Share

Istri Eksklusif sang CEO
Istri Eksklusif sang CEO
Penulis: Lucy Amadeus

Bab 1. Terpesona Pria Seksi

"Anda harus bertanggung jawab!" tuntut Charlene setelah menghadang langkah pria yang berdiri di hadapannya saat ini.

Pria dengan kaus polo putih itu, menautkan alisnya sembari memindai sekelilingnya dengan tenang. Ia mendapati bahwa suara Charlene yang terdengar lantang, telah berhasil menarik atensi beberapa orang yang berada di lobi Universe Hotel and Apartments tersebut. Tatapan mata Charlene yang nyalang, menunjukkan tidak ada ketakutan dalam diri gadis itu.

Namun, napas Charlene seolah berhenti ketika pria itu menatap balik padanya dengan dalam. Ada gelenyar aneh bercampur rasa familiar kala melihat manik pria itu. Di saat yang bersamaan, ia merinding ketika menyadari betapa dingin dan tajam tatapan yang dihunuskan oleh netra pria itu kepadanya.

"Ikutlah denganku, Nona," titah pria itu dengan suara beratnya yang dingin, kemudian melewati Charlene.

Charlene segera berbalik untuk mengekori langkah panjang pria itu. Begitu mereka tiba di area sebuah ruangan mewah berisi empat buah lift yang tampak sepi, pria itu mendadak berbalik. Charlene sontak berhenti karena terkejut.

Jarak mereka yang terlalu dekat, berhasil membuat jantung Charlene berdebar tak keruan. Ia berharap debaran jantungnya itu disebabkan oleh rasa kaget, bukan karena akan terkena serangan jantung atau semacamnya. Namun, embusan hangat napas beraroma mint yang bercampur dengan aroma cedarwood dari parfum yang pria itu gunakan, sungguh mengusik seluruh saraf Charlene. Begitu maskulin.

"Aku tidak mengenalmu, jadi apa tujuanmu membuatku menjadi bahan tontonan?" tanya pria itu masih konsisten dengan tatapan dinginnya.

Dan rasanya Charlene hampir gila setiap mendengar suara pria itu. Seluruh sel-sel di tubuhnya langsung bereaksi dengan liar.

Demi apapun .... Ini pasti karena ia terlalu sering berhalu! Rasanya sangat tidak masuk akal jika pria seperti itu ada di kehidupan nyata.

Gambaran tentang pria dingin, kaya raya, tampan, mempesona, dan perkasa hanya ada di dalam novel-novel romantis yang ia—dan beberapa teman seprofesinya—tulis. Parahnya, kini ia berada di posisi tokoh wanita yang terpesona dengan sang pria. Yang benar saja, ia terpesona dengan pria itu?

Namun, melihat dari jarak sedekat ini, harus Charlene akui bahwa pria di hadapannya itu memang luar biasa menawan. Netra birunya yang sedikit keabu-abuan semakin menyempurnakan kesan dingin itu. Belum lagi, alis tebal, garis rahang yang tegas dihiasi sedikit bulu-bulu samar, serta hidung mancung yang sepertinya bisa dijadikan arena seluncur ski.

"Aku tidak punya waktu untuk bermain-main, jadi menyingkirlah dari hadapanku," lanjut pria itu ketika Charlene tak kunjung memberi respon.

Charlene yang tersentak dari kehaluannya, spontan berkedip cepat beberapa kali untuk menetralkan detak jantungnya yang berdentum cepat.

"Jangan pura-pura tidak tahu!"

Charlene memberanikan diri untuk membalas tatapan pria itu lagi. Dia bertekad akan mendapatkan kembali haknya hari ini.

"Aku harus pergi," putus pria itu karena merasa telah membuang waktunya meladeni Charlene.

"Tidak! Sebelum Anda mengembalikan hak kami!" seru Charlene.

Kali ini, giliran pria itu yang memicingkan matanya.

"Hak?"

"Iya! Uang kami yang telah Anda bawa kabur!"

Pria itu tersenyum sinis. "Jangan mencoba untuk menipuku, Nona. Aku bisa saja menjebloskanmu ke penjara sekarang juga atas pencemaran nama baik."

