya hanya mampu menyampaikan permohonan. Raut wajahnya yang putus asa, menggantikan wajah dinginnya yang dulu."Setelah membunuh Mira, kau di sini tertawa, menikah seolah tak terjadi apa-apa? Di mana hatimu?!" desis Arkan. Suaranya lirih, namun setiap katanya bagai racun yang merambat.Aditya menggeleng lemah. "Aku memang bersalah, Ar. Tapi, aku sudah membayar semuanya. Hidupku dipenuhi ketakutan. Apa itu belum cukup?""Cukup?! Kau pantasnya mendekam di penjara, bukan duduk tenang di kampus ini!" Arkan berdiri di hadapannya, wajahnya merah padam menahan amarah. "Lima tahun berlalu, lihat aku. Aku masih sendiri, tak bisa menggantikan Mira! Seharusnya, hari itu aku melamarnya. Tapi kau ... kau merenggut nyawanya, brengsek!"Dengan kasar, Arkan mencengkeram kerah kemeja Aditya. Matanya menyala, menatapnya penuh kebencian. "Untungnya, aku dipindahkan ke sini sebagai dosen."Mata Aditya membelalak. Ia tak salah den

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Kecelakaan

    "Pria itu? Raffi maksudnya?"Pertanyaan itu tergambar jelas di benak Sasha. Ia sudah menjawabnya, pria itu yang mana maksudnya? Namun, tak ada balasan apapun hingga jadwal kampus sudah usai begitu saja. "Apa sih, maksud dia itu?" gumam Sasha kembali. Tangannya terangkat, menyentuh Coffee late yang telah di pesan oleh Alya sejak tadi. Lalu, menyesepnya secara perlahan. Alya yang berada di dekatnya sontak memperhatikan raut ekspresi Sasha yang sungguh tak biasanya. Sahabatnya itu terlihat aneh. Dengan santainya, menepuk jidat Sasha kuat hingga menimbulkan suara yang terdengar cukup nyaring.Plak!Sasha terkejut. Ia menoleh dengan tatapan yang melotot tajam. Lalu, mengelus jidatnya yang memerah. "Alya …?!" pekiknya dengan nada setengah jengkel. "Ini kepala bukan mainan, kok main tepuk-tepuk aja, sih?!”"Alya terkekeh pelan. "Yah, habisnya kamu melamun aja. Kayak lagi mikirin suami tercinta … oh, atau jangan-jangan kamu mau malam pertamanya nanti malam, ya? Jadi, mikirin mau pakai baju

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Sudah Punya Pacar?

    "Setelah lulus kuliah nanti, aku pengen jadi rektor dan kamu jadi dosennya, gimana?" tanyanya begitu bahagia. Senyum yang menghiasi wajah Mira terlihat begitu indah, membuatnya tanpa sadar ikut tersenyum bahagia. Bahkan, angin seolah tahu ada sosok bidadari di hadapannya hingga membuat rambutnya yang digerai berterbangan kesana-kemari. "Terus nanti aku akan menikah dengan seorang pria yang cukup tampan. Dan kamu, menikah dengan wanita yang orang tua kamu jodohkan. Setelah kita punya anak, aku ingin mereka sahabatan kayak kita, gimana?" Aditya tersenyum kembali, ia mengangguk kepala tanpa ragu. Meski semua itu terlampau jauh untuk mereka, tapi apa salahnya jika mengiyakan segala sesuatu hal yang baik? "Aku juga pengen lihat kamu wisuda ..., ih! Tapi aku mau-nya kita wisuda bersama aja. Kamu jangan coba-coba mendahului aku, ya!" pekik Mira kembali seraya menyenggol tangannya. Tanpa sadar, sekelebat ingatan tentang Mira kembali datang membuat matanya langsung berkaca-kaca. Ad

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Trauma?

    "Prof, sakit, kah?" ulang Sasha yang tak diberi jawaban.Aditya langsung terkejut mendengarnya. Tubuhnya langsung bergetar dengan kaki yang seperti ingin roboh. Aneh, hari ini dirinya begitu aneh.Atmosfer ruangan mendadak menjadi hening karena Aditya tak bisa menjawab sama sekali. Tubuhnya terlihat panik dengan kaki yang melangkah mundur. Keringat dingin tiba-tiba saja menyergap dirinya."Aku akan ke kamar mandi," ujar Aditya begitu terburu-buru dan langsung melesat pergi menuju kamar mandi.Melihat kepergian Aditya yang terlihat buru-buru. Sasha langsung terhenyak, merasa aneh dengannya. Padahal pria itu terlihat baik-baik saja bahkan terbilang dengan kalimat yang begitu sempurna. Tapi, hari ini, ia benar-benar seperti bukan dirinya."Kenapa Ayah menjodohkan aku sama dia, ya? Padahal ... kalau di pikir-pikir. Dia nggak tampan, aneh, dan biasa-biasa aja," ujar Sasha dengan raut wajah bertanya. Ayahnya begitu antusias untuk menjodohkan dirinya kepada pria itu. Oh, Sasha melupakan ses

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status