Langkah kaki Elleana berhenti. Matanya menatap bingung sekitaran panti. Dalam hati bertanya-tanya mengapa semua penghuni panti berkumpul di halaman depan? Mengapa ada tiga orang asing yang sedang bertolak pinggang sambil marah-marah? Dan mengapa terselip kesedihan di mata Nyonya Daisy–si pemilik panti, juga ketakutan yang menguasai anak-anak terutama Alexa – si anak periang.
“Kalian semua angkat kaki dari sini!” Usir salah satu dari orang asing itu. Telunjuknya mengacung di udara.
Elleana yang merasa kalau perbuatan orang asing itu sudah kelewat batas pun segera menghampirinya. “Anda tidak bisa seenaknya mengusir mereka dari sini, Tuan! Panti ini sudah lama berdiri dan ini milik Nyonya Daisy! Jadi, anda sama sekali tidak berhak mengusir kami semua dari sini, Tuan!” desis Elleana dengan penuh penekanan. Ia terlihat sangat berani bak pahlawan.
Orang asing itu tersenyum sinis, “Yang berhak atas rumah ini adalah ayah saya, Daisy itu hanya anak haram dari mendiang kakek saya. So, tujuan saya datang ke sini hanya untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milik saya.”
Elleana cukup terkejut mendengar sebuah kebenaran tentang Nyonya Daisy. Refleks, Elleana merangkul pundak Nyonya Daisy erat, menyalurkan seluruh kekuatan yang dimilikinya. “Ta-tapi caranya bukan dengan mengusir, Tuan. Lihat, anak-anak malah jadi ketakutan. Lagipula ini sudah malam, kita akan pergi kemana, Tuan? Setidaknya, tolong kasihani anak-anak ini, Tuan.”
Sebelah alisnya terangkat tinggi, memandang Elleana datar. Tatapan yang dilemparkannya itu seolah berkata: 'saya tidak peduli!’ Tapi, Elleana bersikeras, memohon dengan wajah melasnya.
Pria asing itu menghela napasnya kasar, dia berpikir sejenak, menimbang-nimbang permohonan Elleana. “Oke, kalau begitu saya beri kalian waktu sampai besok siang untuk segera mengosongkan panti ini.”
Mata Elleana membulat sempurna, dia pikir pria asing itu akan merubah pikirannya karena merasa iba pada anak-anak panti yang malang ini. Tapi, ternyata tidak. Memang, semua lelaki itu sama saja!
“Apa tidak ada cara lain selain kami angkat kaki dari sini, Tuan? Kami tidak punya tempat tinggal lagi, kemana kami akan membawa mereka semua?” ujar Elleana lembut, mencoba membuat pria asing itu memahami keadaannya.
Pria asing itu membisu sejenak. Namun, sedetik kemudian seringaian iblis tercetak jelas di wajahnya. “Ada satu cara,”
“Apa itu, Tuan?” Serobot Elleana tidak sabaran, pupilnya berbinar ketika mendengar ada jalan keluar lain.
“Kalian bisa tetap tinggal di sini, bahkan panti ini juga akan menjadi hak Daisy sepenuhnya, asalkan Daisy membayarnya minggu depan.” Jeda beberapa detik. “2.000.000 dollar.”
Mata Elleana terbelalak sempurna. Dia tidak salah dengar, kan? Dua juta dollar? Dalam waktu satu minggu? Astaga, yang benar saja!
Satu kata yang terlintas di otak Elleana, gila! Iya, permintaan pria itu sangat gila!
Dari mana Elleana mendapatkan uang dengan jumlah yang bisa dibilang cukup banyak, ralat, sangat banyak?!
**
“Satu botol tequila.”
Elleana meletakkan nampan pesanan dan mengangsurkannya dengan perlahan ke tamu yang memesan. Demi mendapatkan uang dua juta dollar dengan cepat, Elleana terpaksa menginjakkan kakinya di club. Wanita di hadapannya kali ini terlihat tidak asing. Dialah Rachel, sang pelacur dengan bayaran termahal di club ini sekaligus muncikari juga.
“Duduklah, temani aku minum.” Ucap Rachel sambil menghisap ujung batang rokoknya dan membuang gumpalan asap dari bibir merahnya. Elleana hanya bergeming sambil menatap Rachel dengan mulut yang terkatup. “Sebentar saja,” Ucap Rachel lagi, tapi kali ini sambil menyodorkan uang 30 dollar di atas meja pada Elleana.
Rachel mengedikkan dagunya pada kursi kosong yang ada di hadapannya itu seolah mempersilakan Elleana untuk duduk. Elleana tersenyum miris, mengambil uang pemberian Rachel ke saku celananya. “Terima kasih,” cicit Elleana sambil mendudukkan dirinya di hadapan Rachel.