Charlene memandang pria di hadapannya dengan pandangan tidak percaya. "Dasar tukang playing victim! Anda yang menipu, Anda pula yang merasa dirugikan."

"Menipu?" Pria itu semakin tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Charlene.

Seakan tak gentar dengan ancaman dari pria itu, Charlene mengangkat dagunya dengan percaya diri. Meskipun pria itu jelas begitu mengusik setiap sel yang ada di dalam dirinya. Bukan hanya penampilannya yang terlihat jantan, tetapi aroma tubuhnya juga. Membuat Charlene tidak bisa fokus dengan tujuan awalnya.

"Sial, Charlene! Konsentrasi!" marah Charlene pada dirinya sendiri dalam hati.

"Bukannya kau yang sedang mencoba menipuku di sini?" tuding pria itu.

Kesabaran Charlene tampaknya sebentar lagi lenyap. "Dengar, Tuan Lee Finnegan Montana, berhenti bertingkah seakan Anda adalah korban. Karena di sini, kamilah korbannya."

Lee membalasnya dengan tersenyum sinis.

"Bagus sekali aktingmu, Nona. Kau bisa mendapatkan penghargaan sebagai artis terbaik."

Sang CEO lalu berbalik hendak menuju lift. Tak ingin usahanya sia-sia, Charlene bergegas menahan lengan pria itu. Sayangnya hal itu membuat Lee terkejut dan refleks mendorong tubuh Charlene hingga membentur dinding.

Untuk sesaat, Charlene sama sekali tidak dapat berpikir karena terlalu syok. Detik berikutnya, barulah ia mulai merasakan sakit, karena telapak tangan Lee yang besar mencengkeram kedua lengan atas Charlene dengan begitu kuat. Charlene menatap mata pria itu.

Dingin, menusuk. Lee terlihat begitu murka.

Rahang pria itu mengeras. Charlene mulai berpikir, besar kemungkinan tulangnya bisa remuk di tangan pria itu.

"Tuan!" seru seorang pria yang mendadak muncul entah dari mana.

Suara itu membuat Lee perlahan mengendurkan cengkeramannya, lalu terlepas. Ia masih memandangi Charlene dengan tatapan berbahayanya. Sementara Charlene yang masih syok, mengusap kedua lengannya yang terasa sakit.

Gadis itu berusaha mengumpulkan udara di sekitar, merasa lega, tetapi juga memasang sikap waspada terhadap sang CEO. Sebab, Lee tadi tampak begitu menakutkan dan berbahaya!

"Maaf saya terlambat. Anda tidak apa-apa?" lanjut pria yang baru saja datang itu.

Sungguh, Charlene amat sangat bersyukur karena pria yang baru saja tiba itu telah menyelamatkannya, terlepas dari siapa pria itu.

"Urus gadis ini, Marvin. Jebloskan dia ke penjara!” titah Lee.

Mata Charlene sontak membola. Apa-apaan ini? Dia datang ke sini hendak menuntut hak dirinya dan juga teman-temannya yang tidak dibayarkan oleh perusahaan pria itu. 

Lantas kenapa sekarang pria itu hendak menjebloskannya ke penjara? Tidak, bukan seperti ini jalan ceritanya. Charlene memicingkan matanya kala pria itu melangkah menuju lift.

Jika Lee merasa Charlene bisa diperlakukan semena-mena, maka pria itu salah besar. Lee jelas tidak mengenalnya, jadi pria itu tidak tahu apa yang bisa dilakukan oleh orang yang tertindas seperti Charlene.

"Anda tidak bisa pergi begitu saja, Tuan!" seru Charlene yang langsung menerjang ke arah Lee yang hendak masuk ke dalam lift.

Charlene kini menempel di punggung Lee seperti anak koala yang sedang digendong induknya.

"Apa yang kau lakukan?!"

***

Lucy Amadeus

Halo semuanya. Ini buku perdana Author di GN. Salam kenal untuk pembaca yang baru pertama kali membaca karya Author. Dan untuk pembaca yang sudah pernah membaca karya Author sebelumnya, terima kasih karena sudah mengikuti sampai ke sini. Semoga kisah yang Author tulis ini, bisa menghibur dan bermanfaat untuk para pembaca. Happy reading :)

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status