All Chapters of Istri Eksklusif sang CEO: Chapter 1 - Chapter 10
56 Chapters
Bab 1. Terpesona Pria Seksi
"Anda harus bertanggung jawab!" tuntut Charlene setelah menghadang langkah pria yang berdiri di hadapannya saat ini. Pria dengan kaus polo putih itu, menautkan alisnya sembari memindai sekelilingnya dengan tenang. Ia mendapati bahwa suara Charlene yang terdengar lantang, telah berhasil menarik atensi beberapa orang yang berada di lobi Universe Hotel and Apartments tersebut. Tatapan mata Charlene yang nyalang, menunjukkan tidak ada ketakutan dalam diri gadis itu. Namun, napas Charlene seolah berhenti ketika pria itu menatap balik padanya dengan dalam. Ada gelenyar aneh bercampur rasa familiar kala melihat manik pria itu. Di saat yang bersamaan, ia merinding ketika menyadari betapa dingin dan tajam tatapan yang dihunuskan oleh netra pria itu kepadanya. "Ikutlah denganku, Nona," titah pria itu dengan suara beratnya yang dingin, kemudian melewati Charlene. Charlene segera berbalik untuk mengekori langkah panjang pria itu. Begitu mereka tiba di area sebuah ruangan mewah berisi empat bua
Read more
Bab 2. Dijebak?
"Kembalikan uangku!" tegas Charlene sekali lagi. Charlene bertahan dengan menjepit erat pinggang Lee menggunakan kaki. Sementara tangannya melingkari leher pria itu. Lee merasa tercekik. Ia tidak menyangka jika Charlene memiliki kekuatan yang cukup besar untuk melawannya. Marvin ingin menolong, tetapi ia takut melukai salah satu di antara mereka. Walau bagaimanapun juga, ia tidak tega berbuat kasar terhadap seorang wanita. Sebelum Marvin sempat bertindak, Lee berhasil melepaskan tangan Charlene. Brukkk! "Aw!" Tubuh Charlene terempas ke atas lantai marmer yang dingin. Ia mengusap bokongnya yang terasa sakit. Sebelum Charlene sempat berdiri, Lee kembali bersuara. "Jangan sampai wanita ini muncul di hadapanku lagi!" ujar Lee yang ditujukan pada Marvin, tetapi tatapan matanya tidak lepas dari Charlene. "Dan aku akan memastikan Anda di penjara, Tuan!" seru Charlene sembari berdiri. Netra Lee menyipit dan sedikit berkedut. Charlene membalas tatapan pria itu dengan bergeming. Ia tidak
Read more
Bab 3. Memikirkan Gadis Asing
Tidak mungkin jika kedua temannya itu hendak mencelakai dirinya. Charlene cukup mengenal mereka. Ia yakin bahwa pasti ada penjelasan di balik semua hal ini. "Apa mereka berniat menjebakmu?" Axel seakan bisa membaca pikiran Charlene. Ia mengenal Lucy dan Christine karena pernah beberapa kali bertemu dengan mereka. Charlene menggeleng. "Seperti katamu tadi, sepertinya ini hanya masalah salah paham." "Apa kau sudah menghubungi mereka?" "Tidak. Aku belum menghubungi mereka. Aku tidak ingin membuat mereka cemas, apalagi ini sudah malam." Well, Charlene percaya pada teman-temannya. Ia tidak ingin membuat mereka merasa bersalah karena telah mengakibatkan dirinya kini terkena masalah hukum. Axel mengangguk samar, masih belum melepaskan tangannya dari pipi Charlene. Wajahnya tampak menyimpan beban. "Katakan saja yang sebenarnya," tandas Charlene yang sudah pasrah. Axel menatapnya dengan lembut. "Aku sungguh minta maaf, karena malam ini, kemungkinan besar kau harus berada di sini." Axel
Read more
Bab 4. Tawaran yang Sulit ditolak