“Jujur saja, kau itu orang yang terlalu sopan untuk menjadi pelayan di club malam ini.” Celetuk Rachel sambil menuangkan tequila ke gelas slokinya. Basa-basi, Rachel menawarkan gelas pertama itu pada Elleana, namun sedetik kemudian senyum miring tercetak di wajahnya lantaran Elleana menolak tequila itu. Rachel mengedikkan bahunya acuh tak acuh, lalu menenggak tequila itu hingga tandas. "Kau itu memang payah, sama sekali tidak mempunyai bakat jadi pelacur." Seru Rachel sambil melempar senyum remeh pada Elleana. Kemarin malam, tak sengaja Rachel melihat Elleana berlarian ke kamar mandi demi menghindari perbuatan kurang ajar pria hidung belang. Tadinya Rachel ingin membantu, tapi karena kliennya sudah menunggu alhasil Rachel memilih tak peduli. Lagi pula tamu VVIP itu tak sampai membuat keributan besar kok.
Elleana mengulum senyum tipis. Ia anggap perkataan Rachel itu sebagai pujian.
"Kau takut, tapi kenapa kau mau bekerja di sini? Hah? Kau tidak bodoh, kan? Kau tahu kalau ini club malam dan rata-rata pekerjaannya memang ‘menuntut’ untuk menjadi seperti itu?” Tanya Rachel dengan alis yang terangkat sebelah.
Elleana hanya bisa membisu.
"Uang, kau membutuhkannya. Tebakanku benar, kan?” Jeda beberapa detik. “Wajah dan diammu itu sudah mengatakan segalanya padaku." Ekspresinya datar, namun dari nada bicaranya terdengar seperti mengejek Elleana secara terang-terangan.
Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benak Elleana. Alisnya saling bertaut, tatapannya berubah menjadi penuh harap pada Rachel. Mengingat pekerjaan Rachel sebagai wanita panggilan berkelas di club malam ini, Elleana yakin kalau uang dua juta dollar itu bukan masalah bagi Rachel.
Oke, katakan saja kalau ide Elleana itu sangatlah konyol lantaran hendak meminjam uang sebanyak itu pada Rachel yang notabene adalah orang asing. Tapi, Elleana memang harus mencobanya mengingat kini sudah tidak ada cara lain, ditambah lagi tenggat waktu yang diberikan Yopi pun sudah di depan mata! Sudah Elleana putuskan, ia menghembuskan napas perlahan sambil menyingkirkan seluruh rasa malu di dalam dirinya.
“Kenapa malah menatapku begitu? Hah?” Seru Rachel setengah galak kala ia melihat binar di mata Elleana. “Kau ingin pinjam uang dariku?” Tebak Rachel yang seolah sudah mengerti maksud tatapan Elleana.
Sontak, Elleana pun langsung menganggukkan kepalanya disertai dengan senyum lebar yang tercetak jelas di wajahnya.
"Katakan, berapa yang kau butuhkan?" Sambung Rachel sambil membuka tas kecil yang ada di sampingnya, bersiap mengeluarkan sejumlah uang yang akan diajukan oleh Elleana.
"Dua juta dollar."
“APA??!” Rachel memekik dengan mata yang membulat sempurna kala mendengar jumlah uang yang dibutuhkan Elleana.
“Aku tau itu jumlah yang sangat besar, tapi aku benar-benar membutuhkan uang itu. Tolong bantu aku, Rachel. Jika aku gagal mendapatkan uang itu, maka aku akan mengecewakan banyak orang.” Elleana memohon dengan suara yang terdengar sangat putus asa.
“Maaf, El, aku tidak bisa membantumu. Aku tidak punya uang sebanyak itu,” jawab Rachel sambil menyeruput tequilanya.
Elleana memejamkan kelopaknya sambil menghela napas kasar, pasrah.
Dua wanita itu kompak membisu dengan pikiran masing-masing. Rachel yang ikut memikirkan cara untuk membantu Elleana sambil terus menghisap rokoknya, sedangkan Elleana hanya bisa tertunduk lesu memikirkan ke mana lagi ia harus mencari pinjaman.
“Tapi, kalau kau mau, aku bisa membantumu untuk mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat.”
Refleks, Elleana pun mengangkat kepalanya. "A-apa itu? Ba-bagaimana caranya?" Mata Elleana seketika berbinar kala mendengar perkataan Rachel, setidaknya kini ia mendapat secerca harapan untuk masalahnya kali ini.
"Melakukan one night stand bersama salah satu klien-ku.”
