Share

Rencana Selanjutnya

Author: LuCIE
last update Last Updated: 2022-09-01 13:17:15

Segelas susu selesai diseduh, Aldo memilih mengantarkannya sendiri menuju kamar Anjani. 

Tok  tok tok

Suara ketukan pintu kamar membuat Anjani dan putranya saling berpandangan. Rio yang berfikir bahwa sang Ayah menyusulnya karena ingin memarahinya lagi langsung berlari ke kolong ranjang, bersembunyi. 

Anjani yang sudah tahu kalau kedatangan suaminya pasti ingin memberikan segelas susu lengkap dengan mantra mantra palsunya, langsung beranjak dan membukakan pintu. 

"Ada apa, Mas?" tanya Anjani dengan wajah datar. 

Aldo menatap Sang istri sejenak, kemudian menyuguhkan nampan berisi susu hangat. Anjani dengan ragu meraih nampan itu. 

"Dihabiskan," ujar Aldo pendek. 

Anjani tetap memasang wajah datar sampai sang suami berbalik arah meninggalkannya. 

Wanita dalam balutan dress hitam itu hanya bisa memandangi punggung Sang Suami tanpa bisa menyentuhnya seperti dulu. 

Setelah kembali menutup pintu kamar, Anjani menatap segelas susu yang ada dihdapannya, meneliti sejenak kemudian meneguknya dengan santai. 

"Mau sampai kamu buatkan susu sampai segalon pun, aku tetap tidak akan memaafkan mu, Mas," gumam Anjani lirih. 

Rio yang tadi curi curi pandang ke arah sang Ibu, akhirnya merayap keluar dari kolong ranjang. Menghampiri sang Ibu dan ikut menikmati susu hangat buatan Ayahnya. 

"Enak?" Tanya Anjani setelahnya. 

Rio menggeleng pelan dan menyuguhkan sisa susu pada Sang Ibu," terlalu manis, bu," ujar Rio pendek. 

Anjani yang telah menghabiskan segelas susu pemberian Aldo sudah menyiapkan rencana untuk keesokan harinya. Ia sudah siap berakting menjadi peri baik hati yang juga merangkap sebagai keset kaki Sang Suami dalam kurun waktu 24 jam. Setelah itu tentu rencana selanjutnya akan kembali dijalankan. 

Di kamarnya, Aldo menghabiskan malam panjang dengan terjaga. Sebelah sisi hatinya teringat akan bentuk tubuh Sania yang montok, sebelah hatinya lagi dipenuhi rasa cemas, kalau-kalau keris yang diberikan mbah dukun ternyata tidak mujarap. 

Ingin ia melangkah mengetuk pintu kamar Rio, tapi ia merasa harga dirinya akan ternoda jika melakukan hal demikian. 

Aldo pernah berfikir ingin menceraikan Istrinya tapi ia tetap tak bisa melakukannya karena terikat akan janji dengan sang Ibu di kampung yang memintanya untuk selalu setia pada Anjani. 

Ya, Anjani walaupun kucel dan bau ompol, ia adalah mantu kesayangan sang Ibu. 

Setelah beberapa kali berganti posisi tidur, Aldo memilih duduk dan meraih ponsel hitam di atas nakas, memainkan benda pipih itu sejenak kemudian membuka beberapa pesan whatshapp dari Sania. Tak tanggung- tanggung, ada tujuh pesan whatshapp dan 15  panggilan video call di handphonenya. 

"Haruskah kubalas?" gumam Aldo penuh tanya. 

Aldo teringat kembali masa masa indah dengan Sania beberapa waktu belakangan, ia  mulai menghitung hitung berapa banyak modal yang telah ia keluarkan guna menyenangkan wanita idamannya itu. Aldo menyesal? tentu tidak. Ia malah berencana akan menagih semua yang diberikannya kepada Sania bila terbukti gadis itu mempunyai lelaki simpanan dibelakangnya. 

Ya,begitulah Aldo dengan segala sifat pelit dan perhitungannya. Ia tetap saja tak berubah, tak menyadari bahwa apa yang baru saja menimpanya adalah buah dari perbuatannya yang telah zhalim kepada anak dan istrinya selama ini. 

