Home / Romansa / Istri Eksklusif sang CEO / Bab 7. Malam Pertama Bersama Atasan (Part 2)

Share

Bab 7. Malam Pertama Bersama Atasan (Part 2)

Author: Lucy Amadeus
last update Last Updated: 2024-03-24 00:57:42

Suara cecapan yang menggema dalam ruangan dapur itu, terdengar saling bersahutan. Ciuman itu sudah berlangsung beberapa menit. Awalnya, Charlene mengatakan pada dirinya bahwa ia hanya penasaran.

Ia hanya ingin mencoba membalas ciuman Lee sedikit saja. Bahwa ia tidak akan terpengaruh oleh ciuman pria itu. Namun, ia salah.

Bibirnya seakan menolak untuk berpisah dari bibir Lee. Dari detik, berganti menjadi menit. Hanya ketika pasokan udara menipis, keduanya melepaskan belitan lingual mereka.

Keduanya meraup udara selama beberapa detik, kemudian kembali menyatukan bibir mereka. Lee mengangkat tubuh Charlene ke atas kitchen island tanpa melepaskan tautan bibir mereka. Satu tangannya menekan kepala gadis itu untuk memperdalam ciumannya.

Sementara tangan yang lain bergerilya di punggung Charlene. Tidak puas hanya menyentuh bagian luar, tangan Lee pun mulai menyusup ke dalam baju yang Charlene kenakan. Charlene tersentak ketika merasakan tangan Lee menyentuh kulitnya.

"Hmmhh ...," lenguh Charlene, membuat Lee menghentikan semua aktivitasnya.

Pria itu menjauhkan wajahnya dari wajah Charlene.

"Kau ingin aku berhenti?" tanya Lee.

Embusan hangat napas pria itu menerpa wajah Charlene. Charlene meneguk saliva dan berusaha mengumpulkan udara. Terlalu bingung dengan apa yang harus ia lakukan.

Di satu sisi, ia tahu ini salah. Namun, di sisi lain, sentuhan Lee membuatnya candu. Rasanya tidak cukup jika hanya berciuman saja.

"Bisakah kita lanjutkan sedikit lagi?"

What?! Omong kosong apa yang barusan ia katakan? Melanjutkan?

Baiklah, biarkan ia bercumbu dengan atasannya malam ini—pria yang sedang menatapnya dengan tatapan mata yang berkilat. Kilatan gairah.

"Aku tidak suka melakukannya setengah-setengah, Nona Kamasutra Goddess."

Glek!

Charlene cukup mengerti maksud ucapan Lee. Pria itu ingin melakukannya dengan tuntas, bukan dicicil.

"Astaga, Charlene ..., ini adegan 21+ bukan cicilan utangmu yang tersisa 21 bulan," batin Charlene.

Lee lalu mengangkat dagu Charlene dengan jari telunjuknya yang ditekuk. "Jangan membuatku menunggu lama." Dengan ibu jarinya, ia memainkan bibir Charlene yang membengkak akibat ciuman panas yang mereka lakukan barusan.

Charlene kembali menahan napas. Sentuhan jari Lee pada bibirnya, berhasil membuat bagian bawah tubuh gadis itu terasa basah. Charlene berpikir, mungkin ia sedang bermimpi.

Tidak, ia tidak sedang bermimpi. Sentuhan Lee terasa begitu nyata. Dan Charlene menginginkannya.

"La-lakukan." Charlene berkata dengan pasrah.

Ia melihat senyum kemenangan yang samar di wajah Lee.

"Aku harap kau tidak menyesalinya."

Charlene tidak merespon dengan ucapan. Netra hijaunya sudah cukup berbicara, sehingga Lee kembali melumat bibir gadis itu. Dengan terampil, tangan Lee menyelinap ke dalam baju Charlene, membelai punggung gadis itu.

Lalu tangan itu berhenti pada bagian pengait penutup dada yang Charlene kenakan. Kali ini Lee tidak bertanya pada sang asisten. Ia langsung membuka pengait tersebut tanpa hambatan dan membuang kain itu begitu saja.