"Kafe Victoria, jam 7 malam. Aku menunggumu di sana. Jangan membuatku kecewa dengan tidak datang, Sayang." Elleana menghela napas berat, meletakkan kembali benda pipih itu ke meja. Jujur, dia merasa kecewa. Tidak ada satu pun orang yang bisa membantunya keluar dari masalah ini. Mau tidak mau, dengan berat hati Elleana memang harus menerima tawaran Rachel hanya demi uang dua juta dollar itu. Dan, di sinilah Elleana sekarang. Bersama Rachel, ia tengah menunggu pria superkaya yang rela mengucurkan uang untuk menidurinya hanya semalam. "Nah, itu dia!" seru Rachel tiba-tiba. Matanya memandang lurus ke depan. Elleana menoleh, mengikuti arah pandangan Rachel. Seorang Pria dengan kemeja biru gelap yang lengannya digulung hingga siku. Pria tinggi, tegap, bertubuh atletis. Wajah yang tegas dengan rahang yang kokoh, mata hazel yang tajam bak pisau, hidung mancung, bibir tipis. Dagu yang ditumbuhi bulu halus, juga kumis tipis yang beraturan seakan baru dicukur, sehingga lebih mempertegas kepri
“Kau sangat menjijikkan, Ellea!” Elleana menatap pantulan dirinya di cermin. Matanya yang sembab, wajah yang sedikit pucat, rambut awut-awutan, sungguh mengerikan sekali penampilannya itu. Tangan Elleana perlahan menelusuri tanda merah di leher bahkan dadanya. David benar-benar melahapnya semalam. Pria itu bahkan meninggalkan begitu banyak jejak kepemilikan di tubuhnya yang semula mulus tanpa noda. “Keluar kalian semua!” Samar-samar, Elleana mendengar keributan di luar panti. Cepat-cepat ia tutupi tanda merah di lehernya dengan bedak agar tidak terlalu mencolok sekali. Lalu ia ikat asal rambutnya sebelum keluar dari kamar kecilnya yang nyaman. Elleana melangkahkan kakinya semakin dekat, ia melihat semua orang sudah berkumpul di sana, bahkan anak-anak panti juga saling berpelukkan. Mereka nampak ketakutan. "Saya mohon jangan seperti ini, Yopi. Ke mana kita semua akan pergi?" Wanita pemilik panti itu tengah memohon sambil menyatukan kedua tangannya. "Saya tidak peduli!" "Kasihani
“Malam itu ….” Malam itu, ketika David Miller telah di puncak hasratnya, Elleana memberikan sedikit permainan. Untuk mengulur waktu, gadis itu mengajak David yang sudah dimabuk hasrat meminum wine terlebih dulu. Mengaku bernama Rina dan baru seminggu berprofesi sebagai jalang, wanita itu berperan seolah meyakinkan. Elleana tidak menolak sentuhan David yang begitu memabukkan. Ia bahkan menyukai sikap dominan David atas tubuhnya. Sentuhan-sentuhan kasar, tetapi mampu membangkitkan gairahnya semakin tinggi. Gadis itu bahkan melenguh Elleana kala lidah David tanpa permisi menerobos masuk dan mengaduk-aduk dengan tempo cepat. ‘Astaga, kenikmatan ini bisa membuatku gila!’ Untuk itu, sebelum ia hilang kendali atas dirinya sendiri, dengan kesadaran dan keberanian penuh, kaki jenjang Elleana menendang pria tersebut. Naas, tendangan itu mengenai sesuatu yang sudah mengeras sedari tadi. "Argh!" David meringis kesakitan, tendangan Elleana sangat kencang sekali. Tak ingin melewatkan kesempat
Satu minggu telah berlalu sejak kejadian lembur yang membuat Elleana hampir saja berjumpa dengan David Miller!Dan selama satu minggu itu juga Elleana berhasil mendapatkan informasi bahwa restoran Lilylucianna dipercayakan untuk mengurus acara makan malam dua keluarga kaya raya itu dan termasuk hidangan untuk pesta pernikahan nanti. Jadi, restoran Lilylucianna sudah pasti hanya akan mengirim para pramusaji terbaiknya untuk melayani acara spesial itu. Dan sialnya, salah satu nama yang masuk jajaran karyawan terbaik itu adalah Elleana. Kini, Elleana dan seluruh karyawan terpilih tengah sibuk dengan tugasnya masing-masing. Tentu saja, tak ketinggalan berbagai pujian yang terlontar dari mulut pelayan lain tentang betapa mewah pesta malam itu. Tak ingin menanggapi lebih jauh, Elleana memilih untuk pergi ke dapur Keluarga Scott saja.“Apa masih ada yang perlu kubantu?” tanya Elleana pada karyawan pria sambil melempar senyum ramahnya.Karyawan pria itu meneliti sekeliling ruang pesta, sesek