***

Pagi itu, mendung menggelayut manja di atas langit, sang surya enggan menampakkan diri meski jam dinding telah menunjukkan pukul 06:30. 

Aldo yang baru saja beranjak dari ranjangnya, buru-buru bersiap hendak berangkat ke kantor. Ia mandi seadanya dan segera mengambil kemeja yang telah disiapkan sang Istri. 

Aldo mengerjab beberapa kali, mencium kemejanya yang wangi dan sangat rapi. Ia merasa Sang Istri mulai melayaninya dengan baik sama seperti sebelumnya. Ada rasa lega di hatinya. 

Setelah rapi dengan kemeja bewarna navy yang wangi dan lembut. Aldo melangkah meninggalkan kamar, sesampai di luar, ia di sambut sang Istri dengan senyum manis lengkap dengan gincu merah merona. Tak seperti biasanya. 

"Ayo, Mas, sarapan dulu," ajak Anjani pada suaminya yang terlihat sedikit bingung. 

Anjani langsung menyiapkan roti bakar yang diolesi dengan selai coklat kesukaan sang Suami, tak lupa ia juga telah menyiapkan segelas cappucino hangat di atas meja. 

"Mau sekalian saya suapi?" tanya Anjani dengan manis meski dalam hati ia ingin sekali menyiramkan segelas susu itu pada  wajah Sang Suami. 

"Tak perlu, minggir sana, siapkan kaos kaki dan sepatu ku!" sahut Aldo kasar. 

"Baiklah, Sayang," ujar Anjani seraya bergegas melaksanakan perintah sang Suami. 

"Ah, kerisnya benar benar ampuh!" Aldo melahap habis roti bakar di depannya dengan wajah berseri seri. 

Setelah menyantap sarapan paginya, Aldo duduk di sofa sembari di bantu Anjani memakaikan kaos kaki serta sepatu kantornya. Benar-benar seperti raja, begitulah yang diharapkannya selama ini. 

Sifat egoisnya semakin menjadi jadi tatkala semakin bertambah umurnya di setiap tahun. 

Ia sama sekali tak memikirkan kebutuhan anak dan istrinya, ia hanya ingin dilayani dengan sebaik mungkin tanpa peduli dengan perasaan orang yang melayaninya. 

Pria berkemeja navy lengkap dengan sepatu mengkilat itu akhirnya meninggalkan rumah, meninggalkan sang Istri yang menatap dengan penuh kebencian. Anjani tak sabar menunggu nanti sore, saat yang tepat untuk menjalankan rencana selanjutnya. 

Selepas kepergian sang suami, Anjani mengusap habis lipstik merah merona yang ia kenakan kemudian segera menuju kamar guna mengabari sang paman prihal rencana mereka selanjutnya. 

( Paman, mintalah lebih banyak dari yang sebelumnya ) 

Demikian satu pesan singkat yang segera Anjani kirimkan untuk sang paman. 

sang paman yang menerima pesan itu terlihat manggut-manggut sembari mengelus janggut panjangnya yang sedikit rontok. 

( Aman, asal bagi paman sedikit ya untuk membeli jenggot palsu di pasar malam ) Balas sang paman kemudian. 

Anjani terkekeh geli. Uang 20 juta kemarin masih tersisa sebagian, sebagiannya lagi telah habis digunakannya untuk membayar hutang demi hutang yang menumpuk di warung serta biaya tunggakan sekolah putranya yang tidak sedikit. Sebagai Istri yang tidak diperlakukan layaknya Istri, Anjani harus mulai belajar menghitung, setiap kebaikan yang ia lakukan pada sang Suami harus dibayar mahal oleh pria pelit itu. 

Ia tak ingin lagi dibodohi dengan istilah kewajiban, baginya kini sama saja, Suami dan  Istri sama-sama memiliki kewajiban dalam berumah tangga. Apabila salah satunya lalai, maka sebelah pihaknya akan menderita dan tersiksa dalam ikatan pernikahan dan anak akan selalu menjadi pihak yang paling menderita.

