Home / Romansa / Istri Dadakan Sang Presdir / 11. Jangan Memanggilku Seperti itu!

Share

11. Jangan Memanggilku Seperti itu!

Author: ISMI
last update Last Updated: 2025-07-10 18:00:30

***

“Beneran mau nginap di rumahnya, Teh?” tanya Lila dengan nada cemas, sambil menatap Sekar yang sedang memasukkan beberapa potong pakaian ke dalam tas kecil berwarna cokelat tua.

Sekar mengangguk pelan. “Iya, cuma beberapa hari saja. Tanggung jawabku belum selesai, dan dia bilang ibunya bisa datang kapan saja. Aku harus ada di sana.”

Lila bersedekap, napasnya panjang.

“Nanti titip sanggar sama anak-anak, ya?” Sekar tersenyum. Ia merasa berat hati sebenarnya karena dari awal Sanggar Ketuk Tilu berdiri, inilah rumahnya.

“Kalau nggak ada Teteh rasanya hambar. Teteh ibunya di sanggar ini,” kata Lila.

Sekar tersenyum. “Tenang. Aku udah minta Fira bantu pegang jadwal latihan, dan Damar siap bantu urusan logistik,” jawab Sekar sambil menutup tasnya. “Kamu tinggal bantu pantau saja.”

Lila duduk di tepi dipan, menatap Sekar dengan mata sendu. “Teteh... nggak akan

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Dadakan Sang Presdir   113. Sibuk Mencintaimu

    ***“Memang tugasmu adalah selalu jatuh cinta padaku, kan?”Kalimat itu membuat Ethan terdiam. Ia seakan tak percaya istrinya bisa berani menggodanya di depan Henry. Wajahnya memerah, matanya melebar sesaat, lalu ia terkekeh kecil.“Ya Tuhan, kau berani sekali…” gumamnya, lalu dengan cepat menarik Sekar ke dalam pelukannya.“Papi, lihat menantu Papi ini,” katanya sambil memeluk erat Sekar. “Bagaimana bisa dia menggodaku seperti ini?”Sekar tertawa renyah, berusaha melepaskan diri dari dekapan Ethan, meski pada akhirnya membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan itu.Henry ikut tertawa, suaranya berat dan penuh kepuasan. “Papi suka itu,” katanya sambil menepuk-nepuk sandaran kursi. “Jika Ethan membuatmu bersedih, lapor pada Papi, sayang. Papi yang akan menghukumnya.”Sekar tersenyum manis, matanya berbinar saat menoleh ke arah mertuanya. “Baik, Papi. Tapi… aku merasa suamiku ini mana bisa menyakiti istrinya yang seperti ini.”Ethan pura-pura cemberut. “Hei, apa maksudmu itu? Jadi karen

  • Istri Dadakan Sang Presdir   112. Tunggu dan Lihat

    ***“Cla…” suara Henry bergetar, namun senyumnya tetap terukir di wajahnya. Ia bangkit perlahan dari kursinya, tubuhnya sedikit kaku, lalu menepuk bahu Ethan. “Ethan, Papi mau istirahat dulu.”Tanpa menunggu jawaban, pria paruh baya itu melangkah keluar dari ruangan, meninggalkan aroma teh melati yang masih menggantung di udara.Clarissa terdiam, matanya mengikuti punggung Henry hingga hilang di balik pintu. Ia menggigit bibirnya, menahan air mata yang sejak tadi berusaha ia sembunyikan. Namun jemarinya yang mengepal erat menunjukkan gejolak yang tak bisa ia redam.Ia sangat rindu pada sosok itu. Dulu, ia adalah putri kesayangan Henry—selalu digandeng, selalu diajak bercanda. Tapi segalanya berubah drastis ketika kebenaran pahit terungkap: Clarissa bukan darah daging Henry. Sejak itu, pria yang dulu begitu hangat tiba-tiba menjadi dingin, menjaga jarak, bahkan seolah menghilang dari kehidupannya.Ethan memperhatikan adiknya dengan sorot iba. Ia menghela napas panjang, lalu menghampiri

  • Istri Dadakan Sang Presdir   111. Rencana di Balik Skandal

    ***“Teteh lebih baik tetap di sana, ya. Jangan ke sanggar dulu,” ucap Lila agak panik.“Oke. Lila, kamu tenang, ya. Aku yakin nanti pasti banyak wartawan yang datang ke sanggar. Kamu tidak perlu menyampaikan pernyataan apapun,” suara Sekar tegas meski hatinya kacau. “Cukup diam dan bilang ini masalah pribadi. Sanggar tidak ada kaitannya, mengerti?”“Baik, Teh,” balas Lila pelan. Suaranya terdengar panik, tapi ada nada lega setelah mendengar arahan Sekar.“Bagus. Fokus saja pada anak-anak. Jangan biarkan mereka ikut panik,” ujar Sekar lagi sebelum menutup panggilan.Begitu layar ponsel kembali gelap, Sekar menatapnya lama. Detak jantungnya berpacu cepat. Jemarinya meremas kain kebaya yang ia kenakan. Ia tahu betul siapa dalang di balik berita yang pagi ini meledak di media. Eva.Nama itu terlintas begitu saja, membuat Sekar merasa dadanya sesak. Kenangan singkat tentang pertemuannya dengan wanita itu di Amsterdam kembali mengganggu. Tatapan Eva kala itu penuh sinis, seolah menegaskan