Charlene melangkah memasuki ruang kunjungan. Ia harus menyembunyikan wajahnya yang kesal di hadapan orang yang mengunjunginya. "Kau harus menginap satu malam di penjara," kata Lee tadi malam, sebelum mengakhiri pembicaraan mereka secara sepihak.Jika bukan karena Lee berjanji akan mencabut tuntutannya, tentu Charlene tidak akan mau bersusah payah menyembunyikan rasa jengkelnya pada pria itu. Charlene berjalan ke sisi seberang. Lee mengangkat kepalanya untuk melihat gadis yang sejak tadi malam terus mengusik pikirannya. Lingkaran hitam samar di bawah mata Charlene, cukup untuk menunjukkan bahwa gadis itu tidak tidur dengan nyenyak semalam. Atau bahkan mungkin gadis itu sama sekali tidak bisa tidur? Agh! Kenapa Lee harus peduli dengan hal itu? Bukankah mereka impas karena Charlene juga membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak—meskipun Charlene tidak tahu apa-apa?"Duduklah," titah Lee sembari menggerakkan dagunya ke arah kursi di seberang tempat duduknya. Dengan malas, Charlene men
Read more
Bab 5. Pindah ke Penthouse
Axel memarkirkan mobilnya tidak begitu jauh dari pintu utama Universe Hotel and Apartments. Ia tidak bisa berhenti di depan pintu utama karena ada sebuah mobil yang lebih dulu bertengger di sana. "Kau yakin tidak perlu aku temani ke atas?" tanya Axel pada Charlene setelah keduanya turun dari mobil. Charlene menggeleng pelan. "Tidak perlu. Aku bisa sendiri." Keduanya saling melempar senyuman hangat. Pemandangan itu terpindai oleh pemilik mobil di depan, melalui pantulan kaca spion di luar mobil. Ekspresinya yang terlihat tenang, tampak kontras dengan sorot matanya yang dingin. Pria itu bergegas turun tanpa menyuruh asistennya untuk membukakan pintu mobil. Sebenarnya, sewaktu tiba tadi, seperti biasa sang asisten hendak turun untuk membukakan pintu mobil baginya. Namun, pria itu mencegah sang asisten melakukan hal itu setelah tanpa sengaja melihat Charlene di belakang. "Suruh Nona Flynn ke atas sekarang juga," titah pria yang tak lain adalah Lee, pada Marvin. Dari nada bicara Lee,
Read more
Bab 6. Malam Pertama Bersama Atasan (Part 1)
Charlene sedang membuka situs mesin pencari online, mencari beberapa informasi sebagai bahan tulisan untuk novelnya. Ia memutuskan untuk mengetik di dapur bersih—setelah menyusun semua barang-barangnya yang ia kirim lewat ekspedisi ke penthouse—demi menghindari Lee. Tadinya Charlene berharap Lee membawa teman kencan pulang ke penthouse, sehingga Lee tidak akan membutuhkannya. Namun, Berta mengatakan bahwa Lee tidak pernah terlihat membawa teman wanita pulang. Charlene menghela napas pelan di atas salah satu stool bar yang ada di depan kitchen island. Ia duduk menghadap ke arah kitchen set di dinding hanya dengan penerangan satu lampu. Selebihnya, ruangan yang menyatu dengan ruang santai yang luas itu, tampak gelap. Hanya bercahayakan sinar bulan dan lampu-lampu yang menyala dari bangunan-bangunan luar. Hampir dua jam Charlene mengetik, ketika mendadak ia merasakan hawa dingin menerpanya. Seluruh bulu kuduknya meremang. Gadis itu lantas mengusap tengkuknya. Ia pikir mungkin otot-otot
Read more
Bab 7. Malam Pertama Bersama Atasan (Part 2)
Suara cecapan yang menggema dalam ruangan dapur itu, terdengar saling bersahutan. Ciuman itu sudah berlangsung beberapa menit. Awalnya, Charlene mengatakan pada dirinya bahwa ia hanya penasaran. Ia hanya ingin mencoba membalas ciuman Lee sedikit saja. Bahwa ia tidak akan terpengaruh oleh ciuman pria itu. Namun, ia salah. Bibirnya seakan menolak untuk berpisah dari bibir Lee. Dari detik, berganti menjadi menit. Hanya ketika pasokan udara menipis, keduanya melepaskan belitan lingual mereka. Keduanya meraup udara selama beberapa detik, kemudian kembali menyatukan bibir mereka. Lee mengangkat tubuh Charlene ke atas kitchen island tanpa melepaskan tautan bibir mereka. Satu tangannya menekan kepala gadis itu untuk memperdalam ciumannya. Sementara tangan yang lain bergerilya di punggung Charlene. Tidak puas hanya menyentuh bagian luar, tangan Lee pun mulai menyusup ke dalam baju yang Charlene kenakan. Charlene tersentak ketika merasakan tangan Lee menyentuh kulitnya. "Hmmhh ...," lenguh
Read more
Bab 8. Mimpi atau Nyata?