Anjani berdiri tepat menghadap cermin, ia menyentuh pipi kurusnya. Wajah kusamnya terlihat amat mengerikan di kaca, sepasang matanya yang cekung dan gelap memperlihatkan dengan jelas bahwa selama ini ia lebih banyak menghabiskan malam malamnya dengan terjaga. 

"Mas, lihatlah aku, kau sudah begitu lama membuatku menderita," ujar Anjani lirih dengan dua bulir bening mengalir deras membasahi pipinya. 

"Kau harus membayar mahal setiap bulir air mataku!" ujar Anjani kemudian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Bertemu calon madu

    " Sudah Ibu bilang kamu cuma salah lihat!" Anjani menarik lengan putranya dengan cepat memasuki pintu. Sekitar 5 menit yang lalu mereka baru saja tiba di rumah besar itu. " Enggak, Bu. Rio yakin itu ayah!" anak itu menolak apa yang coba sang Ibu yakinkan. Anjani lantas melotot. " Masuk kamar dan tidur!" perintah Anjani kemudian. Jono menarik nafas dalam-dalam kemudian melangkah pergi menuju kamar tidurnya mengikuti perintah Sang Ibu. " Haduh, nyaris saja ketahuan!" lirih Anjani sembari melirik Arloji sejenak. Azan isya' telah berkumandang sekitar 10 menit yang lalu sadang belum ada tanda tanda bahwa sang suami akan pulang ke rumah. Sebuah Klakson motor terdengar cukup nyaring hingga membuat Anjani harus kembali membuka pintu depan untuk memeriksa. Seorang Pria dalam balutan baju hitam tampak bermain kode dengannya. Namun Anjani masih mengisyaratkan untuk menunggu hingga pukul 10 malam. Selain karena suasana akan semakin sepi juga untuk memastikan apakah Aldo akan pulang atau tidak

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Nyaris ketahuan!

    " Suara apa itu, Mbah?" Rianti yang baru hendak menyuap nasi seketika menghentikan aktivitasnya kemudian menoleh ke arah sumber suara. Mbah Rejo menatap arah sumber suara dengan jantung berdebar debar. " Mungkin kucing," sahut Mbah Rejo kemudian.'Apa yang tengah dikerjakan dua orang itu?' batin Mbah Rejo sembari mengunyah sesendok nasi yang terasa amat serat di tenggorokannya. Keseringan berbohong ternyata bisa membuat Pria tua itu kesulitan menelan nasi." Mbah memelihara kucing? Anggora atau Persia, Mbah?" tanya Rianti di sela sela makan malam mereka." Ciliwung, orang nemunya dari kali belakang," sahut Mbah Rejo acuh.Rianti lantas terkekeh, ia menatap Aldo yang sejak tadi hanya diam saja sembari menyantap makan malamnya yang terasa begitu nikmat." Pindangnya enak, sepertinya dulu pernah makan masakan yang seperti ini?" puji Aldo. " Dimana?" tanya Rianti." Hm ... Kalau tidak salah mirip seperti masakan Anjani," balas Aldo. Rianti lantas membuang muka dan enggan membahas lebi

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Gara gara pindang

    Anjani dan Rio yang masih bersembunyi di dapur mulai cemas lantaran Mbah Rejo tak kunjung muncul dan memberi informasi. Suara percakapan ketiganya terdengar samar-samar dari balik dinding dapur, Anjani bahkan harus menempelkan telinga agar bisa mendengar pembicaraan ketiganya." Apa sih yang tengah mereka bicarakan? Kenapa lama sekali?" Anjani menggerutu sembari mondar mandir tidak jelas. Putranya yang tengah memunguti pecahan gelas hanya sesekali menatap dan kembali meneruskan pekerjaannya.Di depan meja praktek Sang Dukun, Aldo dan Rianti masih bercerita panjang lebar mengenai susuk yang akan digunakan Mbah Rejo untuk mempercantik Rianti." Mbah biasanya apa saja pantangan yang tidak boleh dilanggar jika saya nantinya memasang susuk?" Rianti masih mengajukan berbagai macam pertanyaan seputar susuk yang nantinya akan ia pasang." Hm, mengenai pantangan saat memakai susuk biasanya lain jenis susuk maka beda pula jenis pantangannya," sahut Mbah Rejo sembari mencuri curi pandang ke bel