Ciuman Lee berpindah ke leher Charlene, sementara tangan pria itu kini merayap menuju bongkahan kenyal milik gadis itu. Charlene menggeliat kala Lee menangkup payudaranya. Kolaborasi antara bibir dan tangan pria itu, melahirkan sebuah desahan dari bibir Charlene.

Di balik desahannya itu, Charlene kembali membatin, "Besok sepertinya aku harus ke rumah sakit untuk memeriksa isi kepalaku. Mungkin saja ada satu sekrup yang terlepas dari otakku."

Damn!

Charlene memang sudah kehilangan akal sehatnya. Ia tidak bisa merasakan apapun selain rasa nikmat yang ia dapatkan dari sentuhan Lee. Puncak dadanya terasa menegang karena sedang dimainkan oleh jari-jemari pria itu.

"Agghh ... Tu-Tuan—." Charlene tidak berhasil menyelesaikan ucapannya karena dipotong oleh Lee.

"Panggil aku Lee," bisik pria itu pada daun telinga Charlene.

Selanjutnya ia membelai daun telinga itu dengan lidahnya yang basah.

"Hmmh ... agh ... L-Lee ...." Charlene kesulitan berkata-kata.

Satu desahan berikutnya kembali lolos dari bibir Charlene kala Lee mengulum telinga gadis itu. Lee kemudian menjauhkan bibirnya dari telinga sang asisten. Ia menatap Charlene dengan intens.

Charlene membalasnya dengan tatapan sayu sembari berusaha mengatur napasnya yang terputus-putus.

"Kita lanjutkan di kamar." Lee tidak menginginkan jawaban Charlene.

Ia langsung mengangkat tubuh Charlene dari kitchen island. Charlene mengaitkan kedua kakinya pada pinggang Lee, sementara kedua tangannya melingkar di leher pria itu. Keduanya terdiam untuk sesaat, hanya napas mereka yang terdengar memburu.

Dalam posisi digendong Lee dari depan seperti ini, ia bisa merasakan dengan semakin jelas milik Lee di bawah sana.

"Kau yang membangunkannya." Lee pun kembali meraup bibir Charlene.

Pria itu menarik langkah menuju ke kamarnya tanpa melepaskan tautan bibir mereka. Lee membuka pintu kamarnya dan keduanya terus melakukan pertukaran saliva. Sang CEO lantas membawa Charlene menyeberangi ruangan menuju ke tempat tidur.

Dan sebentar lagi mereka akan menyeberangi lautan gairah. Di atas tempat tidur pria itu. Charlene tahu ini salah, sangat salah.

Ini sama saja dengan dirinya mengkhianati Axel. Namun, ia harus menyerah pada godaan setan.

"O, para setan, maafkan aku karena telah mengambinghitamkan kalian." Charlene lagi-lagi membatin.

Sekonyong-konyong, ia merasa kasihan dengan para setan yang ia salahkan. Semua ini jelas salah dirinya sendiri karena terprovokasi rasa penasarannya.

Hell ... ia tidak bisa berhenti. Walau Lee masih terasa tidak nyata baginya. Terlalu mirip dengan tokoh utama pria dalam novel-novelnya.

Namun, ciuman basah pria itu jelas-jelas nyata. Dan Lee kini berusaha membuka baju Charlene kala mereka sudah berada di depan tempat tidur, masih tanpa melepaskan ciuman mereka. Hanya saja, Charlene mendadak mendengar suara ponsel sang CEO berdering.

Awalnya, ia mengabaikan panggilan telepon tersebut. Namun, telepon itu terus berdering. Sebagian pikirannya yang masih jernih, membuat Charlene berpikir, siapa yang menelepon pria itu malam-malam begini?

Charlene pun mendorong kedua bahu Lee untuk melepaskan ciuman mereka. Namun, kedua tangannya tetap berada di bahu pria itu, untuk menjaga keseimbangan tubuhnya

"Apa tidak sebaiknya kau angkat saja?" tanya Charlene.

"Abaikan saja." Lee kembali ingin mencium Charlene, tetapi gadis itu menahannya.