  • Istri Dadakan Sang Presdir   110. Lebih Cepat, Lebih Baik

    ***“Berikan Papi seorang cucu.”Hening…Sekar membeku di tempat duduknya, matanya melebar.Ethan justru tersenyum tipis. Ia meraih tangan Sekar, menggenggam erat lalu menariknya ke dalam dekapannya. “Tentu, Papi. Kita akan memberikan cucu… dan membawa kebahagiaan baru di keluarga Van de Meer.”Sekar menoleh cepat, wajahnya semerah buah delima. Cucu? Bahkan ia dan Ethan belum pernah benar-benar melewati malam pertama mereka.Henry mengangguk penuh kepuasan. “Bagus. Itu yang Papi harapkan. Anak adalah anugerah, dan cucu… adalah warisan cinta.” Ia menatap keluar jendela, menghirup udara malam yang segar. “Kalian kembali ke kamar. Papi masih ingin di sini. Nikmati saja malam ini, udara sangat pas.”Ethan bangkit, masih menggenggam tangan Sekar yang kaku. “Baik, Pi. Selamat malam.”Sekar tak sanggup berkata apa-apa. Ia hanya membungkuk sedikit, lalu mengikuti Ethan keluar dari ruang baca.***Kamar mereka terasa sunyi, hanya lampu tidur yang menyala remang. Ethan menutup pintu perlahan, l

  • Istri Dadakan Sang Presdir   109. Di Matanya Ada Kehidupan

    ***“Mobil merah itu?” Ethan menyipitkan mata, langkahnya terhenti di halaman villa.Seorang maid mendekat, menunduk sopan. “Tuan Ethan, di dalam ada Tuan Besar.”Ethan menajamkan pandangan. “Papi?”“Iya, Tuan Henry sudah tiba.”Ethan hanya mengangguk. Ia menggenggam tangan Sekar, lalu masuk ke dalam villa.***“Papi…” suara Sekar bergetar, senyumnya merekah. Ia berlari kecil menghampiri Henry yang sudah berdiri, lalu memeluknya erat.Henry tertawa kecil, menepuk lembut punggung menantunya. “Nak, senang sekali Papi bisa bertemu kalian malam ini.”Ethan berdiri beberapa langkah di belakang, wajahnya kaku.“Kalian menikmati makan malamnya?” tanya Henry ramah.Ethan menggeleng, bibirnya menekuk sinis. “Tidak juga.”Sekar cepat menyela, “Apakah Papi sudah makan malam? Mau aku buatkan sesuatu?”Henry tersenyum. “Tidak perlu, Nak. Papi sudah makan dengan klien Papi. Awalnya mau langsung ke sini, tapi Papi dengar kalian sedang makan malam. Jadi Papi putuskan makan dengan klien dulu.”Sekar m

  • Istri Dadakan Sang Presdir   108. Kerikil yang Tersisa

    ***Telepon itu berakhir dengan nada datar. Sekar menutup ponselnya perlahan, lalu menoleh pada Ethan yang duduk di sisinya. Tatapan matanya menyimpan tanya yang tak bisa ia sembunyikan.“Panggilan berakhir dan… Mami ternyata meminta makan malam bersama,” ucap Sekar pelan. “Bagaimana menurutmu?”Ethan menghela napas panjang. “Ya sudah,” katanya akhirnya, nada suaranya penuh kehati-hatian, “kita ikuti saja alurnya… pura-pura bodoh, seolah kita tidak tahu rencana busuknya.”Ia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan, lalu menegakkan tubuh. Namun, mata gelapnya tak bisa menyembunyikan keresahan.Sekar menelan ludah, tangannya yang masih menggenggam ponsel sedikit bergetar. “Rencana busuk…?” ia mengulang, separuh berbisik.Ethan menoleh lagi padanya, kali ini tatapannya tajam, menusuk. “Sekar, apakah tidak masalah bagimu ikut dalam masalah ini? Kamu tahu, Mami tidak akan berhenti. Dia akan terus mendekatimu. Dia hanya ingin menggunakanmu sebagai alat untuk tujuannya.” “Bukankah kit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status