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Susuk

    " Mbah baik banget deh," puji Rianti pada sosok pria tua yang kini tengah duduk di hadapannya. Pria itu tersenyum malu malu persis seperti remaja pria yang tengah mengalami cinta monyet dengan teman sebayanya. Aldo yang menyaksikan kejadian itu hanya mampu menarik nafas berat. Walau katanya sudah tua tapi tetap saja Mbah Rejo juga laki laki normal dan jelas ia menangkap sinyal sinyal ketertarikan dari pria yang sudah berumur tidak muda lagi itu terhadap Rianti. " Oya, Apa sebenarnya tujuan kalian datang ke rumahku sore hari begini?" tanya Mbah Rejo setelah cukup lama menatap belahan dada Rianti yang begitu menggoda. " Ah, syukur akhirnya sadar juga," Gumam Aldo setelah terdiam cukup lama dan hanya menjadi penonton di antara Rianti dan Mbah Rejo. " Begini Mbah, kedatangan kami kemarin sebenarnya ingin membahas mengenai syarat-syarat yang pernah Mbah ajukan dulu serta saya juga ingin mengatakan bahwa suamiku Himawan sudah kembali kepadaku dan memenuhi kewajibannya seperti sedia kala

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Suamiku Genit Pamanku Lebih Genit

    Kedatangan Aldo yang secara tiba tiba sore itu sontak membuat Mbah Rejo, Anjani dan putranya kalang kabut. Terlebih saat pecahan gelas tampak berserakan di lantai. Di luar sana, Aldo dan Rianti terlihat mulai meninggalkan mobil dan memasuki pekarangan rumah Mbah Rejo. " Kenapa Si Mbah malah pergi ya, Mas?" tanya Rianti heran. Aldo menggeleng tak mengerti. Rasanya tak ada yang salah dengan kedatangan mereka tapi mengapa Mbah Rejo langsung pergi begitu saja tanpa memperdulikan kedatangan mereka. " Rasanya tidak ada yang aneh pada kita, tapi kenapa si mbah malah gak sama sekali peduli pada kita," Aldo menimpali. Lantaran Mbah Rejo tak kunjung muncul, Aldo dan Rianti memutuskan untuk menunggu di teras. Sesekali keduanya memanggil Mbah Rejo namun sang empunya rumah belum juga muncul. " Ada apa sama si Mbah, ya? gak biasanya begitu."ujar Aldo curiga. "Aku juga gak ngerti, Mas. Apa jangan jangan dia menyembunyikan sesuatu dari kita?" Rianti memijat pelipis perlahan, ada rasa cenat cenut

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Rencana Baru

    " Aku sudah letakkan sertifikatnya di atas meja di dalam kamar Mas Aldo, berhati hatilah, buatlah ini seolah olah seperti perampokan sungguhan," ujar Anjani pada sosok dalam balutan jaket kulit hitam serta memakai masker bergambar tengkorak yang hanya menutupi sebagian wajahnya. Pria itu mengangkat jempol seraya tersenyum penuh arti." Serahkan semuanya padaku, akan ku pastikan semua berjalan sesuai rencana," ujar Pria itu kemudian.Mbah Rejo melipat tangan di dada, ada lega di hatinya saat melihat keponakannya itu mendengarkan semua ide ide nya dan melaksanakan semuanya sesuai dengan rencana. Ia tak ingin menunggu lebih lama lagi, lebih cepat maka semua tentu akan lebih baik. Sangat menjijikan jika harus berdiam diri serta menyaksikan kebejatan perbuatan Aldo yang kian hari kian memalukan. Baginya, Anjani sudah lebih banyak bersabar dalam diamnya dan Rio entah mungkin anak itu sudah lupa bagaimana sosok seorang Ayah yang pernah dikenalnya dulu."Jangan sampai ketahuan, ya?" ujar M

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status