"Bagaimana kalau itu penting?"

"Aku bilang abaikan."

"Biar aku saja yang lihat siapa. Turunkan aku," usul Charlene.

"Jangan mendebatku, Nona Flynn."

"Aku bilang turunkan aku." Charlene menggeliat dalam gendongan Lee, berusaha untuk melepaskan diri. Ia sendiri tidak mengerti kenapa dirinya sangat ngotot.

"Akan aku turunkan, tetapi di atas ranjangku."

Brukkk!

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 112. Memelukku Jauh Lebih Menghangatkan

    Lee membuka pintu kamarnya dan menemukan Charlene berdiri di hadapannya. Gadis itu sedang memeluk laptop dan memegang ponselnya. "Ada apa?" tanya Lee. "Nggg ... tidak. Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin menanyakan apakah kau butuh sesuatu," kilah Charlene. Sejujurnya, bukan itu tujuannya menghampiri kamar Lee. Setelah pembicaraan mereka tadi pagi, malam ini ia berpikir untuk tetap tidur di kamar Lee—sesuai permintaan pria itu. Namun, begitu Lee telah berdiri di hadapannya saat ini, ia justru tidak sanggup mengatakan bahwa ia menerima tawaran pria itu dan mulai malam ini ia akan tidur seranjang dengan Lee."Tidak, aku tidak membutuhkan apa-apa," balas Lee.Charlene mengangguk. "Baiklah, kalau begitu, selamat malam." Charlene memutar tubuhnya 90 derajat, berniat kembali ke kamarnya.Namun, tangan Lee bergerak dengan cepat meraih lengan atas gadis itu. Langkah Charlene pun terhenti."Ada apa? Kau teringat jika membutuhkan sesuatu?" Giliran Charlene yang bertanya."Iya.""Kau lapar? in

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 111. Jatuh Cinta

    "A-aku ...." Charlene tidak tahu harus menjawab apa. Ini sangat aneh untuknya.Lee terkadang sangat berbeda. Tidak, bukan berbeda. Sikap pria itu memang agak berubah dan Charlene tidak tahu apa yang menyebabkan pria itu menjadi seperti saat ini. "Kenapa kau ingin aku tidur di sini? Jangan bilang kalau kau jatuh cinta padaku." Antara ingin mencari penjelasan sekaligus mencairkan situasi yang terasa begitu canggung baginya saat ini.Mengenai Lee yang jatuh cinta padanya, jelas tidak mungkin. Charlene tidak memiliki jawabannya. Hanya saja memang mustahil jika Lee jatuh cinta padanya. "Apakah berdosa jika aku jatuh cinta padamu?"Deg!Seketika, keyakinannya tadi goyah setelah mendengar apa yang Lee katakan selanjutnya. Tidak! Tidak!Lee mungkin hanya mengerjainya saja. Pria itu pasti sedang bercanda. Setelah itu, seperti biasanya, Lee pasti akan mengeluarkan kata-kata yang mencemooh atau apa pun itu."Tidak. Kau berdosa jika hanya berniat mengejekku," ucap Charlene."Siapa bilang aku se

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 110. Permintaan Lee

    Charlene ingin menarik dirinya mundur. Namun, Lee mencegahnya dengan mempererat pelukannya. Ya! Posisi mereka saat ini sedang berbaring sambil berpelukan. "Lepas, Lee." Charlene mendorong dada pria itu. "Tidak, sampai kau tenang dulu." Lee tetap menahannya. Charlene masih terus menggeliat. Tidak mengacuhkan apa yang Lee katakan. "Teruslah melawan, tetapi kau harus tahu kalau aku tidak ingin melukaimu." Ucapan Lee seketika itu sukses menghentikan serangan yang Charlene lakukan. Gadis itu berusaha mengumpulkan udara setelah tadi mengeluarkan cukup banyak tenaga agar bisa terlepas dari belenggu Lee. Charlene harus mendongak untuk bisa menatap netra pria itu. "Kau janji akan melepaskanku, bukan? Kenapa belum dilepaskan juga?" tuntut Charlene. "Akan kulepaskan asalkan kau tidak menyerangku lagi," tawar Lee. Charlene memejamkan matanya untuk mengatur emosinya. Ia lantas kembali membuka matanya untuk menatap mata Lee. "Aku janji tidak akan menyerangmu. Jadi tolong lepaskan ak

