Share

2. Kedatangaan Tak Terduga

Dave terkejut, tidak menyangka papahnya akan semudah itu memutuskan.

"Aku menolak pernikahan ini, Pah."

Dave berbicara dengan tegas. Ia tidak ingin mengorbankan hidupnya dengan menikahi wanita yang tidak jelas asal usulnya. Terlebih ia baru bertemu dengan Rachel semalam.

Dave yang memiliki prinsip hidup akan menikah dengan wanita yang dicintainya itu, sudah pasti akan menentang rencana gila papahnya.

"Apa kau bilang? Mau bikin malu papah rupanya kau."

"Bukan begitu, Pah. Dave hanya tidak mau menikah dengan sembarang wanita.

Lagipula dia juga belum tentu bakal hamil. Lebih baik kita pastikan dulu sebelun mengadakan pernikahan," ucap Dave seraya melirik ke arah Rachel.

"Pukulan papah tadi rupanya belum cukup menyadarkan otak dangkalmu itu. Enteng sekali kau bicara," geram Damian seketika.

"Jangan begitu, Dave. Bagaimana kalau wanita ini nantinya hamil? Pikirkan kesusahan yang akan keluarga kita hadapi kalau sampai ada yang tau kau menikah karena telah menghamili anak orang. Pikirkan juga nasib wanita ini nantinya," ujar Kate mencoba menasehati anaknya.

"Ya. Kalau dia nantinya hamil pun masih bisa digugurkan bukan, Mah?" 

Kate seketika mengelus dada, mendengar jawaban tidak bertangung jawab yang keluar dari mulut anaknya.

"Anak ini benar-benar—"

Damian seketika bangkit dari tempat duduknya.

"Sini kau. Sepertinya kau perlu dihajar lagi agar otakmu dapat bekerja dengan semestinya," berang Damian sembari mengepalkan kedua tangan.

Bukan cuma kedua orang tua Dave saja yang kesal, Rachel yang duduk di sebelah Dave mengeleng tidak percaya dengan perkataannya.

Rachel kini telah menyadari lelaki macam apa yang duduk di sebelahnya. Rachel jadi sangat mengerti alasan Damian bersikap kasar kepada Dave.

"Hey, kau bantu aku. Saat ini kau sedang dalam masa subur atau tidak?" tanya Dave sambil menyenggol lengan Rachel.

Seketika Rachel memandang tajam ke arah Dave, kemudian bangkit dari tempat duduknya.

"Maaf om, tante. Saya tau menikah itu bukan perkara yang mudah. Saya bisa mengerti niat baik kalian, tapi saya juga punya harga diri. Saya tidak akan memaksa kalau laki-laki itu tidak menginginkannya—"

Damian seketika berdiri menatap wajah Rachel yang juga menatap ke arahnya.

"Tidak masalah jika dia tidak menginginkan pernikahan ini. Saya janji tidak akan menuntutnya, jika saya nanti hamil," kata Rachel dengan penuh ketegasan.

Damian sempat terkejut dengan perkataan Rachel. Namun, sedetik kemudian ia diam-diam tersenyum kecil.

Melihat tidak ada tanggapan apapun, Rachel kembali membuka mulutnya.

"Sepertinya tidak ada lagi yang ingin kalian bicarakan. Maaf kalau kehadiran saya sudah mengusik kehidupan kalian—"

Rachel menuduk ke arah Damian dan Kate secara bergantian.

"Kalau begitu saya pamit, karena saya juga harus kembali. Saya permisi," ucap Rachel seraya berjalan pergi.

"Tunggu dulu sebentar." 

Suara berat Damian menghentikan langkah kaki Rachel. Damian lalu bangkit dari tempat duduknya, kemudian berjalan mendekati Rachel.

"Saya meminta maaf atas perbuatan anak saya. Sebagai permintaan maaf, tolong izinkan supir pribadi kami mengantar mba sampai ke tujuan."

Rachel memandang sekilas wajah Damian, kemudian mengangguk pelan. Damian lantas memanggil supir pribadinya.

"Pak Jiman..."

Tidak berselang lama, seorang laki-laki paruh baya datang menghampiri Damian.

"Iya, Tuan. Ada apa?" seloroh laki-laki yang disapa dengan panggilan Jiman oleh Damian.

"Tolong antar wanita ini pulang ya, Pak."

"Baik, Tuan Damian."

Jiman mengangguk patuh, kemudian wajahnya beralih melihat ke arah Rachel.

Rachel lalu dibawa pergi oleh pak supir itu.