"Akkkh!" erang Charlene ketika rasa sakit yang sangat dahsyat menyerangnya. Keras dan dingin. Apakah orang kaya memang menyukai tempat tidur yang seperti ini? Atau tempat tidur ini adalah salah satu inovasi paling mutakhir dari produk yang dibuat oleh perusahaan Lee? Belum sempat ia mengajukan pertanyaan itu, kini kembali terdengar suara ponsel berdering. Anehnya, nada deringnya berbeda dengan yang tadi. Bunyinya sangat keras dan ... Charlene pun refleks membuka kedua matanya. Mendadak ia menyadari bahwa Lee tidak berdiri di hadapannya. Charlene pun mengabaikan sejenak bunyi telepon yang terus berdering. "Ke mana dia?" gumam Charlene. Kriiinggg ...! Kriiinggg ...! Dering ponsel yang keras itu kembali mengagetkan Charlene. Belum hilang rasa kagetnya, ia kemudian dibuat heran karena ternyata dirinya tengah tertidur di atas lantai, bukan di tempat tidur Lee. Deg! Charlene pun berusaha mengumpulkan semua petunjuk yang ada. Ia menajamkan indra pendengarannya di tengah-tengah deringa
Read more
Bab 9. Demi Sebuah Tujuan
Charlene bingung melihat Lee yang tampak kesakitan. Selanjutnya ia mendapati Lee sedang menahan pergelangan tangannya yang sedang mengikat dasi pria itu. "Akkkh!" Sontak Charlene menjengit kaget dan melepaskan tangannya dari dasi Lee. Ia tidak sadar jika menarik dasi itu terlalu kuat hingga mencekik leher bosnya. Ini gara-gara dirinya melamun memikirkan apa yang sebenarnya terjadi tadi malam. Charlene pun memandang ngeri ke arah sang atasan. Terlihat Lee melonggarkan ikatan dasi pada lehernya. "Apa kau ingin membunuhku?" tuding Lee. "Tidak! Tidak!" Charlene melambaikan tangannya dengan cepat. "Aku benar-benar tidak sengaja, Tuan." Lee lantas menghadiahkan sebuah tatapan sinis pada Charlene. "Aku bahkan belum menghukummu atas keterlambatan tadi," pungkas Lee. "Ta-tadi itu 'kan bukan kesalahanku. Anda yang terlambat membukakan pintu. Seharusnya aku yang menghukum Anda," gerutu Charlene tidak mau kalah. Lee menipiskan pandangan dan menghujamkannya ke arah Charlene. Pria itu merasa
Read more
Bab 10. Hubungan Istimewa
Waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi setelah mereka menyelesaikan sarapan. Sebenarnya Lee masih punya cukup waktu untuk sampai ke kantor jika tidak mengalami kemacetan di jalan. Namun, Lee tidak ingin mengambil resiko tersebut. "Ini," Lee menyerahkan tas kerjanya pada Charlene. "Kenapa?" Charlene terlihat bingung dengan ucapan Lee. "Tugasmu sebagai asistenku. Salah satunya adalah membawakan tasku." "O ...!" Charlene segera mengambil alih tas tersebut dari tangan Lee. Ia lantas mengikuti langkah Lee menuju lorong yang mengarah ke lift. Lee menyempatkan diri untuk menyapa Monkey dan memberi makan ikan-ikannya. Selanjutnya mereka memasuki ruangan lift dan ternyata Marvin sudah stand by di sana, menahan lift untuk sang atasan. "Semuanya sudah siap?" tanya Lee kala mereka telah berada di dalam lift. "Sudah." Marvin kemudian mengarahkan tangan ke tombol sensor lantai teratas. "Eh, kenapa ke atas? Bukannya ke bawah?" komentar Charlene di saat lift menutup dan mulai bergerak ke atas.
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status