Share

Bab 2. One Night Stand

"Kafe Victoria, jam 7 malam. Aku menunggumu di sana. Jangan membuatku kecewa dengan tidak datang, Sayang."

Elleana menghela napas berat, meletakkan kembali benda pipih itu ke meja. Jujur, dia merasa kecewa. Tidak ada satu pun orang yang bisa membantunya keluar dari masalah ini. Mau tidak mau, dengan berat hati Elleana memang harus menerima tawaran Rachel hanya demi uang dua juta dollar itu.

Dan, di sinilah Elleana sekarang. Bersama Rachel, ia tengah menunggu pria superkaya yang rela mengucurkan uang untuk menidurinya hanya semalam.

"Nah, itu dia!" seru Rachel tiba-tiba. Matanya memandang lurus ke depan.

Elleana menoleh, mengikuti arah pandangan Rachel. Seorang Pria dengan kemeja biru gelap yang lengannya digulung hingga siku. Pria tinggi, tegap, bertubuh atletis. Wajah yang tegas dengan rahang yang kokoh, mata hazel yang tajam bak pisau, hidung mancung, bibir tipis. Dagu yang ditumbuhi bulu halus, juga kumis tipis yang beraturan seakan baru dicukur, sehingga lebih mempertegas kepribadiannya.

Pria itu berjalan mendekat ke arah mereka dengan wajah datarnya. Mata hazel-nya menatap tajam. Mendadak bulu di tangan Elleana berdiri, hatinya ingin menjerit, badannya menjadi kaku seketika. Tatapan tajam pria itu dalam sekejap mampu menguncinya. Bahkan, jantung Elleana sampai meletup-letup hanya karena tatapan tajamnya.

“Dia David Matheo Miller! Pria penyelamatmu malam ini.”

Seperti inikah rupa dari Dewa Yunani?’ batin Elleana menjerit kagum akan pesona pria itu.

Sebelum menyerahkan Elleana pada David, Rachel mendekatkan bibirnya ke telinga Elleana. “Ini kesempatanmu, El. Layani dia sebaik-baiknya.”

Sepuluh menit sejak Rachel meninggalkan mereka, David membawa Elleana menuju sebuah kamar hotel yang telah pria itu pesan.

“Apalagi yang kau tunggu?”

David duduk di tepi tempat tidur sambil mengangkat sebelah kakinya. Dia menyeringai, matanya menatap tajam Elleana seolah-olah tengah menelanjanginya.

Rasanya Elleana ingin mati saja karena ditatap seintens itu oleh David.  “Maaf, Tuan, aku–”

“Cepat ganti pakaianmu.” Matanya memberi isyarat ke meja kaca yang menghiasi kamar itu. Ada sebuah paper bag hijau di sana.

Dengan ragu, Elleana mengambil paper bag itu dan pergi ke kamar mandi.

Selang sepuluh menit, Elleana keluar dengan kepala tertunduk. Berbanding terbalik dengan David yang justru menatap Elleana seperti seekor singa lapar. Bagaimana tidak? Dress merah super mini, ketat, dan bertali tipis.

Dress ini berhasil membuatnya menjadi jalang sungguhan. Bagian leher rendah yang bebas menunjukkan belahan dadanya. Lekuk tubuh yang tercetak sempurna, rambut yang digerai, belum lagi penerangan kamar yang setengah redup. Oh, astaga!

David berdiri mendekati Elleana yang setia menunduk sambil menutupi dadanya. Dengan jari telunjuk, dia angkat wajah Elleana yang mulai merona.

"Kau malu?" David tersenyum miring, mengejek. "Baru kali ini aku melihat jalang yang pemalu."

Elleana meneguk salivanya kasar. Entah mengapa perkataan pria di hadapannya itu sangat menusuk hatinya.

David memutar musik dari benda pipih miliknya, lalu memeluk pinggang Elleana erat dan membawanya lebih dekat. Jarak mereka sangat dekat, sampai-sampai Elleana bisa merasakan embusan napas teratur milik David menyapu wajahnya. Mereka menarik mengikuti irama.

Sesekali David memutar tubuh Elleana, melangkah ke kiri juga kanan, memeluk tubuh Elleana dari belakang. Wanita itu merasa ada sesuatu yang mengeras di bawah sana. Dia tahu apa itu. Spontan, otaknya siaga satu.

David menempelkan wajahnya di ceruk leher wanita itu, menjilatnya bahkan sesekali menghisapnya kuat membuat Elleana mendesah. Dengan sekali hentakan, David memutar tubuh Elleana menghadapnya.