Keesokan harinya, Rachel yang tengah makan pagi dirumahnya itu tiba-tiba saja dikejutkan dengan suara ketukan pintu.

Anggraini lantas bergegas membukakan pintu untuk menengok siapa tamu yang datang sepagi ini.

Rachel awalnya tidak perduli dan tetap melanjutkan sarapannya itu, namun makannya mulai terusik saat ia mendengar suara yang tidak asing di telinganya.

"Siapa ya tamunya?" batin Rachel bertanya dalam hati.

Ia lantas mencuci kedua tangannya, kemudian bergegas mengintip ke ruang tamu. 

Dari balik sekat pembatas, samar-samar Rachel melihat beberapa orang duduk diruang tamu. Rachel berusaha menajamkan indera pengelihatannya.

Mata Rachel terbelalak seketika.

"Bukankah itu Dave? Mau apa dia kesini?" batin Rachel kembali berseru.

Rachel melihat sosok Dave tengah duduk di sofa rumahnya. Bukan cuma Dave, Rachel juga melihat Damian dan Kate duduk di sana mengampit Dave yang tengah tertunduk.

Rachel lantas mendekatkan telinganya, agar dapat mencuri dengar percakapan orang tuanya dengan kedua orang tua Damian.

"Kedatangan saya sekeluarga kesini sebenarnya berniat ingin melamar putri kesayangan bapak dan ibu, Rachel."

Nada suara Damian terdengar sangat sopan, berbeda sekali dengan saat Rachel pertama kali bertemu.

"Anak saya, Dave berniat menikah dengan Rachel." Sambung Damian disertai senyuman.

Rachel sontak terkejut mendengar ucapan Damian. Ia sungguh tidak menyangka, Dave akan melamarnya secepat ini. 

"Bagaimana, Pak, Bu? Apa Dave di izinkan menikah dengan Rachel?" tanya Kate terdengar lembut.

"Sepertinya saya harus tanya dulu pada anaknya. Sebentar ya saya panggilkan," ujar Anggraini seraya pergi menemui anaknya.

Anggraini terkejut saat melihat Rachel berdiri di belakang sekat pembatas ruang tamu dengan ruang makan.

"Eh, kamu sudah di sini rupanya—"

Ibu Rachel lantas mengandeng lengan anaknya.

"Ayo ke depan. Ada pemuda tampan yang berniat melamarmu," ucapnya terlihat bersemangat.

Saat Rachel sudah berdiri di ruang tamu, ia dapat melihat senyum lembut Kate dan juga seorang gadis perempuan yang duduk di sebelah Kate. Sedangkan, Dave duduk tertunduk sambil memandangi lantai rumahnya.

Ayo duduk dulu sini," ujar Anggraini seraya menarik tangan Rachel agar duduk di sebelahnya.

"Hel, ini ada yang ingin melamarmu. Namanya Dave,"ucap Robert membuka obrolan dengan anaknya.

Rachel kemudian menoleh ke arah Dave yang saat ini tengah memandang wajahnya. Kedua mata mereka saling bertemu pandang untuk beberapa saat. Namun, Rachel segera mengalihkan pandangannya.

"Gimana? Apa kamu mau menikah dengannya, Nak?" tanya Anggraini dengan lembut. 

Rachel bingung harus menjawab apa saat ibunya bertanya soal lamaran Dave di seluruh keluarganya. Alhasil, Rachel hanya tersenyum kecil sembari melirik ke arah Dave yang nampak terdiam dengan wajah datar.

☆☆☆

Saat ini Dave dan Rachel sedang berada di depan teras rumah Rachel. Rachel sebelumnya mengajak Dave keluar rumah dengan dalih ingin mengenal Dave lebih dalam.

"Kau terlihat tidak keberatan sama sekali menikah dengan saya," sindir Dave saat mereka sedang berduaan.

"Lantas aku harus bagaimana?"

Rachel malah bertanya balik, membuat Dave tidak bisa berkutik.

"Setelah kemarin dengan semangat berkobar menentang, pada akhirnya kau datang kemari juga. Tidak kusangka," sindir balik Rachel.

"Itu semua karena paksaan papah. Lagipula saya hanya ingin memastikan kau tidak hamil saja. Jadi bersabarlah selama sebulan ini," ucap Dave datar.

"Sebulan? Apa maksudmu?" tanya Rachel nampak bingung.

BERSAMBUNG...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Orihime c
untung Rachel sabar ngadepin kelakuan Dave yang asbun
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status