"Ms. Scott..." Elleana tidak sanggup meneruskan panggilannya kala melihat pemandangan yang ada di depannya. Tubuh Elleana seketika mematung kaku, mulutnya juga sedikit menganga. "A-apa yang sedang kalian lakukan...?!"Mempelai pengantin wanita itu cukup terkejut mendengar suara Elleana. Menyadari kehadiran Elleana, sontak saja mempelai wanita itu pun langsung mendorong dada bidang pria asing itu untuk melepaskan tautan bibir keduanya.Elleana yang masih dengan ekspresi kaget bercampur bingung itu memicingkan kelopaknya, memandang intens pria asing yang sedang bersama Isabelle Scott. Elleana mengenalnya, pria asing itu adalah Alexander – si aktor ternama di Amerika. Yang Elleana tahu, mereka berdua pernah bermain dalam sebuah film romance tahun lalu dan sukses besar. Bahkan yang Elleana dengar, proyek film kedua mereka akan segera rilis di akhir bulan depan."Apa-apaan semua ini, Ms. Scott? A-aku melihat ka-kalian berciuman m-mesra….?" Gumam Elleana dengan suara yang terdengar bergetar
Elleana memandangi pantulan bayangannya di cermin kala sang perias profesional telah selesai mendandaninya dengan gaun pernikahan putih yang sederhana namun tetap terlihat sangat cantik. Seharusnya Isabelle Scott lah yang memakai gaun indah di acara sakral ini. Dalam hati Elleana memuji selera Isabelle Scott yang begitu cantik dan berkelas.David Miller itu pria kaya raya, segalanya bisa ia beli dengan uangnya itu. Mudah bagi dia untuk membeli gaun pernikahan yang baru, tapi tidak ia lakukan. Sungguh keterlaluan sekali dirinya. Gaun pernikahan ini akan membuat Elleana terlihat seperti wanita murahan nantinya. Menggantikan posisi Isabelle Scott, aktris yang sedang naik daun. Seluruh Manhattan kelak pasti akan menggunjingnya.Untung Elleana meminta si perias agar rambutnya di konde saja dan berikan aksesoris tiara kecil nan manis di puncak kepalanya. Kata si perias, Isabelle ingin rambutnya di gerai. Tapi, ini kan Elleana sendiri yang akan menjalaninya, jadi khusus untuk rambut Elleana
WARNING!!! 21++____Elleana berjalan mengikuti David sambil mengangkat sedikit gaun pengantinnya, ia agak kesusahan untuk berjalan lepas karena ujung gaunnya yang menjuntai panjang. Pria yang beberapa jam lalu sudah resmi menjadi suaminya itu pun juga sangat tidak peka. Padahal Elleana berharap David menawarkan bantuan padanya, setidaknya menggenggam tangan Elleana. Tapi, sama sekali tidak, justru David malah berjalan cepat meninggalkannya.Pesta pernikahan telah usai. Ralat, sebenarnya pesta pernikahan yang mewah itu masih berlangsung. Namun, setelah menyapa beberapa kolega penting, David memutuskan untuk pamit undur diri lebih dulu, menyisakan orang tua dan kedua adiknya bersama para tamu. Sebenarnya Elleana masih ingin berada di pesta itu, tapi tidak ada yang ia kenal di sana, jadi Elleana hanya bisa mengekori David. Istri yang baik selalu berada di belakang suaminya, kan?Cihhh!Selama perjalanan menuju mansion milik keluarga Miller, Elleana dan David hanya bungkam dan tenggelam
Elleana bangun pagi-pagi sekali, bahkan sang surya saja belum muncul. Tadinya Elleana sempat bingung mencari letak dapur, apalagi keadaan rumah keluarga suaminya itu juga sepi sekali. Elleana tidak mendapati satu orang pun yang berlalu-lalang untuk Elleana tanyai. Alhasil dia muter-muter seperti orang hilang hanya demi menemukan dapur, ya sudahlah tidak masalah. Hitung-hitung Elleana sedang beradaptasi dengan tempat tinggal barunya ini.Elleana menatap takjub sekeliling rumah milik keluarga suaminya itu. Elleana pernah melihat rumah sebesaran ini, tapi bukan dalam dunia nyata melainkan dalam cerita-cerita dongeng juga di film-film. Ini kali pertama Elleana melihat rumah besar bak di negeri dongeng. Astaga, keluarga suaminya ini memang sangat kaya! Entah Elleana harus bersyukur karena bisa menjadi menantu di keluarga terhormat ini atau menyesal karena harus hidup selamanya dengan pria sekejam David.Kaki jenjang Elleana mendadak terhenti kala ia tiba di sebuah ruangan yang berada di po