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 109. Genap 2000

    "Aturannya masih tetap sama. Jangan melewati batas yang telah aku buat," ujar Charlene. Ia lantas mengempaskan bokongnya ke atas tempat tidur Lee disusul dengan menghela napas. "Aku merasa belakangan ini ibumu terlalu sering menginap di sini." "Kenapa? Kau keberatan?" lontar Lee yang tengah bersandar pada kepala tempat tidur dengan tablet di tangan. Ia sedang sibuk mengerjakan sesuatu yang tidak Charlene ketahui. Namun, kini ia tengah mengalihkan tatapan dari tabletnya ke arah Charlene. "Tidak. Kenapa harus keberatan?" Charlene balik bertanya. "Ini rumahmu. Wajar jika ibumu datang dan menginap.""Kalau tidak keberatan, kenapa mengeluh?" tuding Lee."Aku tidak mengeluh," bantah Charlene.Ia bukan memang bukan mengeluh, tetapi hanya merasa ada sesuatu yang janggal dengan apa yang Hana lakukan."Apa yang kau pikirkan?" selidik Lee kala mendapati Charlene seperti sedang memikirkan sesuatu. "Tidak. Tidak ada." "Jangan berbohong. Kalau aku memaksamu untuk berkata jujur, nanti kau akan

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 108. Jawabanku adalah 'Iya'

    Charlene menggeleng. "Kalau begitu, ayo kita makan siang bersama." Lee menawarkan tangannya. Charlene hampir tidak berani bergerak, tetapi ia mengerling ke arah rekan kerjanya. Tidak perlu waktu yang lama baginya untuk memutuskan menyambut tangan Lee. Lebih cepat, lebih baik sebelum teman-temannya itu terkena masalah.Sebab, Charlene merasa Lee sedang marah. Hal itu membuatnya yakin jika Lee cukup banyak mendengar pembicaraan mereka. Lee pun menariknya pergi setelah tangan Charlene berada di dalam genggamannya.Charlene sempat menoleh ke arah rekan-rekan kerjanya hanya untuk melempar senyuman sembari memberi isyarat 'oke' dengan jari-jarinya, agar mereka tidak cemas. Lee lantas membawa Charlene menuju ke depan gedung kantor. Di sana sudah ada Marvin yang tampak stand by di samping mobil Lee. Mereka masuk ke dalam mobil dan Marvin pun melajukan mobilnya di tengah kepadatan lalu lintas di siang hari. Setelah beberapa saat berlalu, Charlene diam-diam melirik ke arah Lee yang duduk di

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 107. Pengecut

    "Kenapa dia terlihat lesu?" tanya Charlene kala bergabung dengan rekan sekantornya di salah satu kafe kantor."Dia sedang patah hati karena akhirnya kau menikah dengan bos," terang Beatrice."Padahal dari awal aku sudah katakan padanya kalau dia bukanlah saingan bos," timpal Victor.Wajah Charlene menunjukkan tanda tidak nyaman dan serba salah."Kalian ini, jangan sembarangan bicara. Ronald hanya mengganggapku sebagai teman."Sementara itu, Ronald yang sedari tadi menjadi topik pembicaraan mereka, sama sekali tidak memberikan komentar. Charlene pun menarik kursi yang ada di hadapan pria itu. "Kau tahu, kami cukup kesal karena kau tidak berkata jujur pada kami saat pertama kali bekerja di sini," tukas Rebecca yang duduk di sebelah Ronald. "Kenapa kau tidak terus terang mengatakan bahwa kau memang punya hubungan dengan bos?"Charlene menjadi semakin tidak enak. Teman-temannya menjadi salah paham dan ia sendiri tidak tahu harus bagaimana menjelaskan pada mereka bahwa dirinya memang tida

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status