Elleana dapat melihat mata hazel tajam milik pria itu sudah diselimuti kabut gairah. Elleana juga bisa merasakan napas pria itu mulai berat. David menggeram rendah. Ia mencium Elleana.

“Buka mulutmu.” Awalnya hanya sebuah ciuman singkat, tapi lama-kelamaan pria itu melumatnya, lumatan yang menuntut.

Eugh.” Elleana mendesah. Entah apa yang terjadi padanya, tapi sungguh tubuhnya itu menuntut hal yang lebih. Ini kali pertama baginya, tapi jujur Elleana sangat menikmatinya.

Bibir David turun ke leher wanita itu. Refleks, Elleana mendongakkan kepalanya seolah memberi pria itu akses mudah. David menjulurkan lidahnya di sana perlahan, hingga turun tepat ke dada Elleana dan membuat banyak tanda keunguan di sana.

Elleana tersadar, kini ia sudah tenggelam terlalu dalam oleh permainan luar biasa yang diberikan oleh pria itu. “Tu-tunggu dulu, Tuan.”

Elleana pun langsung mendorong kepala David agar menjauh, membuat pria itu menggeram kesal.

"Kenapa?" tanya David dengan suara serak.

"Ba-bagaimana de-dengan–" David menatap tajam Elleana yang tengah menahan rasa gugupnya setengah mati. Elleana memejamkan matanya lalu menarik napas dalam-dalam. "Bagaimana dengan bayaranku?"

David tersenyum miring, lagi dan lagi melempar senyum mengejek. "Berapa harga yang harus kubayar untuk tubuh indahmu ini? Hmm?"

Elleana mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ucapan dan senyuman David sangat menohok hatinya.

"D-dua juta."

"Hanya dua juta? Huh?" Seringaian iblis terbit di wajah tampannya. Alisnya sebelah terangkat tinggi. David merogoh saku celananya, mengeluarkan uang yang sudah diikat menjadi satu, totalnya ada dua ikatan. Pria itu melambaikan uang tersebut tepat di depan wajah Elleana lalu memberikannya setengah melempar. "Dua juta, seperti yang kau minta!"

Elleana berjongkok untuk mengambil uang itu dan menghitungnya di tempat.

Melihat hal itu, David berkacak pinggang. "Oh ayolah, aku bukan seorang penipu!"

"Kau benar. Dua juta." Elleana memekik kegirangan.

Tidak ingin lebih lama lagi menahan hasrat, David menarik lengan mungil Elleana. Dengan sekali sentakkan saja tubuh wanita itu sudah berada dalam dekapannya. Uang yang digenggam Elleana pun sudah berhamburan di lantai. David memeluknya erat, menghirup aroma rambut Elleana yang begitu memabukkan. “Berapa usiamu?"

Napas Elleana tercekat, bulu halus di tangan dan lehernya mendadak berdiri. Suara serak David yang sudah diselimuti gairah membara terdengar begitu sensual di telinganya. Elleana berdeham menyembunyikan kegugupannya.

"Du-dua pu-puluh dua."

Lagi-lagi, David mendengus. "Pelacur tidak perlu gugup!" Kemudian kembali mengendus leher jenjang milik Elleana.

‘Itu adalah sebuah penghinaan!’ batin Elleana menjerit. Tapi, sial, tubuh Elleana malah berkata lain.

David mendorong perlahan tubuh Elleana ke atas ranjang. Dia melepas kemejanya dan melemparnya asal, lalu merangkak naik ke atas tubuh indah Elleana yang masih tertutup dengan dress mini berwarna merah menggoda itu.

David mengecup kening Elleana lembut, lalu turun ke pipi, hidung, dan berhenti tepat di bibir ranum Elleana. Awalnya, hanya menempel saja, tapi lama-kelamaan berubah menjadi lebih menuntut.

Elleana tidak munafik, ia membalas ciuman pria itu dengan sama menggebunya. Refleks, Elleana menahan tengkuk David. Entah untuk memperdalam ciuman mereka atau memang Elleana yang tidak ingin David sampai mengakhiri ciuman panas itu.

Entah sejak kapan tali dress Elleana yang super duper tipis itu sudah merosot dan memamerkan dadanya yang mulus. David berlama-lama di sana, menggoda Elleana hingga membuat wanita itu susah payah menahan jeritannya.

"Akh-"

“Kau milikku malam ini, gadis kecil.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status